bagian 6✔

9.2K 577 13
                                    

Saat ini vian tengah berada di rumah sederhana milik Kinan, dia tengah duduk disofa ruang tamu Kinan sambil fokus dengan benda pipih yang saat ini ia pegang.

"Nih minum" kinan menaruh segelas teh ke atas meja.

"makasih" vian mulai meminum yang disediakan oleh Kinan tadi.

Waktu begitu cepat berlalu mereka terlalu asyik mengobrol tentang sekolah sampai diri mereka sendiri, vian pun pamit setelah dia tahu waktu telah menunjukkan pukul 19.00 dan vian yakin pasti ayahnya akan marah padanya.

Ia pun mulai menyusuri padatnya jalanan di kota hingga setelah beberap menit dia pun sampai di rumah megah miliknya, setelah memarkirkan sepedanya vian mulai berjalan menuju kamarny kini pemandangan memuakkan menurutnya terjadi keluarganya tengah makan malam bersama tanpa dirinya bahkan mungkin mereka tak mau makan satu meja bersamanya.

"Vian lo udah pulang" vano membalikkan badannya memandang saudaranya itu.

"Kalau gue belum pulang pasti gue belum ada disini bego" ketus vian mood vian benar benar hancur kali ini.

"Kamu kalau bicara sama kakak kamu yang sopan" ucap sang ayah masih dalam posisi makan.

"Maaf sepertinya saya tidak pernah anda ajarkan apa itu sikap sopan santun"

"Kamu tadi panggil ayah apa?anda! Dasar anak gak tau di untung udah disekolahin tapi apa selalu saja buat masalah dan sekarang kamu memanggil ayahmu dengan sebutan anda" kini ayahnya mulai berdiri dari tempat duduknya sepertinya emosinya sudah tersulut dan mulai mendekati vian dan tiba2 PLAKKK sebuah tamparan berhasil mengenai pipi mulusnya.

"Kamu tau saya capek sama sikap kamu vian selalu buat masalah, gak sopan sama orang tua, mau kamu apa hah saya selama masih sabar ya menghadapi kamu tapi kali saya akan lebih keras lagi kalau kamu ngelakuin hal hal gak berguna, kamu itu yang berguna dikit kayak kakak kamu vano atau darrel dan satu lagi kamu gak akan pernah jadi secuil bagian dari keluarga ini ngerti"

"Kenapa?." ucapnya dengan mata sayu.

"Sepertinya pertanyaan kamu tadi tidak perlu saya jawab pasti kamu tau jawabanya" sang ayah pun melenggang pergi disusul dengan semua orangyang berada di meja makan tadi.

"Vian lo gapapa kan"vano menghampiri vian namun sebuah suara mengharuskannya untuk ke kamarnya.

"Vano kembali ke kamarmu jangan dekat dekat sama anak sialan kayak dia" ucap sang mama sambil berjalan menjauh dari vian.

Kini vian sendiri ditempat itu dengan pandangan kosong banyak kepingan masa lalu mulai berkelana dalam di pikirannya, ini bukan salahnya bukan vian yang membuat dia meninggal vian yakin tapi mengapa semua orang seakan akan menyalahkannya dalam kejadian itu.

FLASHBACK ON

Seorang anak berusia 10 tahun dan 8 tahun terlihat tengah bermain disebuah taman komplek mereka terlihat begitu menikmati permainan sepak bola.

"Kak kita jajan yuk" ajak sang adik pada sang kakak yang tengah memegangi bola.

"Kamu disini aja ya dek biar kakak aja yang beliin" vian sang kakak memandang sang adik dengan senyum manisnya.

"Iya kak bian nunggu disini" ya nama sang adik adalah bian.
Bian adik dari vian dan vano terpaut hanya 2 tahun dia merupakan adik tersayang dari vian, vian begitu menyayangi bian, vian selalu menjadi teman bian bermain bahkan saat vano mengajak bian bermain berdua pasti bian selalu menolaknya.

"Ya udah kakak beliin jajan atau makanan lain ya" vian mulai beranjak menjauh dari tempat tadi dan tak berapa lama kemudian vian datang dengan sebungku nasi goreng yang ia beli di ibu ibu tua tadi, karena vian merasa kasian pada ibu tadi jadi ia pun membelinya

"Kakak beliin nasi goreng ya, soalnya tadi cuma ada ini doang di taman komplek" ucap vian sambil membuka bungkus nasi goreng tadi.

"Gakpapa kok kak" bian tersenyum
manis pada sang kakak dan mulai melahap nasi goreng yang di belikan kakaknya tadi.

"Hmm kakak gak makan" bian menghentikan aktivitas makannya.

"Kakak cuma beli satu jadi kamu aja yang makan, lagian kakak juga gak lapar kok" vian tersenyum kepada sang adik.

"Kita makan berdua aja ya kak" bian menyodorkan bungkus nasi goreng tadi kearah vian.

"Gak usah bi kakak gak lapar, kamu aja yang makan kakak tau kalau kamu lapar bangetkan"

"Hehehe iya bian lapar banget, yaudah aku makan ya kak" bian melanjutkan aktivitas makannya.

Setelah dari taman komplek tadi tiba tiba dirumah tubuh bian kejang kejang dan membuat kedua orang tua vian panik dan segera membawa bian kerumah sakit, namun tuhan berkehendak lain bian meninggalkan mereka semua.

"Dok bagaimana keadaan anak saya" ucap pria paruh baya.

"Maaf kami sudah melakukan semua yang kami bisa namun sepertinya racun yang ada didalam tubuh anak anda sudah menjalar keseluruh organ tubuh dan dengan berat hati kami mengatakan bahwa anak anda sudah meninggal dunia"
Semua yang ada disitu menangis orang yang mereka cintai meninggalkan mereka bagaimana bisa.

"Saya mau tanya apakah tadi bian memakan sesuatu"tanya sang dokter.

"Tadi bian hanya makan masakan saya dan saya rasa tidak mungkin bian keracunan masakan saya"

"Taa..ddiii bian makan nasi goreng ditaman komplek bun sama vian" ucap vian menunduk menahan tangis agar tak pecah namun percuma akhirnya tangisnya pecah.

"Mungkin makanan yang mengandung racun, nanti biar saya melakukan uji laboratorium untuk nasi goreng itu" ucap sang dokter kemudian beranjak pergi meninggalkan keluarga dalam duka itu.

PLAKKK satu tamparan mendarat mulus dipipi anak berusia 10 tahun itu, perih itulah vian yang kini tengah ia rasakan pada bagian pipinya.

"Dasar pembunuh" bentak sang bunda.

"Tidak bunda" vian mulai menatap nanar sang bunda, apakah ini bundanya yang lemah lembut?tapi kenapa bunda nya berubah.

Setelah kejadian mengenaskan itu hidup vian begitu menyedihkan, setiap hari hanya ketidakadilan yang selalu ia terima.

FLASHBACK OFF

"Maafin kakak dek" kini air mata vian meluruh dengan mulus di pipi nya.




Aku kembali

Gimana nih cerita ku ?komen yuk diceritaku biara aku tau gimana perasaan kalian setelah baca cerita aku, jangan lupa follow ku wattpad aku

Jangan lupa vote dan coment yang sebanyak-banyaknya.

11 januari 2020

ALVIANO [PROSES REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang