29. Battle for her

92 21 1
                                    

Selalu berwajah riang begitulah sifat Clara. Gadis itu kini beranjak dewasa dengan perilakunya yang tak mau diatur lagi.

"Apa yang membuat mu tersenyum begitu hm?" Nancy dan Alex sedang berkumpul diruang keluarga.

"Ternyata dia jodoh ku."

"Siapa?" Tanya Alex menyeruput kopinya.

Dengan sangat antusias setengah berteriak Clara berkata. "Tenang saja Dad, kau menjodohkan ku pada orang yang tepat."

Alex hampir saja menyemburkan minumannya. Sedang putrinya tersenyum lebar penuh damba tak bersalah.

"Jadi kalian tidak ada alasan lagi untuk tidak merestui ku." Clara meninggalkan orang tuanya yang mendadak bungkam.

Alex mengalihkan perhatiannya pada Nancy yang sedari tadi hanya menggelengkan kepala. "Apa kau dulu juga seperti itu saat kasmaran?"

"Aku tidak pernah kasmaran!"

Niat usil berubah menjadi kekesalan yang bertumpuk di ubun-ubun. Ada apa dengan wanita-wanita ini? Clara dan Nancy benar-benar menguji kesabarannya. Dasar wanita.

"Aku tidak pernah kasmaran. Kau saja yang tergila-gila pada ku membuat ku tak punya pilihan selain menerima mu." Ucap Nancy memperjelas.

Sedangkan Alex sedikit menganga dengan kalimat lugas yang dengan enteng keluar dari mulut istrinya.

"Kau tidak mencintai ku huh? Bagaimana jika aku selingkuh saja!" Sulut Alex emosi.

"Itu tidak akan terjadi karena kau telah bertekuk lutut pada ku." Nancy mengibaskan rambutnya penuh kesombongan. Sangat jarang bisa mengerjai suaminya seperti ini, Alex sangat mudah sekali dibuat kesal namun dia tidak akan pernah bisa marah pada istrinya. Lihatlah bagaimana pipinya memerah menahan rasa itu sedari tadi. Merasa cukup mengerjai, Nancy mencondongkan kepalanya mencium pipi Alex lembut.

"Aku melakukan itu agar kau bisa tertidur nanti malam." Lalu beralih pada telinga Alex saraya berbisik.
"Clara adalah bukti cinta ku pada mu Sayang." Segera Nancy pergi menuju kamar meninggalkan Alex yang hatinya berbunga-bunga. Percayalah, jika saling mencintai, tidak perduli telah berapa lama mencinta, rasanya baru kemarin mereka mengenal.



*


Ethan memicingkan matanya ketika mobil putih memasuki pekarangan rumahnya kebetulan dia sedang ada diteras depan bersama anjing dan kucing putih bernama Kitty.

Brak..

Si pemilik mobil yang ternyata adalah Steve keluar tak sabaran. Menarik kerah baju Ethan dan memberinya bogeman keras.

"Kau pikir ada hak apa melakukan ini pada ku?" Steve berteriak nyalang.

Ethan tersungkur, mengelap sudut bibirnya yang berdarah. "Shit." Desisnya tak terima.

"Kau mempermalukan dan mempermainkan mental ku. Ok, kau berhasil menghantui ku."

Memang sekarang publik menyudutkannya sebagai pihak yang salah, tapi itu tidak penting. Yang Steve sayangkan Ethan secara terang-terangan bermesraan dan mengejek dirinya, Steve sudah muak dengan bayang-bayang itu apalagi dengan para wartawan.

"Tapi aku juga berterimah kasih kau membuat ku sadar."

Steven berjongkok. "Semakin kau menyudutkan ku membuat ku terdorong untuk bergerak."

Steve sudah hampir berbalik sebelum Ethan angkat bicara. "Apa maksud mu?"

"Mulai detik ini kita akan bersaing secara terbuka. Perebut? Bagaimana jika aku benar-benar merebutnya."

Wanna Die (Complete)✓Where stories live. Discover now