bagian 39✔

10.2K 607 80
                                    

Sesampainya di rumah sakit, Vano langsung ditangani oleh dokter, sedangkan Adrian dan Laras masih nampak gelisah, Adrian tak tau kenapa perasaannya benar benar tak enak seperti ini.

Setelah menunggu beberapa menit akhirnya dokter yang memeriksa Vano keluar dari ruangan, Dokter itu keluar dari ruangan dengan wajah yang sulit diartikan.

"Bagaimana keadaan anak saya dok, apakah dia baik baik saja?" Tanya Laras yang sudah sangat khawatir dengan keadaan Vano.

Dokter itu menghela nafas "Buruk, Vano harus segera mendapatkan donor ginjal secepatnya kalau tidak akan berakibat fatal bahkan kematian" Ucap Dokter itu membuat Adrian melototkan matanya tak percaya dengan kalimat yang baru saja Dokter itu ucapkan, sedang kan Laras menangis ia tak pernah menyangka akan jadi seperti ini.

"Tolong selamatkan anak saya dok"

"Kami akan melakukan yang terbaik untuk putra anda, saya permisi ya saya masih harus memeriksa pasien lain dulu"

Setelah mengucapkan kalimat tersebut Dokter itu pun meninggalkan Airin dan Adrian yang masih larut dalam kesedihan.

Adrian dan Airin pun segera masuk kedalam ruangan rawat Vano, terlihat Vano yang begitu damai menutup matanya, dan beberapa peralatan medis yang menempel di tubuhnya.

Airin menghampiri ranjang Vano " Vano gak mau bangun gitu, ada bunda nih, Vano cepet sembuh ya, Bunda sama Ayah bakal berjuang buat dapetin ginjal yang cocok buat Vano, Bunda gak mau kehilangan anak bunda untuk kedua kalinya." Ucap Airin pada Vano yang masih menutup mata nya.

Adrian yang melihat anaknya terbaring lemah di ranjang rumah sakit hanya mampu diam, ia hanya bisa melakukan yang terbaik untuk menyembuhkan anaknya ini, ia tak mau kehilangan Vabo seperti ia kehilangan Bian kala itu.

"Ayah jagain Vano sebentar ya, Bunda mau beliin Ayah makanan, Ayah kan belum makan daritadi pagi" Ujar Airin seraya berdiri dari tempat duduk disamping ranjang Vano.

"Gak usah bun, Ayah gak laper kok" tolak Adrian, ia benar benar tak ada nafsu untuk makan.

"Pokoknya Ayah harus makan" Ucap Airin kekeh.

Tanpa menunggu jawaban dari suaminya Airin langsung berjalan keluar menuju kantin rumah sakit, kini didalam ruangan hanya tersisa Vano dan Adrian.

Adrian memandang wajah damai Vano, namun tiba tiba kelopak mata Vano mulai terbuka perlahan lahan, Vano sudah siuman.

"Ayah" panggil Vano dengan suara serak.

"Kamu mau minum atau apa?, akhirnya kamu bangun juga, tau gak bunda kamu udah nangis Bombay, lihat kamu pingsan tadi" Ucap Adrian padahal yang paling khawatir dirinya sendiri.

"Bunda mana?" Tanya Vano yang tak melihat bundanya berada diruangannya.

"Bunda ke kantin beli makanan"

"Kamu istirahat aja ya, biar Ayah jagain" Ucap Adrian menarik selimut sampai menutup dada Vano.

Vano langsung kembali tidur kembali, tapi satu nama selalu berputar dalam otaknya, entah kenapa saat di bangun wajah orang itu terngiang di pikirannya.

"Entah kenapa gue tiba tiba kepikiran Vian, kayak ada sesuatu yang terjadi sama dia" Ucap Vano dalam hatinya

*********

"Apa kak Vian kecelakaan, iya saya segera kesana" Ucap Arsya menjawab perkataan orang itu di sebrang telefon.

Setelah menutup telefon itu Arsya langsung berlari mencari supirnya untuk mengantarnya kerumah sakit, ia benar benar kaget saat pihak rumah sakit mengatakan bahwa kakaknya berapa di rumah sakit akibat kecelakaan,  padahal tadi kakaknya bilang ada urusan kenapa sekarang malah berakhir dirumah sakit.

ALVIANO [PROSES REVISI]Место, где живут истории. Откройте их для себя