page 09

545 56 4
                                    

Jaemin yang kebetulan lewat berhenti sejenak saat mendengar suara. Dia berjalan pelan mengikuti suara bahkan setelah melihatnya Jaemin tidak bisa menahan keterkejutannya.
"LEE DONGHAE!!"

Masa bodoh dengan sopan santun, Jaemin kelewat marah sekarang. Dia yang melihatnya sendiri Donghae memukul ayahnya sembari memakinya. Tangannya mendorong tubuh Donghae menjauh dari Siwon. Ia menarik kerah baju Donghae dengan kasar, "aku tidak pernah segan untuk menghabisi orang yang berani menyakiti keluarga ku, termasuk kau Lee Donghae!"

"Kau sama saja seperti Jeno.. hanya berani memukul! Kau sama sekali tidak pernah menggunakan otakmu setiap harinya"

"Apa kau bilang?! Seharusnya kau menjaga kata-kata mu itu. Kau pikir kau ini siapa?"
Donghae menepis tangan Jaemin, matanya menyorot tajam ke arah Jaemin. "Jika saja ayah mu itu tidak macam-macam, aku tidak pernah ingin menyentuhnya sedikitpun. Dan kau... Kau juga sama saja seperti ayahmu. Kau berani menghina anakku didepan umum, dimana kelakuan baik mu itu yang sering kau pamerkan pada media?"

"Dia mengadu? Hah.. sudah ku pastikan dia itu pengecut. Aku tidak pernah ada masalah dengan mu, selama ini pun aku sama sekali tidak memiliki masalah dengan mu. Tapi hari ini, aku akan ingat ini baik-baik. Kau yang bukan siapa-siapanya ayahku berani memukulnya, maka aku tak segan untuk memukul mu balik lain kali"
Telunjuknya menunjuk wajah Donghae, dia sama sekali tidak memperdulikan jika seharusnya dia menghormati Donghae disini.
"Kau selama ini gila hormat.. tapi mulai sekarang kau tidak akan pernah mendapatkan hormat ku lagi"

"Jaemin... Sudah.."

"Sudah? Jauhkan tangan kotor mu itu dari keluarga ku sialan"
Jaemin menarik tangan Siwon agar mengikutinya, terlihat jelas siapa yang memulainya lebih dulu. Hanya ayahnya yang terluka, Donghae hanya mendapatkan luka kecil di bibirnya.
"Papa ada masalah apa dengan dia sekarang?"

"Masalah kecil.. tapi itu cukup membuat papa marah"

"Berhenti terlibat masalah dengannya. Semakin sering papa terlibat semakin marah juga aku"
Siwon hanya bisa tersenyum tipis. Bukan niatnya untuk membawa Jaemin ke dalam urusannya, tapi dia anaknya. Dia berhak tau apa yang terjadi diantara dirinya dan Donghae. Tentang amarah anaknya itu diluar kendali Siwon, dia tidak berniat untuk membuat Jaemin ikut terlibat masalah seperti ini dengannya.

Sementara Donghae masih berdiam diri. Bajunya juga sudah rapi kembali sekarang. "Gila hormat? Ayahmu yang gila.. pura-pura baik didepan kamera tapi kelakuannya seperti ini"

Dari sudut matanya dia menangkap seseorang yang tengah berjalan menuju lift. Dengan langkah lebar dia menghampirinya, menarik tangannya agak menjauh dari lift. "Donghae! Lepaskan tanganku!"

"Kau! Kau yang sengaja membuat ku terlihat buruk didepan orang. Kau sengaja mengadu pada suami mu itu agar dia membela mu kan? Kau sama saja.. kau mau-mau saja menikah dengan ku saat itu tapi sekarang kau berlagak seperti orang yang paling tersakiti disini"

Yoona tertawa mendengar perkataan Donghae. Matanya menatap kedua iris mata Donghae yang terlihat menahan amarahnya. "Selama ini, aku tidak pernah membawa namamu di kehidupan ku. Aku tidak pernah melakukan apa yang kau katakan tadi, jika dia marah.. itu artinya ada yang salah dengan dirimu. Kau pikir aku saat itu ingin menikah dengan mu? Jika aku tau kelakuan mu seperti ini aku juga mungkin akan melemparkan gelas ke wajahmu itu. Jangan buat aku marah, Lee Donghae. Aku selama ini tidak pernah melawan padamu, tapi jika sekali lagi kau macam-macam, jangan harap aku akan mengasihani mu"

Yoona menghentakkan tangannya agar genggaman Donghae terlepas. Dia pergi meninggalkan Donghae begitu saja setelah mengatakan itu.
"Kau benar... Biang masalahnya disini adalah suami mu. Dia yang berani menghancurkan keluarga ku. Choi Siwon, kau memang tidak pantas bahagia"

***

"Aku sudah bilang jangan membuat masalah lagi, orang seperti itu jika dilawan malah melunjak"

"Salah dia.. kenapa mudah tersulut emosi. Padahal yang kukatakan itu benar, tidak salah sedikitpun. Artinya dia memang sadar jika dirinya yang salah"
Yoona mencebik. Tangannya yang sejak tadi mengobati luka di wajah Siwon tiba-tiba berhenti begitu sadar sesuatu, "Jaemin dimana?!"

Tubuhnya terdorong keras begitu Jaemin menendangnya. Sudah tidak ada sorot mata yang biasanya meledek Jeno, hanya ada kemarahan yang bisa dilihatnya sekarang. "Ayahmu benar-benar keterlaluan"

"Lalu kenapa kau menghajar ku sialan!"

"Karena aku tau.. kelemahannya hanya ada pada anak tunggalnya yang berperan sebagai ahli waris. Dia tidak bisa apa-apa jika sudah menyangkut anak tunggalnya"
Jaemin mencengkeram rahang Jeno, membuat anak tunggal Lee Donghae itu menatapnya terpaksa. "Peringatkan ayahmu.. jika sampai dia melewati batas lagi. Aku sendiri yang akan membunuhnya nanti"

Jaemin melepaskan cengkeramannya kasar lalu berdiri. Tersenyum miring menatap Jeno yang tidak bisa apa-apa.
"Seorang pengecut akan selalu jadi pengecut Lee Jeno.. termasuk ayahmu dan dirimu, keluargamu juga. Jadi jangan salahkan orang lain jika kau selalu tertindas, kalian memang ditakdirkan sebagai pengecut"

Jaemin keluar dari ruangan khusus belajar yang memang disediakan di gedung ini. Langkahnya tertahan oleh Renjun yang menahan lengannya, "darimana?"

"Urusi saja urusan mu"Jaemin menepis tangan Renjun dan kembali mengambil langkah. Masa bodoh dengan Yoona yang akan mengomel padanya. Tidak ada yang boleh mengganggu keluarganya, sedikitpun.
Hanya dia yang boleh bertingkah seenaknya, bukan orang lain apalagi orang yang membuat Yoona tidak bisa melupakan masa lalu nya sejak itu.
"Ku sumpahi kau akan selalu sial, Lee Donghae"

***

Renjun masih menatap Henry dengan tajam. Ayahnya baru saja membentak Chenle karena tidak becus melakukan tugas yang diberikan olehnya. "Ayah bodoh apa bagaimana? Chenle mana mungkin paham yang seperti itu.."

"Dia saja yang tidak becus belajar"

"Cukup. Kau selalu meminta lebih. Kau pikir kau lebih baik? Ayah tidak lebih baik dari Chenle. Ingat itu"
Renjun bangkit dan mengambil laptop milik Henry. Dia yang akan menyelesaikannya
"Sudah tau Chenle tidak bisa masih saja dipaksa.. kau ini memang tidak bisa memaklumi kekurangan ya"

Renjun sudah duduk di kursinya, menatap laptop milik Henry yang ada di depannya. Sebenarnya ini tugas untuk Chenle, tapi melihat Henry membentaknya karena Chenle tidak bisa jadi membuatnya geram.
Jemarinya dengan cepat mengentikan jawaban demi jawaban disana. Sedangkan Chenle hanya mengintip di pintu memperhatikan si sulung yang mengerjakan tugas miliknya itu.
"Harusnya kakak ajarin aja, biar aku yang kerjain"

"Nanti kalau kamu lagi santai kakak ajarin ya, sekarang kamu tidur aja dulu biar kakak yang beresin hari ini"

Chenle hanya bisa mengangguk lalu pergi ke kamarnya, membiarkan Renjun menyelesaikan tugas miliknya dari Henry. Dia tidak paham dengan tugas yang diberikan oleh Henry tadi, bahkan di sekolah dia belum pernah mengerjakan seperti itu juga.
Entahlah, dia juga bingung ada apa dengan isi otak ayahnya itu.

{}

Keyboard ku ya Allah ngelag, aku gak bisa ngetik ini. Gak akan bener kalau ngelag.

Power of AttorneyWhere stories live. Discover now