page 07

566 68 1
                                    

"masalah kalian mau sampai kapan?"
Jaemin menoleh. Ditatapnya Renjun yang tengah asik meminum jus nya sambil melemparkan tatapan pada Jaemin. "Urusannya dengan dirimu apa?"

"Kalian temen, kita kan temen.. harusnya gak boleh sampe berantem gini"

Jaemin tertawa kecil, senyumnya kini merekah menatap Renjun dihadapannya. Kepalanya maju beberapa sentimeter mendekat pada wajah Renjun, "sejak kapan kita teman?"

"Sejak dulu juga, tidak pernah ada yang namanya teman disana. Kasihan.. kamu baru datang jadi tidak tau jelas peraturan-peraturan disana ya? Miris.."

Renjun mengerutkan dahi nya begitu Jaemin bangkit dari duduknya, masih dengan senyum diwajahnya. "Aku pulang ya? Tidak keberatan jalan kaki kan?"

"Satu lagi, jangan mudah percaya pada orang Huang Renjun.. kau tidak mungkin percaya begitu saja jika ada yang menawari mu makanan kan?" Jaemin masuk ke dalam mobil dan meninggalkannya seorang diri. Jaemin benar, dia harusnya tidak mudah percaya. Renjun tau jelas semua orang yang tinggal disana licik, termasuk ayahnya sendiri yang diam-diam ingin merebut griya tawang milik Choi Siwon. Ayahnya sama saja, rakus akan kekayaan dan status sosial.
Renjun hanya diam, belum ada tanda-tanda dia akan berdiri dari kursinya. Dia juga tidak yakin apakah rahasia kelam keluarga nya perlahan akan terbongkar karena di bangunan yang menjulang tinggi itu, bangunan yang ditempati oleh orang-orang dengan kalangan tertinggi di negara ini dan bangunan yang hanya bisa didatangi dengan izin khusus bisa membongkar rahasia orang-orang yang tinggal disana, satu persatu.

***

Jeno menatap buku didepannya sejenak, dia masih memikirkan ucapan Jaemin sejak tadi, ucapan yang dikatakan olehnya saat di dalam lift. Bisa dikatakan jika keluarga itu benar-benar terkenal. Terkenal akan kekayaan, terkenal akan posisinya bahkan sampai seperti apa hubungan keluarga itu. Bagaimana mereka menunjukkan betapa bahagianya mereka didepan publik. Yoona yang selalu menunjukkan kasih sayangnya kapanpun pada Jaemin dan juga Siwon yang selalu memberikan apapun untuk anak satu-satunya itu.
Mengingatnya saja membuatnya muak, nafasnya memburu karena mengingat semua itu.

Dan sialnya, Jaemin mengalahkan nya lagi sekarang.

Cukup Jaemin mengalahkan nya terakhir kali saat olimpiade, jangan sampai dia dikalahkan lagi. Dia tidak pernah mau siapapun berdiri di atasnya. Siapapun itu, mau temannya atau bukan atau bahkan orang yang lebih hebat darinya, mereka tidak pernah pantas ada di atas Jeno.
Semuanya harus dibawah kendalinya, dibawah kuasanya. Itu kata-kata Donghae yang selalu ia ingat.
Peringkat, status sosial, apapun itu. Lee Jeno berhak berkuasa, bukan orang lain.

Jeno mengalihkan pandangannya sejenak, kepalanya sedikit nyeri setelah memikirkannya. Masih tiga jam lagi waktunya belajar dan tidak boleh keluar dari kamar atau bahkan sekedar berdiri dari kursinya. Bisa dibilang Jeno anak yang disiplin, terlalu disiplin.

Ambil kembali apa yang seharusnya jadi milikmu, jangan biarkan orang lain mendapatkannya.
Jeno akan ingat itu baik-baik. Dan apa yang sudah diambil oleh Jaemin, dia harus kembali mendapatkannya.

Bahkan dia belum mengambil satu hal lagi yang harusnya Tiffany dapatkan,
Kebahagiaan nya sudah direbut.
Dan Jeno bersumpah, dia tidak akan membiarkan ibunya harus menelan kenyataan pahit lagi.
Kenyataan dia harus bertemu dengan mantan suaminya yang tinggal disini, di gedung ini dan bahkan berada dekat dengannya. Kenyataan jika mantan suaminya kini memiliki anak yang bahkan satu sekolah dengan Jeno.

Dan seenaknya dia bisa tinggal disini sekarang, tinggal dengan bahagia.

***

Yoona menatap gelas berisi kopi milik dia diatas meja. Siwon kembali mengingatkan nya pada masa lalu, mengingatkannya jika dia memiliki masa lalu dengan orang lain disini. Hanya Siwon yang tau jika Yoona adalah mantan suami dari Donghae. Pria yang saat itu datang dan tiba-tiba melamarnya, menikahinya juga.
Dan Siwon datang, membawanya kesini dengan hubungan yang baru sebagai suami.

Siwon tidak salah sebenarnya, Yoona yang saat itu bingung karena orangtuanya tiba-tiba saja menyetujui lamaran Donghae dan menikahkannya disaat dia masih menjalin hubungan dengan Siwon dan memang bisa dikatakan jika Donghae merebut Yoona dari Siwon. Rasanya aneh, melihat mantan suaminya yang kerap kali duduk dihadapannya, berkumpul dengan orang-orang yang tinggal disini juga.
Melihat Donghae yang duduk didepannya, dengan istrinya yang juga duduk disebelahnya. Siwon memang pandai membaca situasi, dia selalu bisa membuat Yoona tidak memikirkan pria itu yang jelas-jelas hanya masa lalu nya.

"Sedang memikirkan apa?"

"Anak mama ternyata sudah pulang. Tidak ada kok, bagaimana hari mu?"

"Menyenangkan, Jeno marah lagi hari ini"
Yoona diam, mengusap surai legam milik anaknya. "Tidak bisakah kamu tidak membuat masalah?"

"Mama membelanya?"

"Tidak.. hanya saja mama tidak mau anak kesayangan mama ini harus terlibat masalah. Sudah makan? Mau mama buatkan roti panggang?"

"Boleh"
Yoona tersenyum sembari berdiri. Anaknya cukup sulit ditebak tapi hal yang baru saja dikatakan Jaemin sering membuatnya takut. Dia sudah bahagia bisa hidup sebagai istri dari Choi Siwon dan ibu dari Choi Jaemin, jangan sampai dia harus berhubungan dengan masa lalunya lagi karena masalah diantara Jeno dan Jaemin.

Anak tunggal dari Choi Siwon itu sendiri terlihat senang, apalagi mengingat dia meninggalkan Renjun tadi. Lucu rasanya, anak dan orangtuanya sama saja. Bahkan sifatnya sama, mudah percaya pada orang lain. Seperti ayahnya yang percaya pada Siwon. "Ini, mama tadi buat jus juga. Diminum ya?"

***

"Ayah dengar kamu pergi dengan Jaemin, apa kalian sudah dekat? Apa yang kalian bicarakan?"

"Berhenti ikut campur urusanku"

"Dekati dia.. kamu tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan"
Tanpa sadar dia menggebrak meja, menatap Henry yang terlihat santai. "Ayah menyuruhku untuk mendekatinya sedangkan dia saja baru meninggalkan ku dan menyuruhku berjalan kaki. Ayah waras?! Anak ayah itu siapa sebenarnya?!"

"Ayah juga tidak akan seperti ini jika kau bisa seperti Jeno"

"Terserah mau menganggap ku apa, aku muak"
Chenle yang diam-diam berada di pintu kamarnya hanya berani mengintip, kakaknya kerap kali bertengkar dengan Henry yang selaku membuatnya gemetar ketakutan. Renjun berbeda sekali jika sedang marah. Kakaknya sama sekali tidak terlihat takut dengan Henry. Chenle juga sudah pusing mendengar Henry yang selalu membicarakan Jaemin atau Jeno, disaat salah satu dari mereka menang olimpiade kah atau mendapat peringkat satu atau apapun itu Henry selalu membandingkannya dengan Renjun. Mengatakan jika anak sulungnya itu tidak becus, tidak bisa membuatnya bangga.

Bahkan dirinya pun sering dibandingkan juga. Jika Renjun selalu dibandingkan dengan Jaemin dan Jeno maka Chenle selalu dibandingkan dengan Renjun. Dirinya juga tidak bisa tenang sama dengan Renjun. Setiap kali mendapat nilai yang kurang memuaskan nama kakaknya selalu diucapkan oleh Henry, mengatakan jika Chenle tidak lebih baik dari Renjun bahkan lebih buruk.
Ayahnya tidak pernah puas dengan apa yang dimilikinya, bahkan sampai sekarang.

{}

Selamat memikirkan teori..
Jangan salah. Aku juga ikut mecahin teori disini bareng kalian

Power of AttorneyWhere stories live. Discover now