31. Hate and angry

101 15 0
                                    

Selang infus tengah dipasang, wajah Steve lumayan tidak terlalu pucat dari sebelumnya. Dia kehilangan banyak darah namun beruntung tidak terlambat ditangani. Tanpa Clara sadari pria lain yang tubuhnya dipenuhi keringat duduk dibelakangnya sedang dikuasai oleh sisi buasnya. Ethan menatap benci wanitanya menangis dan bersedih untuk pria lain. Haruskah dia menyakiti Clara agar hanya melihat padanya. Dirinya merasa diacuhkan, bahkan mengapa Clara menemui Steve gadis itu belum menjelaskan apa pun.

"Ayo pulang-" belum sempat Ethan menyelesaikan kalimatnya Clara lebih dulu sibuk dengan kehebohannya.

"Astaga, tangannya bergerak. Dia mungkin akan sadar. Akan ku panggilkan dokter." Clara tergesa mencari dokter melupakan tombol yang bisa ia tekan untuk memanggil petugas membuat Ethan tersenyum miris, gadisnya benar-benar khawatir rupanya.

Beberapa orang berbaju putih datang. Ternyata Steve sudah membuka mata. "Jika ada keluhan segera beritahu kami." Titah sang dokter.

Steve tersenyum mengiringi kepergian dokter dan asistennya, Clara kembali duduk disamping pria itu.  "Maafkan aku, karena aku kau terluka dan terimakasih sudah menyelamatkan ku."

Steve tersenyum dengan aksennya, berlagak seakan semua tidak masalah. "Ini hanya luka kecil, jangan khawatir aku sendiri yang ingin menolong mu."

"Kau tidak pulang? Ini sudah larut, dimana Ethan? Apa dia tidak mengamuk?"

Clara mengernyit, dia terlalu asyik dengan dunianya sendiri. Dia menoleh ke belakang, sudah tidak ada Ethan di sofa itu. Kemana dia?

"Mungkin dia mencari udara segar, tak apa dia pasti mengerti." Namun entah mengapa firasat buruk yang Steve rasakan.

Memilih menemani Steve dan tidak mengabari Ethan adalah keputusan terburuk yang Clara lakukan tanpa dia sadari. Apa yang tengah terjadi hari ini membangkitkan sisi gelap Ethan kembali, kegilaannya mulai muncul kepermukaan, sama seperti Ethan yang sebelumnya.

Ethan berada disebuah markas, tempatnya bermain. Sudah ada korban dimeja operasi, beruntung korban Leo yang satu ini belum disentuh Leo sama sekali jadi ini seperti hidangan sambutan untuk dirinya. Ethan datang disaat yang tepat. Tanpa salam perkenalan atau tawa setan untuk menakuti Ethan langsung menikam, mengoyak tubuh tak berdayah yang terbaring didepannya seakan dia sedang mengikuti perlombaan untuk menentukan manusia tersadis di dunia.

Mencincang tubuh itu sampai hancur bahkan darah sudah seperti genangan hujan yang sebentar lagi akan menjadi sarang nyamuk.

Nafas pria itu naik turun, menyalurkan sesuatu yang membuatnya sesak ingin meledak.
"Wow kau kembali." Pernyataan Leo bukan karena Ethan jarang datang ke markas melainkan aura yang sempat redup kini kembali terpancar dari pria itu. Aura gelap yang membuatnya berbeda.

"Kau kenapa hm?" Tanya Leo santai.

"Maksud mu?" Tanya Ethan balik bertanya.

"Ada banyak kenapa yang akan ku lontarkan. Kenapa kau tidak seperti sebelumnya, kenapa kau jarang membunuh lalu sekalinya membunuh kau membunuh seperti itu? Kenapa dengan cara mu itu huh? Dan kenapa dunia mu seakan teralihkan?"

Ethan diam. Bukan pada pertanyaan lebih tepatnya mengapa Leo bertanya seperti itu.

"Ya benar semua karena Clara. Gadis yang kau sangat cintai itu."

Lirikan Ethan berubah sinis.

"Karena aku sudah muak jadi aku akan memberi tahu mu satu rahasia."

Leo mendekat, belum pernah Ethan melihat Leo menatapnya seperti itu.
"Aku adalah selingkuhan ibu mu."

Ethan terkejut, entah apa yang dia pikir dan rasakan. Apa dia harus marah karena itu ibunya meninggalkan daddy dan dirinya. Siapa yang harus Ethan benci? Daddy nya yang tidak memberi mommy nya kepuasan atau seorang ibu yang serakah, atau bahkan dirinya sendiri.

Wanna Die (Complete)✓Where stories live. Discover now