4. Welcome

432 116 33
                                    

Setelah energi otaknya terkuras habis untuk memikirkan apa yang ia lihat dan yang dialaminya Clara tertidur begitu lelap. Gadis itu semakin mengeratkan gulungan selimut ditubuhnya tanpa terusik sinar mentari yang sudah sejajar dengan posisi jendela.

Mungkin kebanyakan orang akan menuding Clara sebagai gadis tak waras, bagaimana bisa ia tertidur begitu pulas sedangkan ia dalam kondisi tidak baik-baik saja, diculik oleh orang yang tak dikenal.

Saat hampir tengah hari barulah Clara mulai memasuki dunia nyata. Ia tak tahu bahwa ketika ia membuka matanya, dunianya akan berubah setelah ini.

Clara mengambil posisi duduk dan meregangkan otot-otot tubuhnya yang kaku. Tubuhnya terasa ringan, kasurnya pun hangat dan empuk. Sungguh Clara mendapatkan tidur yang berkualitas. Tak ingin memikirkan apa pun ia segera mengambil langkah seribu ke kamar mandi.

Sekilas Clara terperangah saat memasuki kamar mandi dengan ukuran sedang tapi interiornya sangat modern dan bersih. Dilihatnya sikat gigi yang terlihat masih baru. tidak, Clara tidak akan menggunakannya karena hal itu bukan jaminan sikat gigi itu tak pernah terpakai. Ayolah Clara terlalu sensitif dengan hal-hal pribadi seperti itu. Alhasil ia hanya mencuci muka, wajahnya semakin dongkol saat matanya menangkap satu stel pakaian lengkap dengan dalamannya. Pipinya memerah padam, ukurannya begitu pas dan itu membuat ia muak.

Clara kembali menuju kasur dengan bermalas-malasan. Otaknya malah bermain tebak-tebakan apa yang akan terjadi selanjutnya? Siapa yang menculiknya? Apa yang diinginkannya?

"Help me God." Clara menghempaskan kepalanya ke bantal. Berharap pikiran yang membuat sesak itu cepat menguar dan hilang entah kemana.

Dilain tempat dirumah itu tepatnya di dapur, seorang pria dengan lincah memasak. Tangannya begitu lihai mengolah bahan makanan menjadi hidangan special untuk Clara, gadis imipiannya. Entah apa yang dimiliki gadis itu hingga membuatnya teramat berambisi untuk memilikinya.

*

"Bagaimana bisa itu terjadi? Kau tak menjaganya dengan baik John. Kalian semuanya tak becus." raungan histeris disertai derai air mata membahana diruangan yang suasananya begitu mencekam itu.
Semua penghuni mansion mewah bergaya eropa itu berkumpul. Semua bodyguard berbaris rapi tak ada yang berani mendongak. Siapa sangka malam panjang yang dilaluinya bersama majikan justru saat itulah sang majikan diculik, tetap saja itu disebut sebagai sebuah kelalaian.

"Clara where are you?" nada suara Nancy mendadak pilu, suaranya sudah serak sedangkan Alex memeluk tubuh lemahnya mencoba menguatkan. Alex tak tahu harus berkata apa tapi dihatinya ia merasa teriris. Walau ia termasuk tipikal yang keras dan cukup tegas pada Clara tapi keluarga adalah segala-galanya baginya. Keduanya menyesal karena terakhir kali berkomunikasi, anak semata wayangnya mengatakan bahwa mereka lebih menyukai pekerjaan daripada dirinya. Rasa sakit semakin menjalar tak kala ia mendengar keluh kesah sang anak. Andai Clara tahu bahwa dirinya termasuk bagian dari belahan jiwanya. Namun semua itu terbatasi karena setiap orang tua memiliki cara tersendiri dalam menyalurkan rasa kasih pada setiap anaknya.

Nancy pun kehilangan kesadarannya. Dengan sigap Alex menggendong sang istri menuju kamar di ikuti oleh beberapa maid. Tak lama Alex kembali keluar kamar setelah sebelumnya menyuruh pelayan untuk menjaga Nancy.

Alex kembali ke tempat semula masih tak ada ceramah panjang atau getaran amarah dari dirinya. Tak ada pergerakan, semuanya tak berkutik. Mata tajam Alex cukup berbicara bahwa keadaan telah di ujung kegentingan.

"Bawa sebagian anak buah mu untuk ikut bersama ku, dan selebihnya berpencar untuk mencari Clara."

Sebuah titah pertama dari sang majikan.

Wanna Die (Complete)✓Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora