bagian 24✔

7K 465 30
                                    

Setelah selesai mengantar Kinan, Vian langsung pulang, entah kenapa sedari tadi perutnya mual, ah mungkin penyakit Vian lagi protes lagi gara-gara gak pernah Vian urus, Vian juga akhir-akhir ini jarang minum obatnya, Ia pun berlari menuju kamar mandi dan Memuntahkan semua isi diperutnya namun nihil tak ada yang keluar.

Vian pun memijat tengkuknya agar sedikit meredakan sakit di kepalanya, Vian membasuh wajahnya, mencoba melihat bayangan wajahnya dicermin, pucat itulah yang Vian lihat.

"Shhh, sakit banget" gumannya mencoba menahan sakit, namun nihil sakit di kepalanya bertambah, dan tubuhnya juga sepertinya memberontak, tulang-tulangnya nyeri, semua berputar di penglihatan Vian.

"Jangan pingsan dulu" Guman Vian sambil mencoba berjalan keluar kamar mandi, Tes.......darah segar menetes di keramik kamar mandi Vian, darah itu terus menetes.

Vian mencoba berjalan keluar dengan bertumpu pada di dinding kamar mandi, ia mencoba sekuat tenaga menahan semua rasa sakit, Vian sudah berada diluar kamar mandi, ia berjalan terseok-seok menuju kasur, ia ingin menidurkan tubuhnya yang memberontak, Vian yang tiba-tiba jatuh dilantai, ia sudah tidak kuat lagi untuk berjalan, Vian pun mencoba dengan sisa tenaga yang ada, ia meraih pegangan laci dan membukanya.

Vian mencari sesuatu didalam laci, sampai akhirnya sebuah botol obat sudah berada ditangannya, ia pun mengambil satu butir pil dan mulai menelan pil itu tanpa bantuan air, Vian mulai bernafas lega, perlahan lahan sakitnya mulai menghilang, darah juga sudah tak mengalir deras seperti tadi, Vian bangkit walau masih lemas, Ia langsung berbaring di atas kasur nya, menatap langit-langit.

Vian lelah menahan rasa sakit sendiri, apakah kalau Vian mati mereka masih tak mau memaafkannya?, Vian harus kuat untuk beberapa waktu, ia harus bertahan, ia tak mau ketika ia meninggal ayah dan bundanya masih membenci Vian, Vian juga masih mau memperjuangkan kasih sayang mereka, jadi Vian harus bertahan.

❤❤❤❤❤❤

"Bunda ayah berangkat ya" Pamit Adrian pada sang istri.

"Iya hati-hati yah" Balas Airin dari arah dapur.

Adrian pun mulai beranjak keluar rumah, dan menaiki mobilnya, Hari ini Adrian ada meeting jadi berangkat pagi-pagi, Adrian menatap keluar jendela, menatap setiap ruko maupun toko yang ia lewati, saat lampu merah ia melihat seorang anak, dengan seragam sekolah menangis dipinggir jalan, Adrian pun turun dan menghampiri anak tersebut.

"Kamu kenapa" Tanya Adrian yang merasa kasihan dengan anak itu.

"Aku tersesat om, aku mau pulang" Ujar anak itu sambil terus merengek.

"Kamu tahu rumah kamu dimana, biar om antar kamu pulang"

Anak itu menggeleng tanda ia tak tau " aku lupa" Ujar anak itu mulai menunduk.

Adrian berfikir bagaimana cara ia menolong anak ini, Adrian ingin sekali menolong anak ini, apalagi saat melihat anak ini Adrian teringat salah satu anaknya Vian, entah lah egonya terlalu besar hingga ia tak mau memaafkan Vian, Adrian ingin sekali memaafkannya namun lagi-lagi saat ia melihat wajah Vian, selalu teringat seseorang yang sudah membuatnya hancur berkeping-keping.

Tiba-tiba seorang wanita paruh baya mendekati anak keci itu.

"Adek ngapain kamu disini" Ucap wanita itu.

Adrian terkejut saat tau siapa wanita itu, wanita yang sudah membuat luka dihati Adrian, wanita yang membuat hidupnya sengsara, wanita yang cuma  ada disaat Adrian mencari laki-laki ber-uang,Laras mantan istrinya.

ALVIANO [PROSES REVISI]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora