27. My Daddy

103 22 1
                                    

Nancy dan Alex berjalan cepat saat tiba dibandara. Rasanya mereka ingin cepat-cepat sampai apalagi Nancy, terlihat jelas diwajahnya ia begitu bergairah ingin cepat sampai.

"Astaga, anak itu benar-benar diluar dugaan." Tadi malam setelah membingungkan kedua orang tuanya dengan merengek seperti anak anjing untuk ikut ke Aussie Clara langsung berlari senang menuju kamarnya. Seakan begitu cepat melupakan perdebatan diantara mereka sebelumnya.

"Aku tak mengerti dia menjadi lebih nakal." Alex tak habis pikir. Dirinya mengizinkan Clara ikut mengira mungkin Clara ingin berlibur dirumah neneknya dia Aussie jadi mereka tak perlu menyewa hotel. Tapi pagi harinya mereka kehilangan Clara yang dikiranya sedang berdandan, begitu ditelpon ternyata anak itu sudah berada di Aussie dengan jet pribadi Daddynya.

Sampailah mereka di rumah bercat putih, sangat rapi bahkan untuk rumput liarnya. Suasana juga jauh dari kebisingan membuat rumah itu menjadi sempurna untuk seseorang yang ingin hidup damai.

Tanpa mengetuk pintu Nancy segera masuk. "Clara, dimana kau? Ku kira kau akan berangkat bersama kami. Apa yang kau pikirkan huh? Kau tidak boleh pergi sendiri untuk perjalanan sejauh ini." Teriaknya nyalang.

"Maaf nyonya, nona Clara sedang bersama Grandma di lantai atas." Ucap salah satu maid.

Nancy segera menaiki tangga diikuti Alex yang mengekorinya. Rupanya mereka sedang berada diruang keluarga, samar-samar terdengar gelak tawa disertai obrolan yang suaranya sangat familiar ditelinga Nancy.

"Clara, kau membuat Mommy kesal-" Omelan yang siap disemprotkan itu terputus saat melihat lelaki yang duduk ditengah-tengah Clara dan Grandma-nya.

"Kau?" Tatapan Alex langsung meradang.

"Hei..hei.. Kalian datang bukannya memberi salam malah mengomeli cucu kesayangan ku."

Nancy tersadar lalu segera mencium pipi kiri dan kanan ibu nya.
"Mom, aku merindukan mu."

"Clara mengapa disini ada Ethan." Alex tak ingin basa-basi.

"Ya dia mengenalkan pacarnya pada ku. Banyak berita di TV jadi aku ingin bertemu langsung. Dia sungguh cocok untuk Clara. Ayo Ethan ke dapur katanya kau bisa memasak." Cintya, nenek dengan paras ayu yang menunjukkan betapa cantiknya dia saat muda dulu terlihat lebih bersemangat. Anaknya datang, dan cucunya membawa seorang pacar membuat hari ini terlihat lengkap.

Di dapur Cintya memperhatikan aksi Ethan yang memukau dengan bermain api diwajan, melempar telur ke udara, mengiris brokoli dengan begitu cekatan, dan jangan lupakan caranya memasak membuat siapa saja yang melihatnya terhipnotis. Sama seperti koki asal favoritnya dari perancis yang sering Cintya tonton. Entahlah saat memegang spatula Ethan terlihat tetap tampan dengan celemek itu. "Astaga, rasanya aku ingin menangis. Aku sangat senang kau datang."

"GrandMa aku hanya memasak, mengapa kau berkaca-kaca hm?"

"Suami ku meninggal dua tahun lalu tapi setiap detik terasa bayangannya masih berlalu lalang disini menemani ku. Rasa bosan ku sungguh luar biasa hingga aku tak bisa menceritakannya pada orang lain. Anak dan menantu ku ditambah kau membuat aku terasa hidup kembali."

"Jika kau bosan mengapa kau tak tinggal di Los Angeles bersama Clara?" Tanya Ethan.

Cintya menarik senyumnya menciptakan cetakan keriput dibeberapa bagian wajah. "Tidak, disini aku memiliki banyak kenangan. Disini sangat tenang bahkan serangga pun tahu kapan dia harus berbunyi." Tutur Cintya disertai tawa renyah diakhir kalimat.

"Aku mengerti GrandMa." Ethan memeluk Cintya.

Clara, Alex, dan Nancy melihat dari jauh. "Ini tidak boleh dibiarkan. Mommy tidak boleh dekat dengan orang yang berbahaya."

Wanna Die (Complete)✓Where stories live. Discover now