39. It's hard

147 11 0
                                    

Brakk...

Gebrakan keras di meja adalah respon pertama dari ayah Steve, Mario Alward setelah cerita panjang dari anaknya, Steve Alward.

"Kau punya otak? Kau sudah kehilangan akal." Tudingnya pada Steve.

Clara tak terkejut, dia sudah memprediksi akan ketidaksetujuan mereka atas rencana konyol Steve.

"Kalian baru saja menikah, bagaimana bisa kau ingin pria lain menikahi istri mu. Apa kau tidak mencintainya huh? Kau anggap ini lelucon." Lexa mommy Steve angkat bicara. Dia tak habis pikir isi kepala anaknya itu.

Steve memejamkan mata, tak tahu harus bagaimana menjelaskan. Sulit memang jika sudah berkaitan dengan masalah hati. Mereka hanya para orang tua yang ingin terbaik untuk anaknya.

"Aku mencintainya, sangat. Aku rasa ini yang terbaik." Steve tertekan dan merasa frustasi. Maksudnya mengumpulkan keluarga Clara dan keluarganya adalah untuk meluruskan dan menciptakan keterbukaan sebagai keluarga besar. Tapi sungguh sulit untuk meyakinkan mereka.

"Dia hampir membunuh Clara, dimana kewarasan mu hendak memberikan putri ku padanya lagi." Alex yang sedari diam memperhatikan orang-orang dihadapannya berdebat mulai berbicara dengan sorot mata serius. Dia tak tahu apa yang terjadi hingga Steve membuat keputusan konyol seperti itu, tapi Alex tidak pernah meragukan cinta Steve pada putrinya.

"Tentu saja aku juga tidak setuju. Akhiri perbincangan sampah ini, dan jangan berbicara aneh." Nancy mengambil tas, menjadi orang pertama yang keluar diikuti yang lainnya.

Clara hanya diam menonton drama yang diciptakan suaminya itu. Clara menepuk pundak Steve, pria itu menunduk dengan satu tangan menahan kepalanya.

"Kau puas? Tidak akan ada yang setuju dengan ide gila mu." Clara juga meninggalkan Steve masuk kamar.



*


Pagi hari Clara tak menemukan Steve disampingnya. Dia mandi dan bersiap keluar. Polesan make up natural cukup menambah kesan lebih cantik walau wajahnya memang cantik secara alami.

Kaki jenjangnya melangkah menuruni tangga. Clara menyipitkan matanya saat melihat dibawah sana orang tuanya dan orang tua Steve duduk bersama. Ada apa lagi mertuanya kemari? Tidak mungkin Steve menyuruh mereka berkumpul kembali setelah melihat reaksi keras penolakan akan permintaannya.

Clara mematung di ujung anak tangga saat pintu terbuka dua pria masuk, yang ternyata adalah Ethan dan daddynya, Grey.

Kali ini apa lagi?

"Clara kemarilah Sayang."

Clara menghampiri Steve, suaminya itu mencium pipinya. Rutinitas setiap pagi, pria itu bersikap biasa saja. Tapi jelas Clara kebingungan.

Mereka semua tengah duduk dengan ekspresi campuran. Tegang, marah, dan entahlah.

"Aku Grey, daddy Ethan. Aku kemari bukan untuk meminta persetujuan kalian agar Ethan menjadi suami kedua Clara, atau pun membenarkan perbuatan anak ku. Aku akui Ethan adalah orang yang buruk, sangat buruk. Dia membunuh tanpa belas asih, dan tindakan tercela lainnya. Tidak adil rasanya jika kalian hanya memandang Ethan yang buruk. Padahal dia seperti itu karena seorang ayahnya yang buruk."

Grey mengambil sapu tangan di saku celananya, dia tak segan mengeluarkan air mata. Dia hanya ingin mengeluarkan beban yang dia pendam sendiri.

"Istri ku selingkuh, kabur bersama pria lain dan meninggalkan anak kami. Dan Ethan ternyata di temukan dan di asuh oleh selingkuhan istri ku." Grey sampai sesenggukan, membuat semuanya terhipnotis untuk diam dan memasang telinga baik-baik.

"Mengapa istri ku selingkuh? Mungkin salah ku tidak bisa menjadi pria terbaik untuknya. Hingga dia memilih bersama pria lain. Jika bukan karena itu Ethan tak akan memiliki perasaan dimana dia merasa dibuang dan tak diharapkan oleh dunia. Apalagi sampai bertemu Leo, bajingan itu justru semakin merusak mental dan psikisnya."

Ethan menangis dalam diam, matanya memerah saat kisahnya justru menyakiti banyak orang.

"Bertahun-tahun aku hidup dalam rasa bersalah. Jadi ku mohon jangan salahkan Ethan, kalian juga harus menyalahkan ku ayah yang payah ini."

Grey menatap Clara. "Clara, paman tidak akan memaksa mu untuk memaafkan Ethan, itu hak mu. Setidaknya Ethan menunjukkan dia sangat mencintai mu dan menyesal. Itu saja. Kami berdua akan pergi ke luar negeri dan memulai lembaran baru. Kami ingin pamit dan meminta maaf dengan benar, itu saja."

Tangan Clara mengepal dibawah meja. Rasanya menyesakkan. Dan itu tak lepas dari perhatian Steve. Dia tahu Ethan sangat mencintai Clara dan Clara masih menyimpan ruang dihatinya untuk pria masa lalunya itu.

Clara kembali naik ke lantai dua ke kamarnya. Tanpa berucap sepatah kata pun.

"Clara tahu Ethan psikopat, pembunuh, dan bukan pria baik. Tapi Clara memilih mencintainya. Clara pernah menerima Ethan apa adanya. Aku ragu cinta seperti itu akan cepat dia lupakan, bagaimana pun Ethan cinta pertamanya. Dan aku yakin Clara sudah memikirkan konsekuensi dan apa yang mungkin akan dilaluinya jika mencintai pria seperti itu." Steve tersenyum mengejek. Dirinya memang bukan yang pertama hadir di hati Clara, itu yang ia sesalkan.



*


Ethan melihat ramainya bandara internasional yang sekarang ia pijak. Dia tak menyangka akan berakhir disini dan seperti ini. Disampingnya daddynya dengan tubuh sedikit gemuk itu memandang yakin padanya, agar ia jangan ragu-ragu memulai hidup yang baru. Mengubur masa lalu seraya mereka meninggalkan new york.

"Ayo."

Mereka melangkah hendak menuju pesawat tanpa menoleh kebelakang. Ethan sedih, tapi dia harus bahagia. Ethan tak ingin, tapi dia harus. Karena hidup akan terus berlanjut, bedanya hidup seperti apa yang ingin Ethan lanjutkan semua ada pada tangannya.

"Ethan."

Ethan berhenti melangkah begitu juga Grey. Sosok Steve berdiri disana dan sosok jelita muncul dari belakangnya.

Dipikiran Ethan mereka mungkin akan mengucapkan selamat tinggal. Steve menarik tangan Clara menghampiri Ethan.

"Keluarga kami mengizinkan mu untuk menikah. Kau yang memutuskan untuk pergi atau tidak." Ucap Steve langsung ke intinya.

Ethan menatap Grey, daddy nya mengangguk. Lalu Ethan beralih menatap Clara. Wanita itu hanya menunduk, dia merasa malu dan canggung.

Ethan memeluk Clara erat, perlahan Clara membalas pelukan itu. Matanya menatap Steve, melihat sekali lagi apa Steve benar-benar rela dia menikah lagi. Tapi Steve menunjukkan senyum bahagianya, dan Clara tahu itu tidaklah palsu.

Pelukan itu adalah sebuah isyarat bahwa Ethan tidak akan pergi, dia memilih hidup bersama Clara.

"Khem... Sebelum itu aku rasa kita bertiga harus berdiskusi." Clara menjadi kikuk. Ada beberapa yang harus dibahas oleh mereka bertiga.

"Daddy akan pulang lebih dulu. Kau bersama mereka saja." Grey bersiap menggeret koper dibantu pengawalnya.

Clara, Steve, dan Ethan telah berada di sebuah restoran privat.

"Keluarga kami setuju dengan syarat kau harus sembuh. Psikis mu harus normal dan tidak boleh membunuh." Clara tidak melanjutkan perkataannya karena Ethan pasti sudah mengerti.

"Jadi sekarang kita buat kesepakatan kita bertiga saja. Bagaimana tentang pembagian waktu Clara? Satu hari tidur bersama ku dan satu hari bersama mu?"

Clara mulai merasa tak nyaman dengan arah obrolan Steve.

"Tapi aku sudah terbiasa tidur dengen memeluknya." Steve bermolong dengan tampang sedih.

"Kita buat kamar besar untuk kita bertiga." Final Ethan.

What? Clara sudah menikah diusia muda ditambah lagi dengan rencana menikah lagi, dia akan punya dua suami di usia awal dua puluhan. Sungguh takdir yang tidak pernah ia duga


#Tbc

Wanna Die (Complete)✓Where stories live. Discover now