bagian 30✔

8K 541 38
                                    

Hidup itu harus dijalani, bagaimana pun keadaannya, senang, sedih, susah, bahagia, ini hidup bukan hal yang harus kalian di sia-siakan, karena kebahagiaan tak selalu datang dengan sendirinya, terkadang bahagia itu harus kita yang menjemput, begitu pula dengan kebahagian yang Vian inginkan, jika Vian ingin hidup dengan bahagia, ia harus memperjuangkan itu.

Vian berjalan lesu menyusuri koridor rumah sakit yang begitu ramai dengan lalu lalang banyak orang, Vian cukup tau dan kaget, bahkan kini Vian rasa ia kehilangan separuh jiwanya, bagaimana tidak Vano sedang berada di keadaan yang sangat sulit mungkin?, Vian terus berjalan memikirkan Ucapan yang keluar dari mulut dokter Arya, Vian seakan disambar petir di siang bolong ketika mendengar penuturan dokter Arya pada kedua orang tuanya.

Flashback on

Dokter Arya nampak keluar dari ruang ICU dengan tatapan lesu.

"Bagaimana keadaan putra saya dok" Tanya Adrian dengan tatapan yang sulit di artikan.

"Pasien mengalami gagal ginjal, ginjal pasien tidak dapat berkerja dengan semestinya,Vano harus menjalani transplantasi ginjal,  kita perlu pendonor, dan sepertinya sulit untuk mencari ginjal yang sama dengan pasien, jadi untuk beberapa waktu kedepan sampai Vano mendapatkan pendonor, Vano wajib melakukan Cuci darah" Ucap dokter Arya.

"Dokter bercanda. Tolong selamatkan anak saya bagaimanapun caranya" Ujar Adrian memohon. Sedangkan Airin hanya mampu menangis terisak.

"Kami akan melakukan sebisa kami sampai ada pendonor yang cocok" Dokter Arya pergi meninggalkan keluarga yang nampak lesu memikirkan anaknya didalam.

Flashback off

Sedari tadi Vian memikirkan hal itu, entah bagaimana bisa Vano mengidap penyakit seperti itu, padahal pola hidup Vian sudah cukup baik, Vian tak habis pikir.

Vian pun duduk dibangku taman Rumah sakit, ia tak tau harus bagaimana, ia ingin sekali melihat keadaan Vano, namun keluarganya pasti mengusirnya.

"Hai" sapa seseorang membuat Vian langsung menoleh, ah ternyata Dokter Arya, Vian kira siapa.

"Ada apa dok" Vian menyendekan bahunya di bangku dan memejamkan matanya.

"Tumben kesini, kamu berubah pikiran dan mau kemoterapi" Tanya Dokter Arya menatap Vian yang masih memejamkan mata.

Vian menegakkan tubuhnya "aku udah bilangkan gak mau apa itu kemo, kemo segala, percuma cuma bisa menghambat bukan mengobati dan bikin sembuh, buang buang uang" Ucap Vian membuat Dokter Arya menghela nafas, anak ini memang keras kepala.

"Tapi kalau kamu mau berusaha gak ada yang gak mungkin Vian. Mungkin kamu bisa sembuh dengan melakukan kemo" Dokter Arya semakin menatap Vian lekat lekat.

"Kalau gak sembuh gimana, percuma dong"

"Gak ada yang percuma Vian, apa susahnya sih tinggal ikutin prosedur yang dokter bilang, Kamu lakukan kemoterapi"

"Ribet banget sih, gak mau aku, mending minum obat aja, gak mau itu yang namanya kemo"

"Kamu mau sembuh atau enggak sih Vian, harus saya bujuk berapa kali lagi, biar kamu mau kemoterapi" kini nada bicara Dokter Arya sedikit tinggi.

"Ini hidup saya dok, jadi terserah saya mau kemoterapi atau tidak" Vian seakan suah yakin dengan keputusan untuk tidak melakukan Kemoterapi "saya gak mau berharap kalau nyatanya harapan itu gak sesuai dengan yang aku mau, kalau aku ngelakuin kemoterapi dan berharap kemoterapi bisa nyembuhin aku tapi nyatanya hal itu gak bikin aku sembuh, lebih baik gak ngelakuin kemo kan" Ucapnya sekali lagi membuat Dokter Arya menghela nafas.

ALVIANO [PROSES REVISI]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora