32. He lose

103 14 0
                                    

Clara mengecek hp nya, terasa ada yang aneh. Tidak ada pesan atau telpon dari Ethan. Clara bahkan tak tahu apa Ethan terluka akibat insiden itu. Dia terlalu kacau pada kondisi Steve, penusukan itu dilihatnya sendiri. Mirisnya yang melakukannya adalah teman baiknya sendiri.

"Dia belum pulang, ah tidak! sudah dua hari dia tak pulang. Dan tidak mengabari ku." Ucap Grey.

Jawaban yang membuat kecewa itu mengiringi kepergian Clara dari rumah Ethan. Kemana lagi harus Clara cari, di rumah pribadinya Ethan pun tak ada. Selain itu tak ada yang bisa Clara kunjungi. Dia tak tahu banyak tempat yang sering Ethan datangi apalagi teman-temannya.

Apa Ethan marah? Sepertinya iya, pria itu merajuk dan cemburu. Ini juga salah Clara. Dan tanpa gadis itu sadari Ethan bukan hanya marah, mungkin lebih dari itu.

Ditelponnya sekali lagi nomor Ethan, tetap tidak aktif. Namun malah satu pesan yang masuk dari Mike.

'Ke bandara sekarang, aku akan berangkat.'

Clara menghela napas, dipacunya mobilnya ke bandara. Disana Mike langsung menyambutnya dengan pelukan.

"Kau lama sekali, aku sudah mau masuk pesawat."

"Jalanan macet Mike. Pergilah, hidup dengan tenang disana. Bawakan aku sesuatu jika kau pulang. Ok!"

Mike berdecak, dia bersyukur hubungannya dengan Clara tetap baik setelah apa yang terjadi.

Mike melambaikan tangan, waktu mungkin akan berjalan cepat karena dirinya akan selalu merindukan gadis itu.

Tanpa Clara sadari sepasang mata memperhatikannya dengan kilat marah dari dalam mobil hitam.

Clara merogoh sakunya karena ponselnya bergetar rupanya yang menelpon adalah Steve.

"Aku tahu kau tak sibuk. Cepat kemari, aku butuh model sekarang."

"Apa kau sudah membaik Steve?" Tanya Clara.

"Tentu, bahkan aku kembali bekerja."

"Tapi aku ada urusan Steve."

"Hei aku menyelamatkan mu bukan? Jadi anggaplah balas budi." Ucap Steve dengan nada bercanda.

"Aish kau berubah-ubah ternyata. Baiklah."

Sebenarnya Clara masih memikirkan Ethan. Bahkan saat diruang make up pun pikirannya tak bisa berhenti memikirkan pacarnya tersebut.

"Khem.. apa yang kau lamunkan sweetheart?"

"Ah tidak." Clara sedikit terkejut.

"Ceritakan saja. Aku tidak ingin model ku kehilangan fokus bekerja."

Clara menghembuskan napasnya dalam. "Semenjak peristiwa di gedung itu Ethan tidak ada kabarnya. Terakhir dia berada dirumah sakit setelah itu dia menghilang. Aku pikir dia marah, tapi dia tidak pernah selama ini menjauh dari ku. Aku jadi berpikir mungkin dia diculik, disekap, atau dia dalam bahaya." Clara hampir menangis memperkirakan semua itu.

Steve melonggarkan dasinya, diam sejenak dan menatap mata Clara. "Aku bertemu dengannya kemarin. Dia ada urusan yang sangat penting."

Clara melotot seketika. "Benarkah? Tapi mengapa dia tidak mengabari ku?"

"Kami tidak sengaja bertemu di jalan. Aku menyapanya duluan, tapi dia langsung pergi karena ada urusan."

Kini giliran Clara yang terdiam, nampak berpikir.

"Seseorang ada kalanya seperti itu dan itu wajar. Bukan karena Ethan tidak mencintai mu atau tidak menganggap mu penting. Di dunia ini ada porsinya masing-masing."

Mendengar itu Clara tersenyum lega, senyuman yang membuat Steve merasa bersalah. Pasalnya dia tengah berbohong. Egonya tidak suka Clara memikirkan pria itu walau Ethan adalah pacarnya. Jika Ethan bisa memiliki Clara karena keegoisan dan paksaan, mungkin saja Steve akan melakukan yang sama.

"Aku muak mencintai dalam diam. Jika seseorang bisa memiliki mu dengan cara apapun, maka aku juga sama!" Tekad Steve dalam hati.

"Ya, syukurlah dia tidak diculik. Mengetahui Ethan baik-baik saja sudah cukup bagi ku."

"Ayo...!"

Waktu berjalan begitu cepat. Clara memang profesional dan menikmati kegiatannya. Apalagi partnernya juga pria muda sebayanya.

Sudah dua hari Steve dan Clara bekerja bersama. Steve begitu perhatian, bahkan menemani Clara melakukan photoshoot dan acara fashion. Hingga saat mereka makan siang bersama seseorang mendatanginya.

"Halo aku Lya." Wanita dewasa itu menunjukkan id card yang menggantung dilehernya dan Clara juga Steve paham dia adalah seorang wartawan.

"Aku hanya ingin bertanya. Kalian terlihat akrab bahkan setelah insiden kalian ciuman. Apa kau sudah putus dengan pacar mu Clara?" Reporter itu bertingkah sopan, baru saja Clara membuka mulut tapi Steve mendahuluinya.

"Salah, kami tidak berciuman, tapi aku yang menciumnya. Aku heran itu dipermasalahkan. Ku kira itu lumrah di negara kita. Kau bisa mengatakannya kesalahpahaman dan dia tidak putus."

Steve merangkul Clara, gadis itu melihat tangan Steve yang melingkar dipundaknya.

"Kami bersahabat." Ucap Steve lugu.

"Ah baiklah. Aku tidak akan mengganggu kalian."

Sudah Clara duga tak lama kemudian pasti akan ada artikel tentangnya di google.

"Steve setelah ini aku harus menghadiri pesta relasi, daddy menyuruh ku ikut."

"Ya itu bagus untuk mu. Mau ku antar?"

"Boleh..."

Sesampainya disana Alex langsung menyambut antusias kedatangan Clara.

"Huaah kau datang disaat yang tepat. Seorang model cantik dan pembisnis sukses, foto kita akan mendapat banyak like kawan-kawan." Ucap Alex.

"Cepat seret keduanya bung." Balas salah satu rekan kerja Alex yang memegang kamera. Tanpa sempat menolak akhirnya mereka terpaksa berfoto bersama.



*

Hari telah berganti, pagi datang kembali menghantarkan mata indah Clara terbuka. Setelah beberapa kali berkedip Clara mengernyit. Yang dia lihat bukan langit-langit kamarnya, begitu asing.

Clara menoleh kesamping. Ethan memperhatikannya sambil berdiri.
Clara menajamkan penglihatannya, memastikan ini bukan mimpi dan dia tidak salah lihat. Didepannya benar-benar Ethan.

"Ethan? Kau kemana saja? Kau tidak menjawab pesan dan telpon ku?"

Ethan hanya terdiam datar. Barulah Clara menyadari bahwa posisinya dia sedang duduk terikat dikursi.

"Ethan? Apa yang kau lakukan?"

Ethan mendekat, membelai rambut Clara. "Sayang, pertanyaan mu seperti mencemaskan ku saja."

"Aku merindukan mu, tapi apa yang kau lakukan?"

"Tidak. Kau tidak seperti itu. Lalu apa artinya makan bersama dengan Steve, dan foto di instagram daddy mu?"

Mengingatnya saja membuat Ethan marah bukan main, namun ia bertahan agar tak meledak. Ini belum waktunya.

"Dia menyelamatkan ku. Lagipula aku hanya mencintai mu." Clara kira Ethan akan luluh dan merasa berhutang budi karena Steve menyelamatkan wanitanya.

Ethan menyeringai, ia mundur dua langkah dengan senyum misteriusnya.

#tbc

Wanna Die (Complete)✓حيث تعيش القصص. اكتشف الآن