bagian 3✔

13.5K 768 12
                                    

Bugh

Satu tendangan berhasil mengenai perut vian dan membuat cowok itu meringis menahan sakit yang mulai menjalar ke seluruh tubuhnya, sakit yang ditorehkan oleh sang ayah pasalnya sekarang sang ayah memberikan hadiah yang cukup menyakitkan.

"Kamu tuh bisa gak sih jaga vano! Kenapa vano bisa luka gitu vian? Kamu tau kan kalau vano gak boleh luka sedikitpun, dia itu berharga buat ayah dan kamu tau kan artinya kamu harus jaga barang berharga ayah itu jangan bikin barang itu lecet sedikitpun ngerti kamu vian." bentak sang ayah yang masih menendang perut sang anak.

Apakah vian sama sekali tak berharga dimata sang ayah? mengapa ayahnya menganggap bahwa vian hanya sebuah kotak yang harus menjaga isinya, sebuah kotak yang rela lecet demi melindungi isinya yang berharga.

"Jawab vian kenapa kamu biarin vano luka kayak gitu!!." kali ini sang ayah mulai mencengkram kerah baju sekolah milik vian.

"Ma....maaa....aafff...ayahh." cicit vian dengan menahan rasa sakit karena sekarang tubuh vian sudah benar benar mati rasa akibat pukulan dan tendangan dari sang ayah.

"Minta maaf mulu tapi nanti ngelakuin lagi, udah untung loh ayah mau nampung anak gak berguna macam kamu ini."

Hati anak mana yang tidak sakit ketika mendengar ucapan pedas dari seseorang yang sangat berarti di hidupnya, sungguh vian ingin melawan sang ayah namun dia tak mau melakukan hal berdosa itu.

"Ayah vi.....aaannn..minn....taaa...maaaff."

"Ck, gak guna kamu jadi anak, saya menyesal mempunyai anak tak berguna seperti kamu ini." ucap sang ayah lalu berlalu pergi meninggalkan vian dengan sejuta luka, luka fisik maupun batinnya.

Vian pun mulai bangkit dan berjalan menuju kamar miliknya, sekarang a telah sampai dikamar miliknya didepan pintu terdapat sebuah lukisan vian dengan bertuliskan "ALVIANO" vian pun segera masuk ke dalam dan menutup pintu tersebut.

Ia pun meluruhkan tubuhnya seketika vian berpikir mengapa takdir begitu kejam kepadanya? Mengapa keluarga nya memperlakukan vian dengan begitu kejam? Mengapa vian harus dilahirkan kalau mereka tak pernah menginginkannya? Mengapa?.

Diapun berjalan menuju sebuah balkon, dimana tempat inilah yang paling nyaman menurutnya karena semilir angin yang menerpa kulitnya membuat ia merasakan ketenangan, sebuah ketukan pintu membuat lamunannya terhenti.

"Vian gue masuk ya." teriak seseorang yang mengetok pintunya tadi.

"Masuk aja." jawab vian.

"Ada apa van?." tanya sang empu ketika melihat sang kakak sudah ada dibelakangnya saat ini, dan vano pun duduk disebelah sang adik.

"Gue minta maaf." seraya menundukkan kepalanya vano benar benar merasa bersalah akan apa yang tengah terjadi pada saudaranya ini.

"Minta maaf buat apa lo gak ada salah sama gue perasaan."

"Gue beneran minta maaf yan, karena gue loh jadi dipukulin ayah."

"Ya kalau lo gak mau gue dipukulin ayah lo jangan buat masalah kayak tadi di sekolah." ujar vian pada sang kakak yang tengah menunduk.

"Sebenarnya bukan gue yang ngadu ke guru kalau rio ngerokok" ucapnya yang membuat vian bingung.

"Maksudnya apa?".

"Kayaknya ada yang fitnah gue deh, beneran dah suwer gue gak pernah tuh ngadu ke guru kalau si rio ngerokok, gue aja gak tau kalau tuh anak ngerokok lah gimana gue bisa ngadu coba kan gak masuk akal" kini vano menatap mata vian lekat2.

"Jadi menurut lo ada yang fitnah lo gitu"

"Kan tadi gue udah ngomong anjir" ujar vano yang mulai tersulut emosi.

"Wahh vano sekarang udah berani ngomong kasar" ledek vian.

"Au ah terserah lo deh percuma dong tadi gue bicara panjang lebar kali tinggi tapi yang di ajak ngobrol malah gak nyambung" ujar vano seraya berdiri dari tempat yang ia duduki saat hendak melenggang untuk keluar kamar itu tiba tiba tangannya ditahan oleh vian.

" yaelah gitu aja ngambek lanjut dong ceritanya kan gue kepo" ujar vian cengengesan, vano pun hanya memutar bola matanya malas dan duduk lagi disebelah vian.

"Oke gue lanjut ceritanya, jadi gue ngerasa nih ya kayak ada yang gak suka sama gue dan diapun ngefitnah gue dengan bilang ke rio kalau gue yang ngadu ke guru"

"Harus diselidiki nih."

"Harus itu." ucap vano penuh penekanan karena diapun ingin tau siapa yang melakukan hal itu.

Kali ini mereka pun diam tak ada sepatah kata yang terdengar hanya suara semilir angin yang panjang.

setelah perbincangan panjang tadi merekapun kembali ke kamar masing masing untuk mengistirahatkan tubuh mereka.

Aku comeback gaess!!

Happy new year ya semoga apa yang belum kesampaian pada tahun 2019 semoga bisa kesampaian di tahun ini amin

Gimana nih cerita aku seru gak?

Jangan lupa vote dan coment ya

1 Januari 2020

ALVIANO [PROSES REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang