29. Membaik

442 81 2
                                    

"waduh, eja itu kenapa mukanya?" seru ibu, yang melihat wajah bumi sudah banyak di tempeli plester.

aku sengaja membawa bumi ke rumah untuk makan bersama. sambil mengenalkannya kepada kakek dan nenek.

"ini pacarnya eca?"

kakek dari dalam langsung menghampiri kami yang berdiam di ruang tamu.

bumi yang sebelumnya duduk, dengan otomatis berdiri dan memasang tampang manisnya. lalu sedetik kemudian, bumi menyalami lengan kakek dan nenek --yang sebelumnya menyusul kakek tadi.

"eja." ucap bumi, memperkenalkan diri.

"kenapa mukamu kaya gitu? berantem?" tanya kakek, sambil menatap bumi dari ujung rambut hingga ujung kaki nya.

sudah ku duga kalau kakek pasti akan sangat memperhatikan penampilan bumi.

"iya, kek. saya tadi berantem." jawab bumi, yang anehnya dia malah berlagak santai tapi tetap sopan.

malah aku yang khawatir sendiri disini.

"kenapa?"

"saya nonjok orang yang udah buat langit ketakutan tadi di sekolah."

dengan ajaib nya, satu perkataan bumi tadi langsung membuat semua orang yang ada disana langsung memusatkan perhatiannya padaku.

"apa?" tanyaku, keheranan.

"kamu kenapa tadi sekolah?" tanya nenek, sambil mendekat padaku dan duduk di sampingku.

"gapapa, kok. aku baik baik aja. itu juga karena bumi."

pernyataanku sukses membuat kakek tersenyum di tempatnya berdiri.

satu tangannya terangkat untuk menepuk puncak kepala bumi, "makasih sudah jagain cucu saya."

senyum bumi merekah. saaaangat lebar, "saya yang harusnya makasih, kek. karena kakek sudah lahir di dunia ini."

"loh, kok saya?"

"iya." seru bumi, yakin, "kalau kakek ga lahir. saya yakin, langit juga ga akan lahir dan ketemu sama saya."

kakek tersenyum kecil, "hmmm, anak muda."

kemudian kompak semua orang pun tertawa menyahuti seruan kakek tadi.

pandanganku dan bumi juga bertemu. memancarkan cahaya kebahagiaan satu sama lain.

ini yang dari kemarin aku dambakan. tatapan, suasana, dan senyum yang hangat.

"kita makan sekarang aja, yuk. bi ani, ibu, sama nenek tadi udah masak banyakk. pasti enak nihh." ibu menyeru

"yesss, makannnnn!"

||
||

(( s e m e s t a ))

||
||

"sifa keadannya gimana sekarang?" tanyaku, saat kami berdua sedang berada di atas motor kesayangannya itu.

"gatau." jawabnya, acuh tak acuh.

"kok gatau."

"ya aku bukan pacarnya."

"kirain kamu pacarnya. soalnya waktu itu nemenin dia sampai tengah malem."

sindirku, berniat hanya bercanda sebenarnya. tapi kurasakan bumi menarik nafasnya panjang.

"aku minta maaf."

sedetik kemudian aku tertawa, "hahaha. gapapa bumi. bercanda doang aku tadi."

"tapi aku masih ga enak sama kamu. aku sudah buat kamu nangis, langit."

semesta (✓)Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin