15. Alasan Haris

527 156 10
                                    

"mau ngomong apa, ca?"

"ayo, ke sana aja dulu. sambil kamu mesen makan."

aku dan dika akhirnya kembali pada penjual nasi goreng —atau sebenarnya hanya aku yang kembali, karena dika baru saja datang.

"bu, biasa, ya. makan disini." kata dika.

"oh iya bu, sekalian saya mau minta piring, ya. makannya disini aja." kini aku yang berbicara.

"bentar, neng." ibu itu pun mengambil sebuah piring, lalu memberikannya padaku, "ini."

"makasih, bu."

dika dan aku akhirnya duduk di meja dan kursi yang sudah di sediakan. posisi kami berhadapan.

"jadi, mau ngomongin apa?" tanya dika, lagi.

"mmm, gini..."

"kunaon? bilang weh."

"sebenernya kamu tau ga sih haris sama eja tuh berantem gara-gara apa?" tanyaku, langsung.

"berantem yang mana dulu? da mereka mah sering berantem."

"itu, yang baru-baru ini. yang bikin mereka sampe kena skors."

dika terlihat seperti sedang menerawang, lalu tak lama membentuk bibirnya seolah sedang berkata, 'aah'

"iya itu. mereka kenapa?" sahutku.

"sebenernya mah ga enak euy ngomongnya."

"ngomong aja, dik. gapapa." desakku.

"mereka berantem.... gara-gara...."

"gara-gara apa?"

"sifa sama kamu."

keningku berkerut, "kenapa? kenapa aku dan sifa?"

"aduh... gimana ya..."

"kenapa sih dik? jangan bikin aku gajelas sendiri."

"jadi gini," dika memberi jeda pada ucapannya, "si haris dari dulu suka sama sifa, tapi sifa dari dulu suka sama eja."

"iya, terus?"

"jadi waktu itu, eja ga sengaja denger kalau si haris ini mau mepetin kamu, dan mau gembor gemborin aib nya sifa. eu... kasarnya, buat bales dendam, karena dulu sifa suka sama eja. dan sifa yang sering banget ngacuhin dia."

"aib sifa? emang apa yang dia tau tentang aib nya sifa?"

"aku juga gatau. tapi, aku pernah denger, katanya dia sampai tau masalah kecil sampai besar yang sifa punya. dia kan tajir. bisa bayar siapa aja buat ngorek ngorek masalah kaya gitu."

aku bergidik ngeri. sungguh, manusia yang patah hati bisa melakukan apa saja yang dia mau.

"terus abis gitu?"

"ya abis itu si eja langsung nonjok dia. ga terima katanya. kalau haris mepetin kamu cuma buat bales dendam, sama aja dia mainin kamu. terus sifa yang tiba-tiba mau dia sakitin secara ga langsung. padahal, sifa ga tau apa-apa. si eja ngomong, kalau mau bales dendam sekarang aja. di ajak berantem lah itu si haris sama eja."

aku bungkam. tak tau harus merespon seperti apa untuk yang baru saja di dongengkan oleh dika.

jujur aku tak tau harus merasa terharu atau sedikit kecewa setelah mendengarnya.

aku suka saat bumi ternyata ingin melindungiku. tapi aku sedikit kecewa, karena bumi menyelesaikan masalah itu dengan bertengkar. masalah yang menurutku seharusnya masih bisa di bicarakan. walaupun dengan urat, setidaknya tidak saling pukul.

semesta (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang