22. About Dream

126 30 1
                                    

Jika mimpi bisa memudar saat dewasa maka aku menolak untuk tumbuh dewasa. Biarkan aku egois untuk hal ini saja. Steve memandang datar pantulan air kolam, biasnya sesekali menerpa wajahnya yang temaram. Pria itu terduduk sendu di sofa empuk. Walau pemotretan telah selesai tapi Steve merasa enggan meninggalkan tempat itu, tempat dimana Clara bersamanya beberapa saat lalu.

"I don't know how the feelings. I think it's not real but l want to say that my feel is love." Steve mengucapkan kata-kata bodoh dan lebih terlihat menyedihkan dengan dirinya seperti ini. Sial, bahkan dirinya merasa terluka sebelum dilukai.

Disesapnya anggur yang tinggal separuh gelas. Menatap resort impiannya seperti istana masa kecil yang berhasil ia bangun. Patung Sweta, poster Clara, dan ketika Steve pergi ke ruang pribadinya disana bertebaran foto-foto Clara menutupi dinding dengan rapi. Jangankan disana, di kamar rumahnya juga ada. Alasannya karena Clara adalah model favoritnya, partner kerjanya, dan berdedikasi atas Sweta Resort impiannya.

Steve menatap cermin, pantulannya sendiri berkata untuk berhenti memberi alasan semunafik itu. Akui saja itu cinta tanpa sempat Steve tahu kapan ia tumbuh, terlalu bodoh tuk menyadari sampai cinta itu sebesar kini. Lalu jika sudah mengakui Steve jatuh cinta ia bisa apa? Selain mencintai dalam diam. Itu sama-sama menyakitkan.

Beberapa hari ia senang dengan ketidakhadiran Ethan disisi Clara. Bahkan hal sementara itu mendadak sirna karena rasa yang ia rasakan memang tak seharusnya ada.

*

Clara dengan senang hati menyambut genggaman Ethan ditangannya. Mereka baru saja sampai.

"Kau mau menginap Sayang?" Tanya Clara.

"Kau memanggil ku apa Sweetheart?"

Clara melebarkan senyumnya. "Sayang.." Tangannya memukul kecil pundak Ethan yang menggodanya. Kedua pipinya merona.

Deg.

Wajah senang Ethan berganti dengan muka datar, senyumnya juga telah sekejab hilang membuat Clara yang memperhatikan mengernyit heran.

Clara mengikuti arah pandang Ethan.
Disana orang tua Clara duduk dengan seorang tamu pria yang juga menatap Ethan. Wajahnya dihiasai lebam menambah kesan sangar apalagi bau alkohol begitu ketara ditubuh kekarnya.

"Dad dia siapa?"

Alex bukannya menjawab ia bangkit dan melalui Clara begitu saja.

"Ethan, kau benar-benar buruk. Bagaimana bisa aku memberikan pria seburuk diri mu pada putri ku?"

Clara gelagapan, ada apa sebenarnya ini.

"Apa maksud mu Dad." Alex hanya memandang Clara tanpa minat. Lalu kembali memfokuskan diri pada pria dihadapannya.

"Bajingan." Desis Ethan.

Tentu ia tidak mengumpat pada Alex melainkan pada pria yang masih duduk menontonnya.

*

Seorang pria tengah menikmati suasana malam sejuk hingga dirinya mengemudi dengan kecepatan rendah.

Brukk

Terkejut dengan suara jatuh lalu sebotol alkohol menggelinding ke jock depan. Semakin terkejut saat dirinya menoleh kebelakang.

"Kau?"

Walau belum pernah bertatap muka langsung, tapi Peter tahu bahwa yang duduk dibelakangnya adalah Ethan. Seseorang yang akhir-akhir ini diselidiki olehnya bersama Sean.

Peter tak terkecoh, ia memfokuskan diri kedepan berusaha tak panik.

"Bagaimana bisa kau berada didalam mobil ku?"

Wanna Die (Complete)✓Where stories live. Discover now