44. Terimakasih

1K 109 13
                                    

"iya emang. raga kamu sama aku terus. tapi aku gak tau hati kamu lagi dimana."

setelah kejadian tadi sore, aku dan kak dipta sekarang hanya saling diam tanpa mengeluarkan suara sedikitpun.

malam ini, masih di rumah kak dipta, aku sedang menonton tv berdua dengannya. sedangkan keluarga kami sedang mengobrol di ruang keluarga. dan kak putra pulang tadi sesudah maghrib ke bandung. dia harus menemui kak wini secara mendadak.

"kak?" ucapku, memanggil kak dipta yang matanya terfokus pada ponsel di genggaman.

"kak dipta?" panggil ku lagi.

"kak ih..."

"dipta." seru ku.

"hm?" baru dia menyahut.

"kamu marah?"

"nggak."

"athaya juga tau kayaknya kalau kamu marah."

kak dipta diam. aku yang melihatnya langsung mempersempit jarak di antara kami. aku memeluknya, dan membiarkan kepalaku berada di dada nya. "maafin aku, ya." kataku.

kak dipta tak kembali memelukku, tak juga menyuruhku untuk menjauh. dia benar benar hanya diam.

"kak?" tanyaku, memastikan kalau orang yang sedang ku peluk ini adalah kak dipta, karena dia dari tadi sama sekali tak bergerak atau berbicara.

"maaf kenapa?" jawabnya, singkat.

"mau minta maaf aja. aku ngerasa, ternyata aku selalu nyakitin kamu secara gak sadar."

setelah mendengar itu, kak dipta membenarkan posisi dudukku. kini aku tak lagi memeluknya. tapi sedang berhadapan dengan nya.

"aku mau ngomong serius dulu, boleh?" tanya, nya.

aku mengangguk sebagai jawaban.

"akhir akhir aku sering mikir kaya, ‘apa aku gagal ya ambil hati kamu?’ atau, ‘apa aku masih kurang untuk bisa gantiin posisi dia di hati kamu?’. karena dari perilaku kamu, keliatan jelas kalau kamu emang gak bisa berhenti untuk mikirin dia."

"awalnya aku pikir, ga keberatan kalau kamu ternyata masih sayang sama dia yang emang udah tenang disana. tapi ternyata aku salah. rasanya sama aja. sakit. waktu kamu ceritain dia ke aku. waktu aku ninggalin kamu berdua sama dia di makam kemarin. waktu aku liat, ternyata ada foto kalian berdua yang di pajang di rumahnya. aku bener bener gak bisa bohong, kalau hati aku emang sakit."

"dan puncaknya, waktu aku tau kalau kamu ternyata gak ada sedikitpun keinginan untuk lepasin dia."

aku melebarkan bola mataku, menatap lurus ke arah mata kak dipta.

"maaf, aku gak sengaja denger obrolan kamu sama kak putra tadi tengah malem."

"k-kak?" aku mengelus punggung tangannya, memastikan kalau kak dipta baik baik saja, sekaligus meminta maaf.

"kamu tau, ca? di situasi kaya gini tuh aku malah makin pengen nyalahin diri sendiri."

aku diam, tetap menatap kedua mata kak dipta yang tertunduk. menunggu perkataan selanjutnya yang akan keluar dari mulut kak dipta.

semesta (✓)Where stories live. Discover now