21. Always be mine

162 31 1
                                    

Nancy duduk disebelah Alex, ia menunggu suaminya itu untuk menyelesaikan beberapa lembar lagi pekerjaannya. Sesekali matanya menatap pintu kamar Clara gelisah.

"Apa tak apa kita mengizinkan mereka berhubungan? Aku khawatir!"

Alex menutup dokumen terakhir yang telah selesai ia tandatangani. "Tak ada salahnya mencoba."

Satu kalimat lampu hijau itu sukses membuat Nancy menghela napas.
"Aku merasa menjadi ibu yang buruk."

Alex meraih tangan sang istri yang tengah menunduk sendu. "Maksud mu?"

"Ya, ibu macam apa aku. Aku sama sekali tidak tahu apa yang terbaik untuk Clara, apa yang dia inginkan, jujur saja aku tidak cukup banyak tahu apa yang membuatnya bahagia."

"Jangan berpikir seperti itu. Kau pikir aku tidak mempunyai alasan mengizinkan mereka hm? Setiap orang berhak atas kesempatan kedua, itu juga berlaku pada Ethan. Dan lihat sekarang saja Clara sepertinya bahagia bersamanya. Tidak mungkin bukan jika ia datang sendiri membebaskan Ethan tanpa alasan."

Alex membawa Nancy kedalam pelukannya. " Kita hanya mendukung keputusan putri kita, itu saja Sayang."

Tidak ada yang tahu masa depan. Jika mereka berjodoh maka apa pun masalahnya mereka akan tetap bersama, begitu sebaliknya sekuat apa pun mempertahankan jika mereka tidak digariskan bersama maka sampai kapan pun mereka tak akan bersatu, entah dengan cara apa. Kita hanyalah boneka takdir, ingat itu.

"Ayo kita tidur."

Sedangkan dikamar Clara atmosfer tiba-tiba mengantarkan Clara pada perasaan canggung yang tak biasa. Terlalu sering mereka tidur diatas ranjang yang sama, bahkan Clara pernah terlelap dikerasnya dada bidang itu. Namun kali ini berbeda karena adanya perasaan asing itu mulai berkembang, hingga sanggup membuat tetes-tetes keringat dingin sedari tadi di dahi Clara. Apalagi Ethan menatapnya dengan menopang kepalanya menggunakan satu tangan.

Lidah Clara keluh untuk memulai pembicaraan, tiba-tiba Ethan merangkak naik ke atas tubuhnya.

"A..aa..apa yang..kau la..lakukan?" Sial, mengapa bisa segugup ini.

Tanpa basi-basi Ethan mengulum bibir palm milik Clara yang telah menjadi candunya entah sejak kapan.

Clara ingin menjerit, ditengah ciuman memabukkan itu tangannya digenggam Ethan dikuncinya di atas kepala Clara. Dengan gerakan cepat dan cekatan Ethan membuka kancing baju tidur Clara.

"Hei what are you doing?" Clara mencoba menahan, tapi apa daya tenaganya tak sebanding. Clara benar-benar frustasi ketika dia telah half naked, apalagi saat putingnya merasakan sensasi panas karena kuluman Ethan, entah apa yang merasuki pria itu. Clara tidak mampu berfikir apa-apa.

Air matanya tengah mengalir diam. "Hentikan atau aku akan berteriak?"

"Sure?"

Jika Clara berteriak mau ditaruh dimana harga dirinya, ia akan malu jika mommy dan daddy nya tahu hal ini. Clara benci jika ia tak bisa memikirkan sesuatu selain menikmatinya. Ethan sepertinya sengaja, dia tahu apa yang dipikirannya.

Pada akhirnya wanitanya lunglai, tentu ia merasa terluka dan ragu. Apa ia mencintai orang yang salah. Ethan memberi kissmark di dada nya kemudian dileher hingga terdengar suara decakan. Sampai akhirnya Ethan sedikit menjauhkan wajahnya tuk menatap Clara, mendaratkan bibirnya singkat sekali lagi merasakan bibir sensual Clara kemudian menarik Clara kedalam dekapannya dengan posisi menyamping. Membuat dada mereka bersentuhan langsung tanpa sehelai benang pun.

"Mengapa menangis hm?" Ethan mengelap sisa-sisa air matanya dengan ibu jari.

"Aku sangat bahagia, dan malam ini aku menunjukkan pada dunia bahwa hanya aku yang bisa melakukan itu pada mu, hanya aku yang boleh melakukannya. Aku pertama dan terakhir. I love you more and more."

Wanna Die (Complete)✓Where stories live. Discover now