36. Without love

122 10 0
                                    

Seseorang mungkin kembali setelah sekian lama, dan ada beberapa orang yang masih memilih menunggu. Ajaibnya percaya atau tidak, waktu selalu bisa mengubah segalanya atau mungkin masih saja ada beberapa bagian yang sama.

Sepanjang perjalanan Steve menggenggam tangan Clara, masing-masing dada mereka bergemuruh. Steve dengan perasaan takutnya dan Clara dengan ingatan-ingatan traumatis yang menyapanya melalui angin dari jendela mobil.

"Kau mau makan sesuatu?" Pertanyaan dari suaminya membuat Clara menoleh. Clara tersenyum menenangkan, ia pun memeluk pria disampingnya mencari posisi ternyaman untuk bersender.

"Tidak, aku hanya ingin cepat sampai. Hari ini melelahkan." Selain itu Clara juga mengantuk.

Tangan Steve terulur mengelus rambut Clara dan memposisikan dagunya diatas kepala Clara. Ia bersumpah tidak akan ada siapa pun yang bisa mengganggu dirinya dan Clara. "Sebentar lagi sampai."

Dan sebelum tiba Clara sudah tertidur pulas yang membuat Steve menggendongnya masuk. Mereka akan tinggal dirumah Steve sementara sebelum tinggal di rumah orang tua Clara. Steve sudah menelpon Alex mungkin dua hari lagi mereka akan menetap dirumah itu.

Mata emerald milik Steve menatap pantulan dirinya di cermin. "Aku tidak boleh takut, memang seharusnya seperti itu." Tatapannya beralih pada wanitanya diranjang, tangannya mengepal kuat tanda jiwanya berkumpul dalam sebuah tekad. Ya, sekarang Clara adalah miliknya, selamanya akan seperti itu.

Perlahan dia membangunkan istrinya. "Kau tidak mau mandi hm? Kau harus makan malam Sayang!" Bisiknya mesra.

Clara memicingkan matanya melihat Steve dengan rambutnya yang basah.
"Sayang aku mau makan ayam."

Sikap manja sederhana itu sukses membuat Steve tersenyum. "Sure my wife, segera ku siapkan."

Malam pun benar-benar larut, Steve memasuki kamarnya duduk ditepi ranjang dan membuka kancing piyama Clara, memperlihatkan tanktop merah mudanya. Dia bangkit melepas baju atasnya sendiri dan ikut bergelung dalam selimut. Memeluk Clara erat dan menenggelamkan kepalanya di dada Clara. Aksinya itu sedikit mengusik tidur Clara. "Mmm.. sayang tidurlah. Have a nice dream babe." Tangan Clara seraya mengelus rambut lebat Steve.

"Ya Sayang, love you."



*


"Yuhuuuu." Baiklah, kali ini mereka tidak liburan tapi Clara sangat bersemangat dan bahagia, terlihat dari wajah cerianya kembali hadir seperti dulu.

"Akhirnya aku benar-benar hidup." Clara merasakan angin yang menerbangkan rambutnya. "Yak kebut sedikit Steve." Tak ada lagi masker, topi besar, atau apa pun untuk menutupi wajah tuk bersembunyi dari orang-orang. Hari ini akan dia tunjukkan pada dunia bahwa ia akan selalu bahagia.

Steve hanya mampu mengikuti permintaan Clara, Steve akan mengantar Clara ke perusahaan Alex.

"Sayang kau tak perlu masuk, cepatlah ke kantor ini sudah siang."

"Kau mengusir ku?" Steve berwajah masam, dia juga ingin masuk dan menyapa mertuanya.

"Nanti daddy mu akan mengira aku tidak bertanggung jawab tidak mengantar mu sampai dihadapannya."

"Ah kau berlebihan sekali, nanti aku akan cerita pada daddy. Kau ada rapat bukan?"

Steve terdiam, waktunya memang tidak banyak. Sekilas kemudian Clara menyambar bibir Steve dan Steve membalas ciuman itu dengan rakus. Dirasa cukup, Clara melepas pagutannya. "Aku yakin banyak yang akan kau kerjakan, selamat berkutat dengan berkas-berkas dikantor." Clara mengedipkan matanya antara menggoda dan mengejek.

Wanna Die (Complete)✓Where stories live. Discover now