Page 33

118 18 11
                                    

     The person in charge

"Terus terang, Papa mau aku bagaimana?"

Donghae yang ditanya hanya tersenyum. Pria itu sedang duduk di kursinya dengan Jeno yang berdiri didepannya. "Jaemin dimana?"

"Untuk apa?"

"Papa cuma bertanya saja, jangan buat semuanya sulit Jeno. Ingat perjanjian kita kemarin."

Jeno mengepalkan tangannya, berusaha menahan amarahnya karena melihat tingkah ayahnya ini seperti yang sudah memiliki semuanya. "Baik kalau tidak mau mengatakannya, Papa yang-"

"Di rumah sakit. Jaemin butuh perawatan karena rusuknya retak. Puas?"
Donghae bangkit dari duduknya lalu menghampiri Jeno. Dia tepuk kedua bahu Jeno sebelum mendaratkan tangannya diatas bahu Jeno, meremat bahu anaknya sambil menunduk.

"Bawa dia kesini. Hari ini juga. Ini perintah pertama Papa untuk kamu."

***

"Oh? Kau datang tidak bilang-bilang. Aku mau titip sesuatu tadinya."

Jeno tidak menjawab selain membereskan barang-barangnya yang tertinggal dan barang Jaemin, sementara Jaemin yang masih berbaring terlihat bingung. "Kau ini sedang apa?"

"Bangun. Papa menyuruhmu pulang."

"Tunggu dulu. Kesepakatan diawal aku mau kesini karena aku tidak mau pulang lagi. Kenapa kau tiba-tiba menyuruhku pulang? Tidak. Aku malas melihat wajah sialan itu lagi."

"Menurut saja brengsek! Jangan menambah masalah!"

Jaemin menatap Jeno bingung. Mau tidak mau dia duduk. Bahkan sekedar untuk bangun saja pelan-pelan. Jeno yang melihatnya tidak ambil pusing selain memberikan barang-barang ditangannya kepada seseorang yang menunggu di luar.
"Dasar gila. Aku mau istirahat sebentar saja tidak bisa."

Jeno kini berdiri tegak didepan Jaemin, menatap Jaemin serius sementara laki-laki itu masih terduduk di pinggir ranjang. "Jangan pernah menyapaku di rumah. Jangan seperti aku pernah dekat denganmu dan jangan pernah melihatku sedikitpun dirumah. Mengerti?"

***

"Ah.. Jaemin sudah pulang. Papa harap kamu sudah lebih baik sekarang."

Jaemin menatap Donghae bingung. Sejak kapan pria itu menggunakan nada lembut saat berbicara dengannya. Sejak kapan Donghae memberikan perhatiannya pada Jaemin.
"Kamu pasti butuh istirahat kan? Masuk kamar sana. Papa sudah menyuruh asisten untuk membersihkan kamarmu."

Jaemin hanya diam dan menurut. Dia masuk ke kamar meninggalkan Jeno yang sejak tadi memperhatikan dibelakang. "Aku bukan  orang yang tidak tepat pada janji, Jeno. Kalau kamu menurut, Papa akan memperlakukannya dengan baik. Itu berlaku juga kebalikannya."

"Jadi, mungkin kamu harus lebih berhati-hati lagi. Papa tau kamu menganggap Papa musuhmu hari itu, tapi.. apa kamu yakin masih mau menganggap Papa seperti itu setelah perjanjian kita? Tidak kan? Intinya kamu cukup jadi anak baik."

Jeno mengalihkan pandangannya saat Donghae menatapnya. Rasanya Jeno lebih tersiksa dengan Donghae yang seperti ini. Bahkan setelah Donghae meninggalkannya Jeno masih berdiri ditempatnya. Kepalanya terasa kosong sejak perjanjian antara dia dengan ayahnya.
Perjanjian dimana Jeno merasa dirinya akan kembali dijadikan boneka lagi, dimana dirinya akan dipaksa kembali menjadi nomor satu setelah Jaemin gagal memberikan yang Donghae inginkan.

Dia ingat bagaimana Donghae menjelek-jelekan Jaemin didepannya. Jaemin itu cuma sampah kalau sendirian. Dia tidak akan bisa menjadi nomor satu tanpa Siwon dan tidak bisa menjadi Jaemin tanpa Yoona. Jaemin itu hanya botol kosong sekarang, yang bisa Donghae buang kapan saja.
Dia ingat saat Donghae bilang masih butuh Jaemin untuk mendapatkan hal lainnya kembali. Dia ingat Donghae akan menggunakan Jaemin agar Yoona mau kembali bersamanya yang artinya Donghae akan menceraikan Tiffany, ibunya.

Power of AttorneyWhere stories live. Discover now