20. Queen Sweta

130 32 4
                                    

Miss you Ethan😍😘

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Miss you Ethan😍😘


















Bagai sebuah mimpi dan ilusi, ini seperti tak terjadi. Tempat itu menenangkan, sore hari yang tak begitu panas. Kenangan itu terbakar menyisahkan hanya sebagian, masih ku ingat wajahnya. Wajah yang ku sayangi. Ingin menangis tapi tak cukup memiliki alasan, hari ini tidak untuk bersedih lagi. Kebebasan begitu indah, mengalir bersama dogma-dogma yang satu persatu pecah. Clara memakai dress selutut dengan topi bundar besar, cahaya sore itu menggelitiknya dengan kebahagiaan. Sinar matahari terasa sejuk berbentuk garis-garis teratur karena terhalang pohon pinus yang berjejer rapi. Seakan dia sendiri, seakan dia begitu tenang melebihi mati.

Karir, kesibukan, tak ada yang dia pikirkan. Ini sudah dua minggu lepas dari kepergian Ethan. Satu minggu sebelumnya dia merasa ada yang kurang dan tertinggal hingga beberapa kali kepalanya menengok ke belakang. Minggu kedua dia memutuskan untuk menjalani hari seperti biasa, melupakan orang yang hanya tinggal bayangan di lembaran masa lalu.

"Aku mengambil libur, menenangkan diri selama lima hari." Teriaknya pada Managernya. Suatu kebiasaan yang teramat jarang Clara lakukan apalagi ia baru saja datang dari liburannya bersama keluarga. Tapi kali ini berbeda, waktunya kali ini untuk dirinya sendiri.

"Ini hari terakhir ku libur, menyenangkan sekali disini." Kali ini bukan pantai melainkan sebuah pariwisata tanaman.

*

Hari demi hari Clara lewati seperti biasa. Ia kembali menjalani kesibukannya hingga ia selesai dengan pemotretan, hingga ia selesai shooting filmnya, puncaknya hingga ia selesai dengan urusannya di kantor milik Steve langkahnya tercekat. Malam itu menyergapnya, ditengah-tengah lantai aula Clara berdiri kaku. Disini tangannya pernah ditarik, penggarapan filmnya telah setengah jalan hampir ke klimaks cerita tentu adegan romance mulai ada, sosok dipikirannya tiba-tiba datang begitu saja, berputar tak terkendalikan bagaimana caranya seseorang itu cemburu. Dan ini? Apalagi ini, ia bisa sesuka hati berdekatan dengan Steve.

Lihatlah khayalan sialan ini semakin liar, pria itu membukakan mobil dan memperlakukannya sedikit kasar. Kata-kata overprotektifannya bahkan tidak terdengar seperti sebuah bisikan. Clara pulang dengan hati gamang, berusaha menepis pikiran itu dengan menggeleng-gelengkan kepalanya. Kakinya kembali tercekat, mansionnya gelap tak berpenghuni. Ia lupa jika daddy nya mengirimkan pesan bahwa ia akan pergi tour bisnis. Clara tak mengerti bukankah ini sudah biasa? Lalu apa artinya kesepian teramat dalam ini. Ia berjalan cepat ke kamarnya, menghempaskan hati lelahnya diranjang. Menggenggam erat sprei lembut itu lalu melemparkan apa yang ia gapai. Berteriak, dan menangis. Ya, ia kalah dalam minggu ketiga, ia tak tahan lagi.

"Ethan bangsat." Desisnya.

Clara berbaring melihat dinding-dinding kamar, kemudian menutupi wajahnya dengan kedua tangannya. Ia tertawa kecil, merasa malu pada cicak yang melihatnya.

"Hahaha aku seperti putus cinta saja padahal pernah jatuh cinta saja tidak-" Kalimatnya menggantung, Clara kembali cekikikan.

"Apa iya seperti itu." Clara memukul kepalanya berkali-kali, mengapa masih saja menjadi munafik. Ia tak boleh gegabah, ia akan memikirkan matang-matang. Sengaja ia tidur tanpa membereskan kekacauan yang dibuatnya sebagai saksi atas keputusan yang ia ambil malam ini.

Wanna Die (Complete)✓Where stories live. Discover now