Page 26

133 21 5
                                    

"Aku menyesal kenapa kau harus memiliki ayah yang sama dengan ku."
Jaemin tertawa kecil. Badannya lebih baik sekarang. Kakinya juga kini menapak pada sebuah balok sehingga tidak menggantung lagi. Jeno masih duduk dibawah, memainkan jemarinya sambil mengobrol.

"Maaf. Apa pun yang terjadi setelah ini aku minta maaf."

"Pantas ayah mu semena-mena. Kamu ini mudah minta maaf."
Jaemin menatap pintu yang terbuka sedikit. Ia membuka matanya lebih lebar melihat pria yang sedang tersenyum padanya.

Entah harus kecewa apa senang melihat Siwon benar-benar datang kesini. Firasatnya buruk dari sejak anak buah Donghae menyeretnya kesini.
"Papa..."

"Papa disini. Maaf. Sakit ya?"

Jeno ikut menengok. Dia sama terkejutnya dengan Jaemin. Dengan tergesa-gesa Jeno menghampiri Siwon, mendorongnya untuk kembali keluar dari tempat ini. "Aku mohon jangan masuk. Aku yang akan membantu kalian."

"Jeno, ayahmu itu-"

"Kau benar-benar menyebalkan Jeno."
Jeno mematung. Dia terlambat membuat Siwon untuk keluar dari sini. Ia bisa lihat bayangan orang lain di lantai. Siwon juga diam saat merasakan sebuah benda menempel tepat di punggungnya.
"Aku merindukan wajahmu yang panik itu, Siwon. Kau selalu angkuh didepan ku, dasar sombong."

Jeno berhasil diseret. Ditahannya dia sedikit jauh dari Siwon yang masih diam, tidak bergerak sama sekali sambil memperhatikan Jaemin. Tangannya kembali tertarik begitu sekretaris Donghae menendang balok yang menjadi pijakan Jaemin.
"Kau gila, Donghae."

"Aku? Gila? Kau tidak salah bicara kah? Kalau sejak dulu dirimu ini tidak ikut campur aku tidak akan bertindak seperti ini."

"Kau pengecut Donghae. Kau selalu melibatkan anak-anak di setiap masalah mu."

Donghae mencebik. Pistol ditangannya kini menempel dibelakang kepala Siwon. "Mereka anakku. Kau tidak punya hak untuk mengaturku Choi Siwon."

"Persetan! Kau yang menyebut Jeno investasi sebelumnya. Didepan Papa kau menyebutnya anak dasar sialan!"
Siwon hampir berlari saat Jaemin kembali diserang. Jika saja Donghae tidak mempersiapkan senjata ditangannya Siwon sudah pasti berlari kesana. "Aku bisa menariknya kapan saja."

"Kau mau apa?"

"Kembalikan apa kau ambil dariku, semuanya. Termasuk Yoona."

"Kau masih tidak paham. Sejak kapan aku mengambil milikmu? Bukan kah aku tidak pernah menyentuh apa yang jadi milikmu? Aku mendapatkannya secara sah, Donghae. Sebaliknya, kau yang mengambilnya. Aku tidak pernah memaafkan mu setelah tau kau melakukan kekerasan pada Yoona."

"Kekerasan? Aku lakukan atas dasar suka sama suka kok? Buktinya sekarang ada Jaemin. Kalau kekerasan, mungkin Yoona sudah mengugurkan kandungannya."

"Kau manusia biadab Donghae."

"Anakmu itu payah sama seperti mu. Tapi aku menyukainya, lihat betapa keras kepalanya dia disana. Masih bertahan walaupun kesakitan. Anakmu bisa jadi investasi paling unggul untukku, Siwon."

"Setidaknya lepaskan Jaemin. Anak-anak menderita karena mu. Kau pikir aku tidak tau seberapa menderitanya Jeno karena harus memiliki ayah seperti mu? Akui saja Donghae. Kau tidak pernah unggul dibidang apapun termasuk di keluarga mu."

Satu tembakan yang dilepaskan oleh Donghae membuat orang-orang diluar yang ikut dengan Siwon menerobos masuk. Mereka sudah melihat Siwon yang terduduk. Logam panas berhasil menembus bahu kiri Siwon tanpa aba-aba. "Aku mohon.. Ayah.."

Donghae menoleh. Dia tidak salah dengar. Jaemin memanggilnya ayah dengan lirih. Anak itu menangis sekarang. Wajahnya terlihat memohon sambil menatapnya. "Aku suka mendengar mu memanggilku begitu."

Power of AttorneyWhere stories live. Discover now