30. Be Near

89 19 3
                                    

Sinar matahari yang belum sepenuhnya menyinari namun tetap berusaha bergabung dengan dinginnya pagi ini, hingga terasa segar dan sejuk. Clara telah selesai berdandan, tampilannya lima menit lalu sudah terlihat rapi. Lipstick pink dipadu polesan-polesan tipis diwajahnya.

Dilihatnya sang kekasih yang masih bergelut manja didalam selimut mencari kehangatan dan posisi  nyamannya. Lebih baik Clara berangkat sebelum pria itu terbangun, jangan sampai dia tahu bahwa Clara akan bertemu Steve.

"Sayang, tidur yang lama ya." Bisiknya pelan lalu membenarkan posisi selimut Ethan.

Clara melenggang pergi, menuju cafe tempat janjiannya bertemu dengan Steve. Tak perlu waktu lama mungkin sekitar dua puluh menit dirinya sudah sampai. Maklum saat pagi hari jalan masih lenggang dan Clara sesekali suka mengebut.

"Steve." Sapanya.

Clara sedikit kikuk, mereka tidak pernah lagi bertemu seperti ini dalam tanda kutip hanya berdua saja semenjak tidak ada hubungan perkerjaan diantara mereka.

"Aku tidak punya banyak waktu jadi ku harap kita bisa menyelesaikan ini dengan cepat."

"Setidaknya minum dulu teh yang telah ku pesan untuk mu."

Clara mengikuti arah tunjuk Steve, namun ia menurutinya dengan meminumnya sedikit.

"Aku mencintai mu. Aku tidak meminta mu membalas cinta ku atau ingin menjadikan mu pacar ku. Aku tidak ingin menjadi perebut pacar orang. Aku hanya mencintai mu, cinta Clara ini cinta. Bukan hanya rasa suka atau kagum biasa."

Tatapan mereka bertemu, menyalurkan apa-apa yang ada dipikiran mereka masing-masing.

"Aku mengerti Steve. Tapi tidakkah ini menyiksa mu dan mengganggu orang lain!"

"Bagaimana akan menyiksa ku? Jika saja bisa ku kendalikan. Aku nyaman dengan perasaan ini dan aku pertegas, aku tidak akan mengganggu siapa pun."

Tapi lain halnya jika Ethan sampai tahu. Dia bukan Clara yang akan mampu mengerti dan memahami.

"Entahlah semuanya ada pada mu. Ku harap kau memikirkan lagi dan lebih bijak." Clara bangkit, raut sedih yang tergambar diwajah Steve membuatnya kasihan. Memang rasa cinta tidak bisa dikendalikan, bukan salah Steve, atau salah siapa pun. Karena Clara juga pernah merasakan hal yang sama. Untuk saat ini biarlah waktu saja yang menjadi penentu bagaimana satu per satu nasib mereka.

Tidak, Steve masih rindu. Dikejarnya Clara keluar tapi yang ia dapati hanya mobil Clara dengan pintu yang terbuka. Dilihatnya sekeliling Clara tak sadarkan diri dalam gendongan pria yang menggunakan penutup kepala. Terlambat, mobil hitam itu mulai berjalan.
"Hei kau!"

"Sialan, akan ku bunuh kau keparat."

Bukan Steve, melainkan Ethan yang tiba-tiba muncul berlari mengejar mobil itu lalu secepat kilat memasuki mobilnya mengejar. Steve pun melakukan hal yang sama.

Ethan meneliti baik-baik kendaraan didepannya, ada banyak mobil hitam. Walau sudah menghafal plat nomor si penculik tentu dia kesusahan karena terhalang mobil lain. Diliriknya dari spion mobil kuning dibelakang, Steve akan ia urus setelah ini selesai.

Ethan dan Steve frustasi karena kehilangan jejak mobil itu. Namun sebuah ide terlintas, Ethan memasang pelacak di hp Clara. Niatnya tadi ingin menemani gadis itu makan katika tahu lokasi kekasihnya itu ada di sebuah Cafe, namun kenyataan membuatnya marah karena ada pria yang tidak ia suka apalagi insiden penculikan ini membuat darahnya mendidih.

"Semoga saja bisa." Harapnya. Dan mungkin tuhan mendengarnya. Ethan bisa melacak keberadaan Clara, beruntung Clara meletakkan ponselnya di saku celana.

Seringaian yang tak biasa perlahan terbit, entahlah apa yang tengah tergambar di imajinasinya.

Disebuah gedung tak terpakai, lantai 5. Begitulah yang Ethan tahu. Dihadapannya hanya ada satu mobil terparkir. "Mati kau." Mari lihat siapa yang berani bermain-main dengannya.

Ethan berjalan cepat, berusaha tetap tak menimbulkan suara.

"Kau tega sekali. Kau jahat."

Mendengar suara Clara, Ethan bersembunyi dibalik tembok. Dilihatnya Clara dengan tangan terikat sedang menangis dihadapan pria yang membelakangi Ethan.

"Kita berteman sedari kecil. Sadarlah." Ucap Clara lagi.

"Sudah ku bilang aku tidak ingin menjadi teman. Aku menyayangi mu tulus, harus dengan cara apa lagi untuk menunjukkan pada mu selain cara ini. Tinggalkan saja Ethan, pria bajingan itu tak pantas memiliki mu. Apa yang kau harapkan dari pria psikopat seperti dia?"

Tangan Ethan mengepal mendengar perkataan pria itu.

"Kau yang seharusnya sadar, aku jauh lebih baik daripada siapa pun untuk bersama mu. Ayo menikah, dan hidup bahagia."

"Sudah berapa kali kau terluka karena Ethan? Kau tidak takut melakukan ini huh?" Teriak Clara. Ethan membulatkan matanya berarti dia mengenal pria ini.

"Ku mohon lepaskan aku Mike."

Mike? Sial, beraninya bedebah itu.

"Sepertinya kau menikmati wanita ku menangis ya? Kau tidak dengar apa yang dia katakan? Lepaskan cepat."

Ethan mengagetkan keduanya. Mike bersiaga, memeluk Clara dan menodong pisau kelehernya. Lau menyeretnya ke tepi gedung. Diciumnya rambut Clara lama. "Jangan lihat kebawah jika kau takut. Ini hanya sebentar. Mana mungkin aku meninggalkan mu sendirian, tentu kita akan mati bersama aku akan menyusul mu."

Wajah Clara tengah basah karena air mata. Diliriknya Mike yang menatap lurus ke arah Ethan. Pria itu menangis, dia begitu putus asa seakan tak ada yang mampu mengerti. Dia hanya mencintai gadis dipelukannya, dia mau gadis itu selamanya.

Belati itu telah menempel di kulit leher Clara memberi rasa dingin yang mencekam.

Wajah Ethan memerah. "Jangan macam-macam kau Mike." Serunya.

"Salahkan diri mu, jika kau tak datang maka aku tidak akan melakukan ini. Jika ada sesuatu yang terjadi semuanya salah mu, tentu saja kau akan menyesal setelah ini." Mike tersenyum culas, ya inilah akhirnya.

Ethan berjalan ke arah kanan. "Ok tenang, kau bisa melukainya." Mike mengikuti pergerakan Ethan.

"Angkat tangan mu dan berhenti melangkah. Atau kau hanya mempercepat kematian kami."

Ethan melakukan apa yang diperintah. Percayalah jantungnya terpacu sangat cepat kali ini.

Diluar dugaan dari sisi kiri Steve datang mengendap-ngendap. Lalu ditariknya Mike hingga mereka berguling berdua.

Ethan langsung menarik Clara dan membuka ikatannya. Lalu menghajar Mike tanpa ampun.

"Berhenti Ethan cepat bantu aku."

Namun Ethan menulikan pendengarannya bahkan enggan untuk menoleh. Dia tetap memukul Mike  tak memberinya kesempatan membalas hingga Mike kehilangan kesadarannya.

Barulah dilihatnya Clara, gadis itu pucat pasih dengan Steve berada dipangkuannya. Rupanya Steve tertusuk bagian perut. Steve sengaja mengikuti mobil Ethan saat melihat mobil Ethan berjalan cepat membuatnya curiga dia tahu keberadaan Clara.

"Cepat bawa dia ke rumah sakit." Suara Clara bergetar. Semoga saja semuanya akan baik-baik saja.


#Tbc

Wanna Die (Complete)✓Where stories live. Discover now