bagian 31✔

7.6K 547 84
                                    

Wanita itu menjulurkan tangannya pada Vian "saya Laras, ibu kandung kamu" Ucap wanita itu membuat Vian terkejut, ibu kandung? Jadi dia ibu kandung Vian, Ah kalian tau bagaimana perasaan Vian saat ini, antara senang sama marah, senang karena ia tau ibu kandungnya, marah karena ibu kandungnya sendiri tak pernah merawatnya sedari kecil.

Aldo dan Ujang juga tak kalah kaget, namun mereka masih bersikap biasa saja, walau dibenak mereka banyak pertanyaan yang mau mereka tanyakan pada Vian.

"Ohhh" Ucap Vian membuat Laras mengeram kesal, bagaimana tidak dia diabaikan oleh anaknya sendiri.

"Kamu mau ikut saya, tinggal bersama saya" Tawar Laras membuat Vian menegakkan tubuhnya.

Vian harus apa? Bingung ingin sekali rasanya ia tinggal bersama ibunya dan meninggalkan semua luka yang ayahnya torehkan, tapi Vian juga ragu apakah ibunya benar benar mau merawatnya? vian tak yakin.

"Bagaimana Vian?"

"Baiklah aku ikut ibu" Keputusan yang Diambil Vian secara tiba tiba, mau gimana lagi Vian ingin bebas dari ayahnya.

"Baiklah besok saya akan menjemputmu" Ucap Laras.

Vian mengangguk, Laraspun berlalu pergi, Vian menyenderkan bahunya sedangkan Aldo dan Ujang saling berpandangan, mereka masih kaget dengan kejadian barusan.

"Yan itu beneran nyokap lo?" Tanya Aldo tak yakin kalau wanita tadi adalah ibu Vian.

"Entahlah gue juga gak yakin, dah lah yang penting gue bisa keluar dari rumah itu" Ucap Vian sambil menyeruput minumannya.

"Ya udah, semoga habis ini hidup lo bahagia" Aldo tersenyum pada Vian, Ah semoga saja, Vian berharap seperti itu.

*****

Vian memarkiran motornya di garasi, ia melihat mobil ayahnya ada dirumah, apakah Vano sudah boleh pulang kok mobil ayahnya ada dirumah, Vian berjalan santai memasuki rumah megah namun sederhana, ia melihat ayahnya duduk di sofa, Vian pun langsung melewati sang ayah sambil menunduk.

"Tunggu" Ujar Adrian membuat langkah Vian terhenti padahal baru saja ia akan menaiki tangga.

Vian berbalik dan menatap sang ayah, tak ada raut kemarahan, tak ada raut kebencian diwajah sang ayah, apakah ayahnya sudah berubah. Tapi tidak mungkin sang ayah bisa berubah dalam satu hari.

"Emmm ada apa yah" Lirih Vian berjalan menuju tempat ayahnya berdiri.

"Kamu mau makan malam bersama saya?" Tawar nya membuat Vian membulatkan matanya, benarkah ayahnya ini mengajaknya pergi makan malam berdua? Vian tak mimpikan, siapapun tolong cubit Vian.

"Ayah gak lagi sakit kan" Ucap Vian membuat kening Adrian berkerut.

"Saya serius Vian" Ucapnya lembut baru kali ini sang ayah berkata lembut seperti ini, tolong kalau ini mimpi Vian jangan dibangunin, ini mimpi terindah Vian, tapi sayangnya ini nyata bukan mimpi, Ayolah rasanya Vian tak mau hari ini berakhir.

"Aku mau yah" Ucapnya dengan wajah yang sumringah, Vian benar benar bahagia tuhan.

Adrian pun berjalan keluar disusul dengan Vian dibelakang, Vian sedari tersenyum ia benar benar bahagia, akhirnya ayahnya mau makan bersama Vian, pasalnya setelah kejadian itu sang ayah tak mau makan bersama nya bahkan menatap wajahnya saja ia tak mau.

"Ayo naik" Ucap Adrian sambil membuka kaca mobil.

"Ah iya iya" Vian pun membuka pintu mobil dan masuk duduk disamping sang ayah.

ALVIANO [PROSES REVISI]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن