bagian 12✔

8.4K 510 10
                                    

Angkot berhenti dan menampilkan dua remaja turun dari angkot mereka adalah vian dan kinan, vian memberikan selembar uang kepada sang sopir angkot setelah itu angkot melenggang pergi.

"Kok kita turun disini, inikan bukan gang rumahku" ucap kinan yang bingung mengapa vian membawanya ketempat ini.

"gue mau ajak lo ketempat ini, gue jamin pasti lo suka"

"Oh ya"

Vian berjalan menuju sebuah danau indah disusul kinan yang berada tepat dibelakangnya, setelah sampai ditepi danau mereka duduk di rumput hijau dengan memandang langit yang sebentar lagi akan terjadi sunset yang menakjubkan.

"Lo aneh" ucap kinan refleks membuat vian menoleh.

Vian mengangkat satu alisnya "maksud lo" ia tak dapat mencerna perkataan gadis itu.

"Ya lo aneh aja tiba tiba bisa jadi galak tapi bisa juga jadi baik bahkan romantis kayak gini, aneh banget"

"Terserah lo deh" ucap vian kembali memandang danau yang tenang.

Kali ini ia bebas pulang jam berapa karena kedua orang tuanya tengah pergi ke luar kota untuk beberapa hari,dan vian tidak akan menyia-nyiakan kesempatan untuk mengunjungi tempat ini dan kebetulan tadi ada kinan jadilah ia mengajak gadis itu ketempat ini.

Semburan cahaya jingga menyinari sebagian bumi begitu indah.

"Wahhh bagus banget" kinan kagum akan sunset yang saat ini terjadi.

"Sumpah gue gak nyangka kalau lo tau tempat indah kayak gini, gue kira lo cuma anak nakal yang mainnya di jalanan"

"Mangkanya kalau nilai orang jangan cuma dari cover nya aja" ucap vian tanpa mengalihkan pandangannya ia masih menatap langit.

Kinan mengerucutkan bibirnya setelag mendapatkan jawaban dari vian, ia tidak kesal dengan jawaban vian tapi ia kesal karena vian tak memandang nya saat berbicara bukankah itu tidak sopan.

"Kalau ngomong itu tatap muka yang lo ajak bicara" gerutu kinan yang kesal akan sikap vian.

Lantas vian yang mendengar itu sontak menoleh ke sumber suara dan mendekatkan wajahnya tepat didepan wajah kinan dan kini wajah mereka hanya berjarak 10cm, kinan yang kaget bukan main atas perilaku vian yang tiba tiba menatapnya sedekat itu sontak membuat kedua pipinya bullsing.

"Maksud lo gini" ucap vian yang masih berada di posisi yang sama.

Hembusan nafas vian menerpa kulit wajah kinan, kinan yang masih membatu tersadar dan sontak mendorong vian menjauh darinya.

"Gak gitu juga lah" ucapnya gugup tanpa menatap mata vian.

"Ck, terserah deh, yuk pulang udah malam"

"Iya iya" kinan dan vian berdiri dan mulai berjalan menjauh dari area danau menuju jalan raya untuk menyetop angkot, tak butuh waktu lama ia telah mendapatkan angkot yang akan ia tumpangi.

*********

Vian memasuki rumah megah miliknya ralat bukan miliknya tapi milik kedua orang tuanya ia mulai membuka pintu utama namun sebuah suara membuatnya menoleh.

"Bagus ya lo, mentang mentang ayah sama bunda gak ada di rumah lo berani pulang telat heee lo tuh cuma numpang jangan seenaknya dasar kunyuk" ketus Daren kakak pertama vian sambil mendorong tubuh vian, vano yang berada ditempat itu hanya diam.

"Sorry" ucapnya tenang mulai berjalan namun sebuah tangan mencengkalnya membuat langkahnya terhenti.

"Ck, gak sopan banget sih kakak lo lagi ngomong malah nyelonong pergi, emang ya lo tuh gak pernah tau arti dari sopan santun" vano mulai tersulut emosi.

"Mau kalian apasih hah" vian mulai tak bisa mengontrol emosinya, kali ini memberontak ia lelah dengan semua omong kosong yang terucap dari mulut kakak kakaknya itu.

"Lo berani ngebentak kita hah" satu pukulan dari Daren berhasil mendarat mulus di pipi vian membuat ujung bibirnya sobek.

"Emang kenapa kalau gue berani ngebentak lo berdua ada yang salah" vian mengusap sudut bibirnya dengan telapak tangannya.

"Gak guna lo anjir" Daren mulai kalap ia terus memukul vian dari bagian pipi, rahang, dada hingga perut vian ia seakan akan seperti sudaha kerasukan namun vano mulai melarai membuat Daren mulai mereda.

"Udah kak gak usah ngurusin anak macam dia, gak guna" setelah mengucapkan kalimat itu vano membawa Daren menuju kamarnya dan menyusahkan vian yang sudah tak berdaya diruang tamu dengan luka lebam yang hampir memenuhi seluruh tubuhnya, vian benci semuanya kenapa ia tak melawan tadi vian bukannya tak mau melawan ia hanya ingin menghargai sang kakak, jadi beginilah nasib vian saat ini menyedihkan sekali.

Vian hendak berdiri namun sepertinya tubuhnya tak mau diajak kerja sama saat ini tulang tulangnya seakan remuk, ruangan itu seakan berputar putar, setetes darah mulai menetes membasahi lantai bersih rumahnya, andai seseorang melihatnya saat ini mungkin mereka akan merasa iba karena saat ini vian begitu menyedihkan, mengapa hidupnya harus seperti ini.

Ia menyandarkan punggungnya di tembok mengatur nafasnya yang tersenggal senggal dadanya benar benar sakit, nafasnya tercekat ia sulit untuk bernafas, suara langkah kaki mulai mendekatinya.

"Aden kenapa?." suara panik bi siti membuat vian perlahan membuka matanya.

Vian hanya tersenyum dan mengeleng lemah.

"Ini pasti den Daren sama den vano ya yang ngelakuin" bi siti menyentuh luka lebam di wajah vian membuat vian mengeryit menahan sakit.

"Sakit ya den, sini bibi bantu ke kamar nanti biar bibi obati lukanya" bi siti mulai membantu vian berdiri dan memapahnya untuk ke kamar.

Sesampainya dikamar vian dibaringkan dan bi siti keluar untuk mengambil kotak p3k, tak butuh waktu lama bi siti akhirnya kembali dengan membawa kotak p3k ditangannya, bi siti mulai telaten mengobati luka lebam ditubuh vian dengan telaten.

"Aden sakit apa?." pertanyaan bi siti membuat vian kaget, mengapa sang bibi menanyakan hal itu.

"Emang vian kelihatan lagi sakit ya bi" jawab vian.

Bi siti mengangguk " tadi kok den vian mimisan den vian sakit apa?."

"Cuma kecapekan aja kok bi" ucap vian berbohong ia tak mau siapapun tau soal penyakitnya ia tak mau merepotkan siapapun biarkan vian saja yang menanggung semua nya.

" yaudah kalau gitu bibi ke dapur dulu den vian tidur aja biar lebih enakan" bi siti menarik selimut sampai dada vian agar sang majikan tak kedinginan dan berjalan keluar kamar vian.

Vian mulai membuka laci disebelahnya ia mengambil sebuah butiran pil yanh selama ini telah menjadi temannya, ia sekarang bergantung dengan obat obat ini, vian mulai menelan pil itu dengan bantuan air putih ia mulai tidur kembali, perlahan lahan mata vian menutup dan tergantikan oleh dunia mimpi, vian sudah berada didunia mimpi yang indah.





















Aku comeback

Huhuhu akhirnya aku bisa update, aku mau bilang makasih untuk para pembaca cerita "ALVIANO" maaf kalau ceritanya kurang menarik.

Jangan lupa follow akun wattpad author

LIKE AND COMENT

18 FEBRUARI 2020

ALVIANO [PROSES REVISI]Where stories live. Discover now