page 05

835 77 7
                                    

"jadi.. kudengar ada yang akan pindah kesini, benarkah itu tuan Choi Siwon?"

Pria yang disebut terkekeh pelan sembari mengambil cangkir berisi teh melati yang terlihat masih hangat. Senyumnya menyapa semua yang tengah duduk di meja yang sama dengannya malam ini,
"Ya... Sebenarnya masih belum cukup memenuhi persyaratan tapi tidak apa.. bukankah kita tidak pernah pilih-pilih orang?"

"Lalu bagaimana dia bisa disini? Bukankah kau bilang tidak memenuhi persyaratan?"

"Uji coba.. jika selama tiga bulan kedepan dia tidak membayar atau ada masalah yang melibatkan tempat ini, dia harus keluar dari rumahnya"

Hyung Sik berdecak kagum, bisa disebut dia sangat menyukai melihat bagaimana cara kerja Siwon yang selalu bisa menyelesaikan masalah-masalahnya. Musik klasik menjadi pengiring acara malam ini, acara yang sengaja diadakan khusus untuk keluarga mereka. Makanan tak hentinya berdatangan ke atas meja mereka, dengan segelas wine berwarna merah ditangannya Siwon berdiri. Senyumnya semakin ia lebarkan dan mengangkat gelas ditangannya, "untuk malam ini, mari kita bersulang untuk kesuksesan anak-anak kita dan... Hitung-hitung sebagai perayaan peringkat anakku yang baru didapatnya"

Tatapan Donghae terlihat menusuk, menatap Siwon dengan segala amarahnya yang ia tahan. Dia tetap mengangkat gelasnya, setidaknya topengnya belum boleh lepas sebelum acara ini selesai. Dentingan gelas mengisi ruangan dan masing-masing juga kembali duduk di tempat masing-masing. "Oh iya, ku dengar perusahaan mu sedang mengajukan kerja sama dengan perusahaan terbesar di Kanada bukan?"

"Benar sekali.. aku akan segera mendapatkan tanda tangannya untuk kerja sama itu"

"Hebat sekali, ku dengar perusahaan itu memiliki saham yang cukup besar. Aku sampai penasaran sebanyak apa hartanya sekarang"ucap Henry sembari meneguk minumannya.

"Tidak pernah ada yang tau, seberapa banyak isi dompet seorang pengusaha terkenal. Semakin terkenal semakin besar juga pemasukkan dan pengeluaran. Benar begitu, Donghae?"
Siwon tersenyum, dia bisa lihat wajah Donghae yang menahan amarah. Tangannya menggenggam tangan sang istri di sebelahnya lalu berucap, "aku jadi memikirkan bagaimana Yoona harus menunggu ku pulang saat perusahaan sedang sibuk-sibuknya.. mungkin aku akan mengajaknya liburan bersama Jaemin"

"Ngomong-ngomong sepertinya asik jika kita mengadakan liburan bersama bukan? Kita bisa lebih banyak berbagi cerita nantinya"

"Aku! Aku yang menentukan tempatnya"Hyung Sik mengangkat tangannya semangat, Siwon juga dengan senang hati mempersilahkan agar pria itu yang mencari tempat nya. Tangannya tak melepaskan genggaman pada tangan Yoona sejak tadi, "Siwon.. kau sepertinya sangat romantis ya. Sejak tadi kulihat kau tak melepaskan genggaman mu"

Kekehan terdengar dari mulut Siwon, "biasa lah.. rasanya aku takut kehilangan dia jika melepaskan tanganku sehari saja. Benar tidak?"

Yoona hanya tersenyum, mengabaikan Donghae yang masih menatapi Siwon dengan amarah yang sudah mendidih dalam dirinya. "Jaemin dimana?"

"Dia? Ada di meja sebelah sana. Anak-anak belum waktunya mendengar pembicaraan orang tuanya"
Yoona menganggukkan kepalanya, sejak tadi dia hanya diam menikmati kue yang Siwon minta dibuatkan untuknya. "Aish.. aku iri melihatmu Yoona. Suami mu begitu romantis, tidak seperti Hyung Sik"

"Kau bilang apa? Kemari"
Tangan Bo Young langsung ditarik begitu Hyung Sik mendengarkan ucapan istrinya itu. Digenggamnya erat tangan wanita itu setelah bicara dengan Yoona. "Benarkah? Sepertinya tidak"

Yoona tersenyum menatap temannya itu, pandangannya bertemu dengan Tiffany yang juga menatapnya. "Kenapa tidak dimakan?"

Tiffany hanya tersenyum lalu mengangguk. Hubungan para wanita disini sebenarnya baik-baik saja, tidak seperti dua pria yang terlibat konflik kecil akhir-akhir ini. "Kita harus memainkan permainan kecil malam ini"

***

"Jeno... Kau dimarahi ayahmu ya karena tidak bisa mempertahankan posisimu? Sayang sekali.. padahal seingat ku kamu bilang kalau ada di posisi pertama ayahmu akan membelikan mobil baru untukmu kan? Sepertinya mobil itu tidak jadi berada di tangan mu"

"Jaemin, jangan memancing. Aku tidak mau berdebat denganmu lagi"

"Uh.. kau mulai marah sepertinya. Wajahmu jadi memerah seperti itu. Kamu mirip sekali seperti ayahmu, mudah tersulut"

"Hey.. ini acara makan bersama kenapa malah panas seperti ini. Bukankah seharusnya kita bersenang-senang?"
Jaemin tersenyum menatap Haechan sembari mengangkat gelas minumannya, "dia benar. Jadi kenapa kamu terlihat begitu marah, Lee Jeno?"

"Seharusnya malam ini kita saling berbagi cerita. Bukannya saling melempar tatapan kebencian. Benar?"

"Sepertinya hanya kamu yang tidak nyaman dengan malam ini ya?"
Renjun hanya melihat keduanya secara bergantian, sudah menjadi hal biasa jika mereka berdua sering bertengkar seperti ini. Entah masalah kecil atau memang masalah besar. "Padahal orang tua kita terlihat bersenang-senang, seharusnya kita juga bersenang-senang kan?"

Jeno berdiri dari duduknya, memilih pergi dari sana. Jaemin hanya mengendikan bahunya sembari mencicipi makanan utama malam ini. "Dia hanya sedang sensitif mungkin"

Haechan memilih diam begitupula Renjun, mereka terlalu malas untuk ikut-ikutan dengan masalah keduanya. "Sebentar lagi juga selesai, dia mungkin hanya terlalu takut ayahnya marah karena tidak belajar"


***

"Oh astaga.. aku kehilangan uang ku karena permainan itu.."

"Sudah tau mereka itu jago-jago, masih ingin saja ikut bermain"

"Itu satu-satunya agar dekat dengan mereka paham? Ada untungnya kita mendekati mereka. Daripada seperti penghuni yang lain, kau mau ditendang begitu saja dari sini?"
Haechan mengintip dari kamarnya sebelum berlari menghampiri orangtuanya. "Kita mau jalan-jalan? Serius?"

"Ah.. liburan itu ya? Ayah belum bicara pada ayahnya Jaemin. Kalau tau-tau batal rugi kita"

"Ayah.. Jeno sedang bertengkar dengan Jaemin karena Jaemin berhasil merebut posisinya. Tadi juga Jeno pergi lebih dulu"

"Benarkah? Itu kesempatan mu untuk mengalahkan mereka. Jangan berleha-leha! Ayah akan cari guru les terbaik untukmu"

Semuanya hanya bersembunyi dibalik sifat buatan mereka, saling menusuk
dibelakang, saling mengalahkan.
Bahkan terkadang teman terbaik bisa jadi musuh terjahat untuk seseorang.


***

"Jeno benar-benar marah karena itu.."

"Kamu memang pandai membuat orang marah atau bagaimana? Papa harus apresiasi itu atau tidak ya.."

"Siwon.. sudahlah. Jaemin tidak bisa dibenarkan sepenuhnya, dia sama saja mencari masalah"
Siwon menengadahkan kepalanya menatap wajah Yoona, kepalanya ia miringkan sedikit.
"Yoona.. sudah berapa kali aku bilang kalau Donghae memang pantas mendapatkan nya? Dia yang mencoba mengambil kesempatan saat itu. Mengambil saham yang harusnya sudah jadi hak milik ku dan juga... Ah aku malas membahas yang satu itu.
Dia sudah pantas mendapatkan itu"

"Tapi Siwon, anaknya tidak ada masalah apapun kan dengan mu? Kenapa kalian libatkan dia?"

"Kenapa? Apa hubungannya dengan mu? Apa kau mengkhawatirkan... Mantan suami mu itu atau apa?"

{}

:)

Power of AttorneyWhere stories live. Discover now