9. I'm back

313 67 9
                                    

Deru mobil klasik memecah keheningan gelap malam itu, cahaya lampu mobil mungkin hanya  satu-satunya penerang dari beberapa menit yang lalu sebelum akhirnya wajah cantik Clara menjadi nampak lalu menghilang begitu seterusnya karena lampu jalan. Entah sudah berapa kilo meter mereka lalui, yang pasti setiap perputaran roda sangat berarti kelegaan bagi Clara.

Tak henti-hentinya ia merapalkan doa dalam hati, sungguh rasanya beban yang ia tanggung hanyut dalam satu ombak besar. Penculikan, pembunuhan, kekerasan, darah, itu bisa disebut sebagai neraka. Neraka yang telah dilaluinya dirumah yang ia tak tahu jelas dimana tempatnya. Entah itu dipinggiran kota, tengah hutan, atau apapun itu. Rumah Ethan sangatlah sepi, berbulan-bulan tinggal disana dia hanya menemukan dan bisa berkomunikasi hanya dengan satu orang dari lingkungan luar, Josley. Hanya Tuhan yang tahu bagaimana nasib pria itu sekarang.

"Kau harus menuruti ku dan mematuhi ku."

Clara menggeser sedikit kepalanya yang begitu nyaman bersandar kearah pria disampingnya.

'Tidak! Aku tidak akan pernah mematuhi siapa pun. Aku benci peraturan yang tidak buat oleh diri ku sendiri.'
Clara hanya menjawab dalam hati. Pria itu benar-benar mengganggu suasana hatinya.

"Kau harus mencintai ku." Tekad Ethan begitu bergairah.

'Aku tidak akan pernah mencintai mu, aku bersumpah itu.'

Clara meremas rok nya sendiri, tanda ia punya tekad tak kalah besar dari kebalikan keinginan Ethan.

"Tidurlah Sayang, ini masih sangat jauh." Suara Ethan berubah lembut.

Bukan karena menuruti ucapan Ethan, tapi karena angin malam memberikan Clara kesejukan untuk mencoba nyenyaknya tidur. Matanya juga terasa berat.

Akhirnya dia kembali, dirinya bisa pulang dan terbebas dari rumah mengerikan itu hanya dengan persetujuan untuk menjadikan Ethan sebagai kekasihnya.

Clara sedikit ragu, ia sadar sepenuhnya bahwa keputusan yang ia ambil mungkin akan sangat mempengaruhinya dimasa depan. Tapi ia tak sabar untuk bertemu orang tuanya dan kembali pada karirnya. Setidaknya itu yang ada dipikiran Clara.

*

Mentari belum terbit, bahkan dingin masih terasa menusuk tulang.

Ethan mengecup pucuk kepala Clara dengan sayang, memberi elusan pada pipi chubby nya bermaksud membangunkan. Tak butuh waktu lama, Clara mengerang dan perlahan membuka matanya.

"Selamat datang dirumah mu Honey."

Wajah Clara sumringah bahagia, segera ia turun dari mobil. Benar,ini bukan mimpi. Surganya telah berada didepan mata. Bangunan putih itu adalah rumahnya. Clara berlari meninggalkan Ethan.

"No...na...Nona Clara?" Salah satu maid menatap sosok Clara tak percaya. Clara menghiraukannya, ia mencari mommy dan daddynya.

Di kamar tak ia temukan, bahkan saking senangnya Clara penuh semangat menaiki tangga ke lantai tiga melupakan lift yang berada di mansion itu.
Clara kembali mencari mereka, langkah kakinya membawanya keruang makan.

Prang...
Nancy menjatuhkan gelas yang ada digenggamannya. Clara menatap mommy dan daddynya bergantian. Ia melihat bulir-bulir air mata dipelupuk Nancy.

"Nak...?" Mendengar suara Nancy bergetar tak kuasa Clara juga tak mampu membendung air matanya agar tak keluar.

"Nak.. Ini kau kah?"

Clara menghambur memeluk Nancy erat.

"Ini bukan mimpi?" Nancy masih terpaku tak bergerak dipelukan Clara.

Wanna Die (Complete)✓Where stories live. Discover now