03. Cafe dan Ayah

2.7K 285 2
                                    


"Kapan lo nyelesaiin kuliah terus nyusul kesini? Udah bosen gue nungguin elo, Jin", ucap seseorang diseberang telepon sana dengan nada marah.

"Nanti.. kalo gue niat buat bikin skripsi", jawab Seokjin singkat sembari merapihkan susunan cookies kedalam Toples kaca. Dia sambung teleponnya menggunakan earphone bluetooth sehingga Seokjin lebih mudah bekerja tanpa terganggu apapun.

"Ya masalahnya kapan lo mau bikin skripsi? Bentar lagi gue nikah, terus restoran disini mau siapa yang ngurusin kalo bukan elo?", tanya orang itu yang diketahui adalah kakak kandung dari Kim Seokjin yang tinggal di Jepang bernama Kim Seojong (gue kaga tau itu nama artis atau bukan).

"Ya nyari kepala koki atau gimana gitu, disini gue sibuk ngurus cafe, bang. Ribet amat idup lo", Seokjin masih berkutat dengan cookies berbagai rasa yang sesekali ia cemili sendiri.

"Lo masih ngurusin cafe itu? Kalo bokap tau bisa mati lo, Jin",

"Makanya elu jangan kasih tau kalo gue masih pertahanin tuh cafe, gue masih betah disini",

"Mau sampe berapa tahun lagi Ojin?? Gue keburu tua ini",

"Ya nanti juga ada saatnya-", PIP~

"Yah.. batre gue abis", panggilan terputus karena ponsel Seokjin mati seketika karena kehabisan daya. Jadilah Seokjin berjalan menuju laci di meja kasir mencari Charger.

Sebenarnya Seokjin tidak bohong tentang alasan dia yang harus pindah ke Jepang setelah wisuda nanti. Memang itu kesepakatannya bersama sang ayah saat ia baru masuk universitas dulu.

Hampir seluruh anggota keluarga Tuan Kim memiliki keahlian memasak yang sangat luar biasa, Tuan Kim sendiri sudah menjadi kepala restoran saat usianya menginjak 30 tahun, sedangkan Nyonya Kim terlahir dari keluarga koki yang kebetulan salah satu restorannya di kepalai oleh tuan Kim. Dan dari sana lah asal muasal lahirnya Kim Seojong dan Kim Seokjin.

Sejak usia dini keduanya di kenalkan dengan dunia dapur, mereka sering membantu sang ibu memasak didapur saat kecil, dan saat beranjak remaja tempat memasak mereka berpindah ke studio masak milik ayahnya yang sudah tak terpakai.
Awalnya Seokjin menikmati kegiatannya saat berkutat dengan penduduk dapur, namun perhatiannya teralihkan oleh seorang aktris teater opera yang bahkan dia tak tau namanya siapa.
Saat Seokjin sedang berjalan-jalan dengan sang kakak ke taman hiburan sepulang les memasak, dia ingin mengunjungi teater mini yang menarik perhatiannya.

Awalnya memang sedikit membosankan sampai ketika perempuan itu muncul dan memainkan perannya dengan sempurna dan mampu membuat Seokjin terpukau saat itu juga.
Dari sanalah muncul keinginan baru Kim Seokjin yaitu ingin menjadi bagian dari sebuah tim produksi film atau drama.

Seokjin fikir keinginannya itu hanya angin lalu, namun seiring berjalannya waktu ternyata Seokjin makin menggemari bidang perfilman. Buku-buku resep masakannya tergantikan oleh buku-buku teori perfilman.

"Jin-ah.. kau sedang baca apa?", tanya sang Bunda dengan nada yang sangat lembut.

"Hm? Oh.. ini, Jinie membaca "bagian-bagian tim produksi film" bunda", jawab Seokjin remaja pada saat itu.

2 tahun berlalu, kini Seokjin sudah hampir memasuki masa-masa ujian masuk universitas. Dan entah ada gerangan apa, sang Ayah yang terkenal sangat sibuk itu memanggil Seokjin untuk mendatangi ruangannya yang tak lain dan tak bukan adalah studio masak yang digunakan Seokjin dan Seojong selama ini.

"Ayah?", panggil Seokjin sembari menyembulkan kepalanya.

"Seokjin-ah.. sini, ayah mau bicara sesuatu denganmu", panggil sang ayah yang sedang menguleni adonan roti.

KITA [NamJin]Where stories live. Discover now