10. Baik Baik Bumi

714 137 5
                                    

[TERJEMAHAN DARI BAHASA SUNDA KE BAHASA INDONESIA ADA DI KOLOM KOMENTAR]


"langit, kamu tau aku dulu sempat benci sama belanda." kata bumi, saat aku dan dia sedang berada di ruang tamu.

kak adit dan kak putra setelah makan tadi harus pergi. aku tak tau kemana, dan tak mau tau juga.

ibu sedang memijati ayah. kakinya pegal katanya.

jadilah tersisa aku dan bumi yang sedang mengobrol di ruang tamu rumahku.

"kok gitu? kenapa?" aku mempertanyakan perkataan bumi.

"ya bayangin aja. 360 tahun belanda menjajah negara kita. gimana aku ga benci."

"terus, sekarang masih benci atau udah ngga?"

"udah ngga." jawabnya, ringan.

"kenapa?"

"yaiyalah. masa aku harus benci sama negara yang udah ngirim kamu ke bandung buat ketemu sama aku."

aku tertawa lagi mendengar bumi.

jangan aneh, aku sering tertawa saat bersamanya. aku sudah dibuat gila oleh bumi.

di sela sela tertawa kami, tiba-tiba ponsel milik bumi berbunyi. bumi izin padaku keluar sebentar untuk mengangkat teleponnya. aku pun mengangguk mengiyakan.

"kunaon?"

"...."

"hah? kusaha?"

"...."

"urang kaditu ayeuna."

ya, aku hanya bisa mendengar suara bumi seperti itu, tanpa tau apa yang sebenarnya terjadi.

setelah bumi kembali padaku, dia menampilkan wajah yang sangat sulit untuk ku jelaskan.

"langit, aku pulang, ya?" katanya, sambil memakai jaket miliknya.

"sekarang?"

"iya. ibu sama ayah kamu mana?"

"di dalem. tapi, ada apa? siapa yang tadi nelepon?"

"aku mau pamit dulu ke ibu sama ayah."

mendengar perkataan bumi, aku langsung memanggil ibu dan ayah yang berada di kamar mereka.

"bu, eja mau pulang dulu." ujar bumi, saat sudah melihat ibu menghampirinya.

"oh gitu. yaudah, hati-hati, ya nak."

bumi mencium lengan ibuku.

"ayahnya dimana, bu?" tanya bumi.

"ayah udah tidur. kecapean kayaknya. nanti biar ibu pamitin ke ayah, ya."

"makasih, bu. eja pamit, ya. assalamualaikum."

"waalaikumsallam."

bumi pun melangkahkan kakinya keluar dari rumahku, sedangkan aku terus membuntuti nya sampai dia naik ke atas motornya.

"ada apa sih bumi?" tanyaku lagi, yang terasa terabaikan oleh bumi.

bumi yang sudah memakai helm dan menyalakan mesin motornya itu langsung menatapku dan tersenyum, "nanti aku jelasin, ya. aku buru-buru. kamu masuk, diluar dingin."

dia memundurkan motornya sampai keluar pagar rumah. aku tetap mengikutinya sampai pagar rumahku.

"hati-hati, bumi."

"iya. assalamualaikum."

"waalaikumsallam."

pandanganku tetap terarah pada bumi yang sedikit demi sedikit menghilang menjauh.

semesta (✓)Where stories live. Discover now