page 04

866 83 9
                                    

Beberapa siswi berteriak histeris saat melihat kedua murid yang malah saling menatap tajam. "Kau... Kau mulai macam-macam.."

"Macam-macam?"tubuhnya didorong keras, siswa didepannya itu tersenyum kecil dan menatapnya remeh. "Bukan kah memang benar? Kalau kau sebenarnya itu bodoh dan hanya berlindung di balik ayahmu agar tetap juara? Lee Jeno.. kau kira akan bisa terus begitu sampai lulus?"

"Mengaca lah, bukankah aneh jika tiba-tiba seorang murid peringkat satu dan posisi ayahnya yang merupakan seorang pemilik sekolah? Kau bermain kotor Choi Jaemin,"

"Kotor? Bukankah sering ku jelaskan jika anak pemilik sekolah tak menyukai hal-hal kotor?"
Kakinya melangkah mendekat, mensejajarkan wajahnya dengan Jeno. "Kau ingin jadi pemenang bukan? Usahalah. Bukannya bermain seperti ini, permainan mu memalukan Lee Jeno"

"Kurang ajar!"

"Jeno!"Renjun mendorong Jeno yang hendak memukul Jaemin begitupun dengan Haechan yang ikut menarik tangan Jaemin. "Kau gila?"

"Gila? Orang didepan mu itu yang gila. Dan kau, aku tidak segan menghabisi mu jika berani macam-macam"
Jaemin tersenyum bahkan tertawa kecil, bertepuk tangan beberapa kali. "Lihatlah.. ada yang sedang gila karena posisinya direbut.. selamat ya, aku menunggu kabarmu masuk rumah sakit jiwa"

***

"Bukankah seharusnya.. kita menikah saja?"
Pria yang duduk disebelahnya itu tersenyum sembari menghembuskan asap dari dalam mulutnya. Sebelah tangannya memeluk pinggang ramping wanita dengan gaun berwarna merah itu. Rambutnya yang terurai bebas membuka si pria tampak terpesona. "Apa maksudmu?

"Hubungan kita sudah sejauh ini. Sayang jika tidak dilanjutkan benar?"

Si wanita terlihat menatap sang pria, "kau kira aku ingin? Sejak kapan aku menjalin hubungan dengan mu"

Kekehan keluar dari mulut nya, "Bahkan dari dulu juga aku ingin menikahimu, lagi"

***

"Bukankah seharusnya.. kita semua mendidik anak-anak?"

Semuanya menatap Donghae dengan bingung, tentu saja itu harus bahkan wajib untuk dilakukan. "Bukannya begitu, Siwon?"

"Apa maksudmu?"

"Ah.. aku tidak mau basa-basi. Anakmu sepertinya tidak di didik dengan benar atau mungkin ayahnya juga sama dengan anaknya? Kau tau pasti jika anakku tidak suka sesuatu miliknya direbut"

Siwon terkekeh sembari menaruh gelas di meja. Pandangannya kini terarah pada Donghae dengan senyum khasnya, "Donghae.. ucapan mu ada benarnya. Pasti ada paling sedikit satu hal yang menurun, anakku juga begitu. Dia sama seperti ku, memiliki jiwa kepemimpinan. Dia suka menjadi pemimpin"

"Benarkah? Atau sama-sama menjadi perebut?"

"Donghae.. sejak kapan aku merebut sesuatu? Kau memberikannya secara sukarela padaku saat itu. Kau yang mengungkit nya Lee Donghae, saham yang hampir 100 juta dollar itu kau berikan padaku secara sukarela dan aku tidak merebutnya, aku hanya bersaing dan akhirnya mendapatkannya. Rebut? Aku tidak suka hal semacam itu kau tau. Oh yang itu? Itu bukan salah ku.. itu keputusannya kan?"

"Ah benar, kau sedikit berusaha. Jaemin juga, sedikit berusaha, seperti mu"

"Jangan jadikan kerendahan diri mu itu sebagai alat untuk menuduh. Kamu hanya iri Donghae, kamu iri karena selalu kalah dari ku. Ambil saja hikmah nya, setidaknya kau bisa belajar dariku bukan? Belajar untuk bisa menjadi nomor satu"
Siwon berdiri, menepuk celananya yang sedikit kusut. "Aku pamit ya? Orang sibuk seperti ku tidak bisa berlama-lama diluar kantor. Sepertinya kau beruntung bisa tidak sesibuk aku"

Tangan Donghae meremat gelas ditangannya kuat, tatapannya tajam mengarah pada Siwon yang semakin menjauh. Gelas yang semula ditangannya ia banting ke atas meja, membiarkan darah mengucur dari telapak tangannya yang terkena tajamnya pecahan kaca. Nafasnya sudah memburu sejak tadi, niatnya ingin membuat Siwon marah malah berbalik padanya. "Pemimpin? Anakmu dan dirimu itu pengecut Choi Siwon.. tidak mungkin jika aku memberikan sesuatu secara sukarela begitupun dengan Jeno"

Tangannya mengambil ponselnya dari atas meja saat ada panggilan masuk, "aku akan kesana"

***

"Sepertinya kamu membuat anaknya Donghae begitu marah ya sampai ayahnya ikut tersulut?"

"Tapi bukankah aku hebat? Sayang kalau aku membiarkannya terus menjadi pemimpin. Begitu kan cara papa dulu? Membiarkan lawan memimpin untuk beberapa saat lalu mengambilnya jadi aku tidak perlu lelah-lelah lagi.."

"Kamu belajar banyak dari ku ya"

"Tenang.. ini hanya langkah kecil, akan kubuat dia tunduk karena berani ikut campur dalam urusan keluarga Choi ini"

"Bukankah kau terlalu berlebihan? Itu kan masa lalu, kenapa harus diingat-ingat lagi?"

"Yoona.. kemarilah"Siwon menarik tangan Yoona pelan untuk duduk di sebelahnya, memeluk pinggang istrinya itu. "Dia sudah berani merebut milikku, walau sudah kembali padaku aku masih membencinya. Dia tiba-tiba datang lalu merebut hal yang harusnya jadi milikku. Sudah dari dulu dia seperti itu, maka ku ikuti saja caranya. Dia sendiri yang marah"

"Sudah menyiapkan makan malam? Aku sudah lapar. Ayo makan"


***

"Kau, harus kembali merebut posisi mu. Secara langsung kau membiarkan mereka semakin memimpin"
Donghae mendekatkan wajahnya, tangannya berada pada kedua pegangan yang ada di kursi tempat duduk Jeno. "Papa tidak mau, anak papa di cap kalah dengan Choi Jaemin. Lee Jeno harus jadi dan harus selalu jadi pemenang"

"Bagaimana kalau dia minta bantuan ayahnya?"

"Tenang saja.. ayahmu ini, tidak akan pernah membiarkan lawan anaknya menang. Cukup papa yang harus kalah oleh pria itu, anak papa harus bisa jadi pemimpin diatas Choi Jaemin"

"Hari ini tidak perlu belajar, kau bisa beristirahat. Pastikan kau mengalahkan nya Lee Jeno, buat dia malu didepan ayahnya"
Tiffany yang sejak tadi mendengarkan cukup terkejut karena Donghae keluar dari kamar Jeno, menatapnya dalam diam. "Dia kan sudah berusaha, jangan memaksanya lagi.."

"Angkat kepala mu Tiffany, kau sepertinya mau-mau saja diinjak-injak keluarga itu. Kalau kau kira mereka baik, itu hanya depannya saja. Mereka punya seribu satu cara licik untuk mengalahkan lawan-lawannya. Jangan mau diinjak-injak! Kalau kau terus seperti itu sampai kapan kau ingin dipermalukan karena usaha suamimu ini selalu dibandingkan dengan orang itu di media. Dia telah membuat ku malu di hadapan publik sebelumnya, maka sekarang akan berbalik. Dia yang akan malu karena sudah berani menginjak-injak harga diri ku.

Orang seperti nya, tak pantas jadi pemimpin"


{}

Ngengg...
Doain keterima ya, tanggal 7 udah mulai ppdb

Power of AttorneyWhere stories live. Discover now