37. Terimakasih

382 76 2
                                    

tahun 2021,
amsterdam

"HAPPY GRADUATION, BABY!"

senyumku merekah, lalu ku hamburkan pelukku pada lelaki yang sebelumnya sudah mengucapkan selamat atas kelulusanku ini, "makasih, kak." kataku, sambil mengeratkan pelukan.

"udah lulus aja nih..."

kak adit datang, bersama kakek dan nenek di sampingnya. sudut bibirku semakin naik, ku lepaskan pelukku pada tubuh sebelumnya, lalu beralih untuk memeluk mereka satu persatu. mengucapkan terimakasih banyak banyak untuk mereka yang juga telah ikut berkontribusi dalam melancarkan segala urusanku.

"pinter cucu kakek." kakek mengusap pundakku dengan senyum yang ia lukis sangat indah di wajahnya.

kak dipta, lelaki pertama yang ku peluk tadi kini juga bergabung bersama kami. sama sama tersenyum untuk merayakan hari bahagia ini, terutama untuk aku. walaupun ayah, ibu, dan kak putra tak bisa kesini hari ini, tapi setidaknya dengan mereka pun aku sudah merasa lebih dari cukup.

setelah kak adit meminta tolong seseorang untuk memotret momen ini, kami berjajar rapi, dengan aku yang memakai toga ini berada di tengah tengah mereka. di samping kanan ku ada kak adit bersama nenek. dan di samping kiri ku ada kak dipta juga kakek. kami semua tersenyum sambil menatap ke arah kamera.

dan pada akhirnya, waktulah yang memang akan menjawab semuanya. orang akan berganti. datang juga pergi. nggak semua harus menetap. dan nggak semua harus sama tetap.

waktu berlalu, manusia mendewasa, dan prioritas bergeser. semuanya akan terasa mudah di lalui, jika hati juga sudah siap melepas pergi. tapi faktanya, masih banyak jiwa yang menangisi kepergian. padahal sejatinya, semua pasti akan pergi dan meninggalkan kenangan.

dulu aku seperti itu. menangis tersedu di atas gundukan tanah yang menyimpan jiwa manusia kesayanganku. sampai rasanya, aku juga ingin ikut terkubur disampingnya. tapi kini aku kuat, dan semoga akan selalu kuat, agar tetap bisa melanjutkan perjalananku yang entah kapan akan di berhentikan oleh Sang Pencipta.

||
||

(( s e m e s t a ))

||
||

mataku berkaca, saat aku baru saja 3 langkah masuk ke dalam apartement kak dipta yang sudah ia sewa semenjak memulai kuliahnya di belanda.

sebelumnya saat di perjalanan menuju kampus ke rumah, kak dipta meminta izin untuk mengajakku ke rumahnya. katanya dia sudah menyiapkan hadiah yang dia simpan di sana. aku pikir dia hanya benar benar menyiapkan sebuah hadiah. tapi setelah sampai di rumahnya, aku cukup tertegun karena yang dia siapkan bukan hanya sekedar hadiah. tapi ini lebihhh dari itu.

balon balon dengan huruf yang tersusun menjadi "happy graduation sweethearth" dan beberapa balon hati berserakan tepat di depan pandanganku. dekorasi dekorasi cantik yang juga ia tata dengan rapi. sangat rapi. ada sebuah meja juga di tengah sana. di atasnya terdapat piring yang berisikan makanan makanan favoritku.

dengan perasaan tertegun, aku membalikan badan untuk melihat kak dipta yang berada tepat di belakangku. aku menghampirinya dan memeluknya lagi. kak dipta dengan tangannya mulai mengelus rambutku yang sudah sedikit ku tata santai sebelumnya, tidak seperti saat masih di kampus tadi. "loh kamu nangis?" tanyanya lembut.

aku melonggarkan pelukku, mengusap sedikit air mata yang terjatuh, kemudian beralih untuk menatap kedua matanya, "ini tuh sebenernya hari kelulusan aku. tapi rasanya aku kaya lagi di lamar sama kamu."

kak dipta tertawa, "emang ketauan banget ya?"

mataku menyipit mendengar perkataan kak dipta, "eh? maksudnya?"

bukannya menjawab, kak dipta malah menuntunku untuk lebih masuk, dan mengarahkan tubuhku untuk melihat ke arah kanan.

dan disana lah semuanya terpampang jelas. tak berbeda jauh dengan beberapa dekorasi yang sudah kulihat sebelumnya. tapi susunan balon yang ku lihat disana berubah menjadi, "will you marry me?"

senyumku kembali merekah dengan air mata yang ikut serta turun dari asalnya, "kak..." lirihku, sambil menghadapkan tubuhku padanya, yang ternyata dia sedang berlutut sambil memperlihatkan cincin yang berada pada tempatnya.

spontan, ku tutup mulutku yang terbuka karena terkejut oleh semua yang kak dipta siapkan untukku. semuanya terlalu tiba-tiba untuk di rasakan.

"eca... empat tahun ngenal kamu, dan dua tahun ngejalanin hubungan sama kamu, rasanya aku cukup mantap untuk ngajak kamu ke jenjang yang lebih serius. walaupun bukan pernikahan, seenggaknya aku ingin mengikat kita terlebih dulu."

"kamu inget nggak ca, waktu pertama kali kita ketemu. di rumah kakek. aku yang sebelumnya dateng kesana buat nemuin adit, malah tiba-tiba di mintai tolong sama kakek untuk selalu jagain kamu."

aku sedikit tertawa mendengarnya, sambil mengusap air mata yang sempat terjatuh.

"awalnya aku mikir, 'wah, bakal ribet banget kayanya harus jagain anak orang, yang bahkan aku sendiri belum deket sama dia.' tapi setelah aku mulai sering anter jemput kamu kuliah, nemenin kamu ke tempat belanja, atau sekedar jalan jalan sore sama kamu, aku tiba-tiba ngerasa berterimakasih ke kakek. karena kayanya, kalau kakek ga minta tolong itu sama aku, aku gak akan pernah ada di titik ini."

"walupun dulu, aku kurang yakin bisa buat kamu bertahan sama aku, karena kisah masa lalu kamu yang masih terikat sama diri kamu, ca. aku tau, sampai saat ini kamu pasti diam diam ngerasa rindu juga ke dia. kamu masih nyimpen perasaan kamu buat dia. aku juga sadar, kalau aku gak akan bisa gantiin posisi seorang bumi di hati kamu. tapi gak tau kenapa aku yakin, kalau aku juga udah disediaiin tempat khusus sama kamu."

kedua sudut bibirku naik. sambil menunduk, aku mendengarkan perkatakaan kak dipta tadi. semuanya memang benar. sampai detik ini, setelah empat tahun aku kehilangan bumi, aku masih merindukannya dan masih menyayanginya.

"terimakasih, selama dua tahun kita menjalin hubungan, kamu gak selalu ceritain kisah kamu sama bumi. aku gak tau kenapa aku bilang makasih tentang itu, tapi aku juga sangat berterimakasih karena itu."

"aku terlalu banyak ngomong ga sih?"

"IYA!" seru ku cepat, sambil masih mengusap air mata yang terus turun setiap kak dipta juga mengeluarkan kata katanya.

"ahahaha, iya iya maaf." ucapnya, "so... will you marry me?"

masih dengan tangan yang menutup area mulutku, aku mengangguk yakin, "yes." jawabku.

senyum kak dipta ku lihat merekah, sampai sampai gusinya juga terlihat. dia mulai memakaikan cincin tadi pada jari manis di tangan kanan ku. setelah selesai, kak dipta berdiri, lalu memeluk tubuhku dengan erat. aku juga balik memeluknya, sambil membenamkan kepalaku pada dadanya, dan menangis di sana.

semesta memang selalu mananggapi semuanya tanpa diduga. tiba tiba dia mengambil sesuatu, lalu memberi ku sesuatu yang lain lagi. walaupun tidak sama persis, tapi semua ku terima lebih dari cukup.

awalnya memang sulit untuk mengimbangi kak dipta. dia yang cenderung banyak memberi dan aku yang hanya tau menerima. perlahan, aku mulai membalasnya. memberinya sedikit demi sedikit perhatian dan rasa sayang, yang dulu biasanya selalu ku beri hanya pada seorang bumi.

dulu ku pikir, aku tak akan bertahan lama dengan kak dipta, karena aku yang masih sengaja mengurung diriku sendiri pada kisah masa lalu. tapi kak dipta yang bahkan tak pernah memaksakan perasaanku harus menetap pada siapa, tiba-tiba membuatku sedikit banyak mampu membuka hati untuknya.

sampai akhirnya kami ada di titik ini. saling terikat, dan satu langkah lebih dekat ke jenjang pernikahan.

terimakasih untuk semuanya. untuk kak dipta, dan untuk bumi. entah, tapi aku sangat ingin berterimakasih padanya.

sekali lagi, terimakasih bumi.





semesta (✓)Where stories live. Discover now