5. Power Rangers

864 155 4
                                    

istirahat hari ini, sepertinya ada yang berbeda. aku merasa ada yang kurang hari ini. tapi, apa...

"eca, kamu kenapa sih?"

teguran aulia tadi membuat aku tersadar dari lamunan.

"tau nih, ngelamun mulu. mikirin apa?" timbal riska.

"kalian ngerasa ada yang beda gak sih?" tanyaku, pada mereka berdua.

"beda gimana?"

"beda aja, ul. kaya... apa ya. aku juga ga ngerti."

"perasaan kamu aja, kali. udah, makan lagi tuh bakso nya."

aku pun menuruti perkataan riska untuk memakan lagi makanan ku yang belum habis ini. tapi pikiran ku masih mencari, apa sebenarnya yang hilang hari ini.

sampai akhirnya,

"aya nu gelut! aya nu gelut!"

seorang siswa yang aku tak tau siapa tiba-tiba berteriak di tengah keramaian kantin. dan itu sontak mengambil perhatianku.

"saha nu gelut?" seorang siswa lainnya menyahuti.

"si eja jeung si haris!"

bumi. itu bumi yang bertengkar.

"dimana?!" seruku.

"di lapang."

setelah tau tempat yang di jadikan mereka untuk adu kekuatan, aku pun segera berlari mengacuhkan sahutan sahutan aulia dan riska.

jarak dari kantin ke lapangan lumayan jauh. sampai aku harus berlari dengan cepat, dan menabrak beberapa orang di sekitarku.

sampai akhirnya aku sudah berada di lapang, dan benar-benar melihat bumi dengan seseorang bernama haris itu saling baku hantam.

beberapa orang menahan bumi dan haris. sisanya hanya menonton dari kejauhan.

aku sebetulnya takut untuk mendekat. tapi melihat memar yang muncul di wajah bumi, membuat aku tiba-tiba berani.

aku mendekati kerumunan itu dan ikut menahan bumi.

"BUMI!!"

"BUMI UDAH!"

aku menahan tubuhnya yang masih bergetar akibat emosi yang memuncak.

bumi diam. nafasnya berderu. tapi tatapannya tetap tajam menatap haris yang berjarak sekitar 3 meter dari hadapannya.

"bumi, udah."

||
||

(( s e m e s t a ))

||
||

"kenapa bisa berantem?" tanyaku, sambil mengobati luka bumi.

"tadi tuh aku bukan berantem, tapi lagi dansa sama dia."

"mana ada dansa tapi mukanya jadi bonyok gini." ucapku, sambil sengaja menekan lukanya.

"aw." pekiknya, "iya maaf. dia duluan yang mulai."

aku berhenti mengobati lukanya, lalu menatap kedua matanya, "cerita."

"cerita apa?"

"kenapa kalian bisa berantem?"

"tadi waktu istirahat rebutan karoket teh upi."

semesta (✓)Where stories live. Discover now