Page 24

150 23 12
                                    

! Bagian ini mengandung beberapa kata kasar dan kekerasan !

Jaemin benar-benar mempermainkan Jeno sejak Donghae berkata seperti itu tentang Yoona. Dia terus membuat Jeno terlihat menyedihkan. Siswa-siswi disekitarnya juga kini melihat Jeno dengan cara yang berbeda. Jeno yang selalu ditatap oleh orang-orang disekitarnya dengan kagum kini diremehkan. "Jaemin.."

Jaemin tersenyum. Dia melangkah mendekat pada Jeno yang masih duduk dibawah sambil memegangi perutnya. Rasanya sakit setelah Jaemin dengan sengaja menendangnya hari ini. Sepatu Jaemin menginjak sepatu Jeno. Tertawa kecil sambil merapikan rambut Jeno yang basah oleh keringat. "Ada rasa tidak tega sebenarnya. Tapi ayahmu yang membuatmu seperti ini Jeno. Kalian-"

"Berhenti libatkan aku dengan dia, Jaemin. Ini urusanku denganmu. Aku sudah kehabisan energi untuk melawanmu yang sebelumnya."

"Berhenti? Kau bilang berhenti?"
Jaemin menarik rambut Jeno. Dia paksa kepala itu menengadah menatapnya.

"Mana bisa aku berhenti setelah tau kalau hubungan ayahmu dan ibuku itu menjijikan? Mana bisa aku berhenti jika tau aku lahir dari ayah yang sama dengan mu? Dia iblis Jeno, jika aku tau lebih dulu sebelum aku tau kamu saudaraku, aku sudah memilih mati sejak kemarin."

"Persetan." Jeno mendorong Jaemin hingga remaja itu mundur. Dia berdiri dan memukul Jaemin. Mereka terlihat berkelahi dengan cukup parah. Jeno yang tak henti-hentinya berusaha menyerang Jaemin sementara Jaemin juga tidak mau kalah dengan Jeno.

Perkelahiannya terhenti saat Jeno berhasil mendorong Jaemin. Dia menarik kerah seragam Jaemin dan mendorongnya ke tembok pembatas. Jeno hanya tinggal mendorong Jaemin sedikit lagi untuk melihat saudaranya ini jatuh ke bawah sana. Atap sekolah yang cukup tinggi ini mungkin bisa membunuh Jaemin dengan sekejap.
Alih-alih melakukannya, Jaemin bisa melihat Jeno menangis. Tangan yang meremat seragamnya bergetar pelan. "Aku tau. Aku tau dia iblis.."

"Dia terobsesi dengan ibumu. Banyak foto ibumu dirumah. Aku sendiri yang melihatnya, Jaemin. Aku sendiri yang melihat seberapa besar foto ibumu."

Jeno mengeluarkan ponselnya. Dia mengangkatnya dihadapan Jaemin. "Kau tau? Aku berhasil mengambil beberapa rekaman untuk diberikan kepada mu. Tapi, aku lebih baik menyimpannya sendiri."

"Kenapa tidak kau berikan itu sialan!"

Jaemin kini ikut menarik kerah seragam Jeno. Dia membalikkan posisi agar kini Jeno yang berada di pinggir pembatas. "Jaemin-"

"Kau ini ingin seperti ayah mu hah? Jangan sampai aku menyebutmu mahluk menjijikan Jeno. Aku tau kamu lahir dari dia tapi aku tau kau tidak akan seperti dia. Aku selalu benci hal yang berkaitan denganmu Jeno. Aku selalu benci setiap melihatmu unggul karena jika kau unggul maka ayahmu juga unggul. Aku-"

"Jaemin! Rekaman ini berisi hubungan mereka!"

Raut wajah Jaemin berubah. Matanya kini membola menatap Jeno yang masih berusaha melepaskan tangan Jaemin. Keterkejutannya tidak bisa disembunyikan. "Maafkan aku Jaemin... Aku benar-benar minta maaf... Aku-"

"Aku membencimu Lee Jeno. Aku benar-benar membencimu!"

Jaemin berhasil melemparkan tubuh Jeno ke tumpukan kursi-kursi tak terpakai. Jeno terbatuk memegangi tubuhnya yang terasa sakit. Ponsel Jeno jatuh begitu saja kebawah sana. Menghilangkan rekaman yang Jeno salin dari ruang itu.
Tangan Jaemin memegangi kepalanya. Dia menarik surainya sekuat tenaga. Berteriak kacau sambil memukul-mukul kepalanya. Jeno masih berusaha bangkit, berusaha menghampiri Jaemin untuk menghentikan sikapnya.

"Aku membencimu Jeno! Kau manusia paling buruk yang pernah aku kenal!"

Jeno berdiri sambil menahan tangan Jaemin. Mengabaikan tubuhnya yang terasa sakit sekali setelah menghantam kursi-kursi itu. Ada noda darah yang timbul di punggung Jeno. Paku-paku yang mulai lepas dari kursi mungkin berhasil meninggalkan luka di punggung Jeno. Jaemin menatap Jeno sayu, wajahnya memerah karena amarahnya. Mata Jaemin tidak berbohong, Jeno bisa melihat banyaknya kesakitan disana. "Jeno.."

Ambruknya Jaemin membuat Jeno ikut terjatuh karena tidak siap menahan tubuh Jaemin. Nasib baik Haechan dan Renjun berhasil menemukan mereka setelah berkeliling mencari dua orang itu. Jeno tau, Jaemin akan menghindarinya. Tapi dia berjanji akan menghapus rekaman itu. Menghapus hal-hal menyeramkan yang Donghae simpan.

***

Donghae membanting kertas ditangannya ke atas meja. Dia menatap sekretaris nya kesal sebelum menamparnya. "Aku sudah mempercayai ini padamu. Aku bilang dapatkan saham ini bukan membiarkan Siwon mendapatkannya dasar wanita jalang!"

"Maaf... Orang mereka berhasil membujuknya lebih dulu. Kami datang setelah mereka berhasil mendapatkan tanda tangannya."

"Aku tidak butuh permintaan maaf! Wanita seperti mu memang tak tau diuntung. Pergi. Jangan pernah datang lagi atau aku akan menghabisimu detik itu juga."

Donghae duduk dikursinya. Dia memegang kepalanya yang pusing. Donghae harus kehilangan uang bahkan setelah memberikannya pada orang saham itu namun Siwon tetap saja mendapatkannya. "Aku akan membunuhmu Siwon. Akan ku buat kau pergi ke neraka. Akan ku ambil semua milikku kembali."

Donghae memanggil bawahannya melalui ponsel. Dia mengambil sebuah kunci dari dalam laci.
"Kau. Aku percayakan ini padamu. Cari Choi Jaemin. Bawa dia kesini. Ikat dia disana. Pukuli dia sampai dia mau menelpon Siwon untuk datang. Bagaimanapun caranya, kau harus buat agar dia sendiri yang menelponnya. Lakukan apapun caranya."

***

Tempat gelap, kumuh, tidak ada sirkulasi udara yang bagus, berdebu, menyeramkan. Banyak kata untuk mendeskripsikan tempat ini. Tempat dimana Jaemin kini berdiri dengan tangannya yang diikat ke rantai. Sengaja dibuat sedikit menggantung dan hanya ujung sepatunya yang bisa menyentuh tanah.
Tempat menyedihkan ini berhasil membuat Jaemin menangis kesakitan. Mereka sama sekali tidak memberinya ampun. Memukulinya dengan kayu, menendangnya, menjadikannya samsak sampai memukul kepala Jaemin dengan pistol ditangan mereka. "Bagaimana? Sudah mau menelpon ayahmu?"

"Kalian hanya ingin menjebaknya kan? Tidak. Aku sama sekali tidak berminat menelponnya. Kalian ini hanya--AKH!"
Jaemin mengigit bibirnya menahan rasa panas yang menyentuh tubuhnya. Rokok yang sengaja ditempelkan meninggalkan bekas yang sangat terlihat. Seragam Jaemin benar-benar dilepas. Mereka membiarkan tubuh atas Jaemin terbuka hingga terlihat sekali luka-luka baru yang terasa sakit bagi Jaemin.

"Telpon, Jaemin. Hubungi ayahmu. Minta bantuan pada dia. Aku yakin dia akan sangat marah melihatmu." Dagu Jaemin diangkat. Dipaksa melihat ke arah orang yang menyuruhnya sejak tadi.

"Tak akan pernah." Jaemin meludahi jas pria itu. Dia hanya terkekeh sambil mengelapnya dengan seragam Jaemin. "Ah... Kau ini sama keras kepalanya ya?"

Jaemin bergetar melihat seseorang dibalik pria itu membawa benda elektronik yang ia yakini panas. Dia bergerak panik melihat benda itu mendekat padanya. "Oke.. Aku yang akan menelponnya."

***

Siwon berbincang dengan bawahannya. Mereka tengah merayakan saham perusahaan yang semakin naik. Perayaan kecil-kecilan di sebuah restoran itu mengundang tawa para karyawannya. Mereka terlihat senang bisa bekerja dengan Siwon. "Ah sebentar ya, ada telpon."

Siwon mengeluarkan ponselnya dari dalam saku jas. Sedikit heran dengan Jaemin yang menelponnya. Terlebih itu panggilan video. Anak itu jarang sekali menelponnya. "Halo Jae-"

Nafas Siwon tertahan. Dia lihat sendiri Jaemin yang tergantung dengan tubuhnya penuh luka. Darah dan luka bakar terlihat jelas dimatanya. "Datang lah ayah... anakmu membutuhkan bantuanmu."

"Siapa kau ini bajingan!" Teriakan Siwon membuat karyawannya menoleh. Ikut diam dan mencoba mendengarkan pembicaraan dari ponsel Siwon.

"Ayolah.. Jangan keras kepala seperti anakmu. Dia masih saja tidak mau jujur padahal butuh bantuanmu. Choi Siwon... Kemari."

Siwon sudah memegangi kunci mobilnya. Dia memberikan isyarat pada sekretaris nya untuk menyiapkan mobil, meminta beberapa orang ikut dengannya. "Persetan. Anakku tidak ada hubungannya. Kau suruhan Donghae kan?"

Ponsel Jaemin kini berpindah, menampilkan wajah Donghae yang tengah merokok. Sesekali dia hembuskan asap rokok tepat ke wajah Jaemin. "Anakmu ini sudah kesakitan. Datanglah. Tidak rugi juga kan? Ah iya... anak buahku sepertinya tertarik dengan anakmu. Katanya dia tampan. Berapa harga Jaemin, Siwon? Akan aku beli."

"Tunggu aku sialan. Aku akan menghabisimu hari ini juga!"

{}

Hehe..
Hehehehe

Power of AttorneyWhere stories live. Discover now