Page 11

426 46 3
                                    

Yewon yang baru masuk ke dalam rumah dibuat panik saat tubuh Renjun tiba-tiba tersungkur dihadapannya. "Kau ini apa-apaan?!"

"Apa-apaan? Tanya saja pada anakmu itu. Kau sama sepertinya, tidak memiliki rasa malu"
Keadaan Henry tidak terlalu berbeda. Beberapa memar diwajah ia dapatkan dari anak sulungnya itu. Renjun sendiri sama, bahkan bisa dibilang sedikit lebih parah dari Henry.
"Awas!"

Yewon yang masih berdiri didepan pintu didorong begitu saja agar menyingkir, Henry pergi begitu saja setelah memukul Renjun. "Ada apa? Kenapa kamu membuatnya seperti itu?"

"Bunda! Maafkan aku.. ini semua salahku. Jika saja aku mendengarkan ayah tadi kak Renjun tidak perlu seperti itu pada ayah.. maaf"
Renjun menggeleng, "Chenle tidak ada hubungannya dengan ini.. Ini memang salahku"

Renjun menatap Chenle yang terlihat menahan nangis. Dia berjalan mendekat, menarik Chenle ke dalam pelukannya. "Jangan khawatir. Aku tidak apa-apa"

"Ayah memukulmu.. bagaimana bisa masih bilang tidak apa-apa?!"

"Ini kecil. Tidak ada apa-apanya"

Yewon hanya bisa diam. Merasa gagal menjadi ibu bagi kedua anaknya. Sikapnya selalu sama pada keduanya, mereka sama dimatanya tapi tidak dengan Henry. Bagi Henry Chenle hanyalah serpihan kecil tidak berguna. Hanya karena Yewon yang tidak bisa melahirkan anak kedua bagi Henry membuat pria itu sering marah karena berpikir Yewon tidak berguna,
Dan malah mengangkat Chenle sebagai anaknya.

***

"Papa jangan bekerja terus..."
Siwon menatap Jaemin yang tengah memindahkan channel televisi beberapa kali sebelum menaruh remot ditangannya diatas meja. "Mau kemana?"

"Belajar. Bukannya udah jam nya?"

"Tidak perlu. Hari ini istirahat kan dulu otakmu itu. Kemari, menonton bersama dengan papa" Jaemin tersenyum sembari berlari kecil mendekat pada Siwon. Dia tidak segan memeluk tubuh ayahnya. "Papa memang tidak suka dengan Donghae.. Tapi tidak dengan anaknya"

"Jeno?"

"Papa menyuruhmu mengalahkan Jeno hanya rencana untuk Donghae. Sebenarnya papa tidak pernah ada masalah dengan anaknya, Jeno sering dimarahi karena kalah oleh mu"

"Jadi maksud papa sekarang papa belain Jeno? Iya?"

"Jaemin.. Bukan gitu"
Jaemin menegakkan tubuhnya, menatap Siwon serius sekarang. "Papa mudah mengalahkan dia, papa punya segalanya. Aku? Jeno selalu mengambilnya! Nilai, peringkat.. Dia selalu mengambilnya. Papa harusnya membantu ku untuk menjadi juara bukannya mengasihani Jeno. Aku kan anak papa, harusnya papa bantu aku buat ngalahin dia. Bukannya malah kasihan pada Jeno"

Siwon menghela nafasnya. Dia juga ingin membantu anaknya untuk berhasil, tapi terkadang dirinya memikirkan anak-anak lain seperti Jeno yang harus berada didekat Donghae. Pria itu lebih gila, menyuruh Jeno belajar seharian tanpa istirahat. "Kamu bertengkar dengan Jaemin?"

"Hanya masalah kecil.. Nanti biar aku saja yang bicara"

"Jaemin ingin waktu seharian dengan mu, dengan kita. Dia jarang menghabiskan waktu denganmu Siwon"

"Aku sudah melihat jadwal.. Akhir minggu ini kita bisa pergi bertiga. Aku juga sudah memesan hotel yang sangat nyaman untuk kalian beristirahat nantinya"
Siwon menarik Yoona mendekat padanya, "aku hanya menyelamatkan mu, Yoona"

"Aku baik-baik saja, tidak perlu diselamatkan"

"Menyelamatkan mu dari Donghae. Jika kamu tidak segera pergi saat itu mungkin hidupmu akan seperti.. Tiffany. Dia terlihat tidak bahagia".

Power of AttorneyWhere stories live. Discover now