22. Life Goes On

1K 103 14
                                    


Matahari menyambut pagi yang datang seperti hari-hari kemarin, gonggongan anjing tetangga sebelah menjadi alarm alami untuk membangunkan orang-orang di dalam rumah yang masih berlari di alam mimpi. Tak terkecuali Seokjin, ia terbangun dan buru-buru duduk, meregangkan otot-ototnya sebentar sembari menguap lalu meraih ponselnya yang ia charger disebelah bantalnya.

(05.52)

Belum terlalu siang untuk bangun tapi anjing tetangga sebelah sudah berisik dan mengganggu tidurnya. Ia bahkan masih punya 2 jam lebih sebelum mengerjakan projek filmnya.

Kepalanya menoleh ke ranjang, ia mencari Namjoon disana namun yang didapatinya hanya selimut yang digulung asal. Setelahnya ia mendengar gemericik air dari dalam kamar mandi.

"Oh.. lagi mandi ternyata", gumamnya.

Ia bawa tubuhnya untuk bangkit lalu merapihkan sleepingbagnya, ia mengobrak abrik kopernya yang belum ia bongkar untuk mencari baju ganti, sesekali ia menguap dan mengucek matanya yang memburam karena belum akrab dengan cahaya.

Setelahnya ia beranjak keluar kamar menuju dapur, di ruang tengah anak-anak masih pulas tertidur, sangat rapi seperti kepompong yang berjajar. Ia biarkan saja mereka toh waktunya masih lama, Seokjin membuka kulkas dan mengambil satu botol air mineral untuk ia minum.

Fikirannya melayang entah kemana, memikirkan pertanyaan-pertanyaan yang datang bergantian tanpa menunggu jawaban terlebih dahulu. Sampai-sampai ia tak sadar kalau Namjoon sudah berdiri dihadapannya dengan handuk diatas kepala.

"Lagi mikirin apa?", tanya Namjoon, saat keduanya duduk di meja makan.

Segelas kopi hitam mengepulkan asap keudara, menguarkan harum kopi segar yang merelaksasikan indera penciuman, perpaduan yang sempurna apalagi didampingi oleh seseorang yang dicinta.

"Ngga tau, nyawa gue belom kumpul kayanya, jadi masih diawang-awang", jawab Seokjin terkesan asal namun faktanya memang begitu adanya.

Namjoon terkekeh ringan sebelum menyeruput kopinya.
"Pagi-pagi gak baik minum air dingin", ujar Namjoon setelahnya setelah tak sengaja melihat botol air mineral di samping lengan kanan Seokjin.

"Biar seger", sahut Seokjin lagi.

Lagi-lagi Namjoon terkekeh sembari menggeleng kecil, ada-ada saja memang.

"Gimana gatelnya, udah mendingan?",

"Udah ilang kok, gak nyampe semaleman juga, paling bekas merah-merahnya aja yang masih ketara, tuh", tunjuk Seokjin pada beberapa titik kemerahan di lengannya.

Jari telunjuk Namjoon terarah pada luka gores di bagian tulang selangka Seokjin, luka itu belum sempat Seokjin plester semalam karena terlalu panik dan canggung, padahal Namjoon sudah memberinya 1 kotak P3K lengkap dengan isinya, tapi malah tak dipakai dan memilih menggerung diri didalam selimut tepat semenit setelah ia berteriak memanggil Yeonjun.




Yeonjun membuka matanya ketika secarik cahaya mengintip dari jendela dan menyapa wajahnya, ia bangkit lalu menguap sebentar  sedikit meregangkan badan yang kaku karena tidur didalam kantung, dan ia berjanji besok malam tak akan tidur seperti ini lagi.

Setelah mengecek jam di ponselnya ia terdiam, mengumpulkan nyawa. Tentu.

Sayup-sayup terdengar suara 2 orang dibelakangnya, ia bangkit dari duduk lalu mencari suara tersebut dengan menolehkan kepalanya kesana-kemari. Dan matanya bertemu dengan 2 orang dewasa yang duduk berhadapan di meja makan dengan minuman dihadapan masing-masing.

Ia melihat Namjoon yang sesekali terkekeh sebelum menyeruput minumannya dan Seokjin yang beberapa kali mengendik tak peduli. Dilihatnya juga tangan Namjoon yang menjulur menunjuk bagian tubuh Seokjin tepatnya ditulang selangkanya.

KITA [NamJin]Where stories live. Discover now