bagian 5✔

10K 585 13
                                    

Matahari sudah menyapa para makhluk di bumi, kini terlihat seorang pemuda yang tengah meringkuk ke dingin dibalik selimut tebal, entah apa yang dirasakan pemuda itu tapi terlihat dari peluh yang sudah membanjiri tubuhnya menandakan bahwa sepertinya ia tengah terserang demam.

"Ssshhh pusing" guman vian karena sejak tadi malam tubuhnya ini seakan akan remuk dan tak lupa pula kepalanya yang terasa berputar putar.

"Bunda adek dingin" gumannya sekali lagi, entah dia benar benar sang merindukan pelukan dari sang bunda, vian rindu semua hal yang berhubungan dengan sang bunda, hingga vian teringat dimana saat dia sakit pasti sang bunda akan selalu berada disampingnya.

Flashback on

"Adek kenapa" tanya wanita paruh baya itu kepada sang anak.

"Dingin bunda" jawab vian tubuh masih menggigil.

"Adek demam kalau gitu bunda ambilin bubur sama obat ya buat adek, sekarang adek tidur dulu dikamar ditemani kakak ya"

Si kembar pun mengangguk paham, vano pun membantu sang adik untuk berjalan menuju kamar vian, sesampainya dikamar vano pun membaringkan vian ke kasur empuk milik sang adik.

Terdengar sebuah pintu terbuka menampakkan sang bunda dengan membawa nampan berisi semangkok bubur, segelas air putih dan tak lupa dengan beberapa butir obat, sang bunda pun berjalan menuju sang putra yang tengah berbaring di kasur.

"Bangun yuk makan bubur dulu nanti dilanjut tidurnya" sang bunda yang bernama airin itu mulai membantu putra sulungnya untuk bersandar.

Airin menyuapi putra sulungnya dengan begitu telaten setelah selesai makan airin memberikan obat penurun panas untuk sang anak dan membantunya berbaring kembali setelah dirasa sang anak telah meminum obat tersebut.

"Cepet sembuh ya nak" airin mengelus puncak kepala vian dan beranjak keluar.

"Cepat sembuh dek nanti biar bisa main sama kakak lagi" sang putra sulung pun melakukan hal sama seperti yang dilakukan oleh sang bunda.

Flashback off

Vian benar benar merindukan hal tersebut, apakah vian dapat merasakan hal tersebut kembali atau malah sebaliknya, apakah keluarganya akan terus memperlakukan vian layaknya orang asing? Sampai kapan vian harus merasakan sakit itu? Sampai vian mati? Vian capek dengan cacian, makian, tendangan, bahkan pukulan yang selalu ia terima, vian benar benar lelah kapan keluarga vian mau memaafkannya? Memaafkan hal yang sama sekali bukan mutlak kesalahan vian, apakah vian tidak pantas untuk mendapatkan maaf dari mereka? Sampai kapan.

Tak mau berkelana dengan rasa sakit ia pun beranjak dari kasurnya dan bersiap siap menuju sekolah, dia tidak memperdulikan sakit di kepala yang terpenting adalah dia butuh tempat untuk menghindari semua hal yang ada di rumahnya, setelah dirasa vian sudah siap ia pun berjalan keluar dari rumahnya.

🌸🌸🌸🌸🌸🌸

"Lo pada mau pesen apa biar gue yang pesenin" tawar kevin yang mungkin hari ini tengah berbaik hati pada teman temannya.

"Terserah lo dah" jawab mereka kompak.

"Oke gue pesenin dan khusus buat lo alviano gue pesenin bubur" kevin pun beranjak ke abang abang penjual di kantin.

"Lo kalau sakit ngapain sekolah sih" ujar Salsa yang jengkel dengan sikap keras kepala vian.

"Terserah gue dong" vian masih fokus pada benda pipih yang ia pegang.

Salsa hanya mendengus kesal mendengarkan jawaban dari vian tak lama kemudian kevin pun datang dengan membawa nampan yang berisi pesanan mereka, tak ada suara yang keluar dari mulut mereka hanya suara sendok yang berdentingan dengan piring.

Bel pulang sekolah sudah berbunyi dan saatnya untuk para murid SMA BINA BANGSA untuk pulang ke rumah masing masing berbeda dengan kinan yang sekarang masih menunggu angkot lewat dihalte, saat menunggu bus tersebut tiba tiba ada dua orang pria mencurigakan mendatangi kinan dan sangat mengejutkan dua pria itu langsung menyambar tas milik kinan namun ia masih bisa mempertahankan tasnya, aksi perebutan tas masih berlangsung hingga suara seseorang menghentikan aksi itu.

"Lepasin tasnya woyy" teriak vian dari kejauhan namun masih bisa dilihat oleh mereka.

"Dasar bocah gak usah ikut campur" ketus salah satu preman tadi.

Namun vian tak mau meladeni perkataan preman tadi dia memilih langsung memukul rahang preman tersebut dengan sekali pukulan preman tersebut dapat dikalahkan.

"Mau juga" tawar vian sambil menyunggingkan senyum jahilmya.

Kedua preman tersebutpun langsung lari terbirit birit meninggalkan tempat itu, vian berjalan menuju ke kinan yang masih mematung ditempat.

"Lo gapapa"tanya vian.

"Ehh gue gapapa kok, btw tadi lo hebat banget" ucap kinan dengan mata berseri seri

"Biasa aja"

"Beneran lo tadi hebat banget lo gue aja sampai terpesona" ucap kinan dengan alaynya.

"Terserah lo deh, lo mau pulang bareng" tawar vian masih dengan gaya cool nya.

"Emang boleh"

"Kenapa gak boleh" vian menatap binggung kinan.

"Takut Salsa marah kan lo deket sama dia dan bukannya seharusnya lo pulang sama Salsa ya kan biasanya kalau orang pacaran pasti gitu"

"Gue gak ada apa apa sama Salsa jadi gak perlu takut dan lo kayaknya terlalu banyak kena virus film cinta cintaan jadi alay gitu"

"Nyebelin" kinan memancungkan bibirnya.

"Lo mau bareng apa gak? Kalau enggak gue mau pulang nih" tawarnya sekali lagi.

"Yaudah karena lo maksa gue nebeng lo aja lah" ucap kinan membuat vian memutar bola matanya malas.

Mereka berdua pun berjalan menuju parkiran untuk mengambil sepeda butut milik vian.

"Lo gak malukan kalau naik sepeda butut kayak gini" tanya vian sambil menuntun sepedanya.

"Ya gak lah ngapain juga malu, ahh jadi rindu masa-masa gue naik sepeda kayak gini seru banget"

"Cepet naik" tintah vian, kinan pun naik keatas sepeda milik vian dan vianpun mula melajukan sepedanya menyusuri jalanan yang tidak begitu padat, hening itulah keadaan saat ini.














Hallo gaess aku update nih?

Aku udah putusin buat update tiap hari sabtu:)

Jangan lupa vote dan coment

06 januari 2020

ALVIANO [PROSES REVISI]Where stories live. Discover now