page 06

640 63 8
                                    

Kepalanya mengarah pada meja belajarnya, menatap selembar foto yang ditempelkannya. Bahu tegapnya sama sekali tidak turun seakan menunjukkan kekuasaannya.
"Aku yakin jika keluarga ku tidak kau ganggu.. kau bisa hidup dengan bebas, Lee Donghae"

"Sayangnya.. kau ikut campur sejak awal"

Dirinya akui jika Donghae tipikal pria yang menginginkan hal miliknya sejak dulu. Pertemanannya hancur begitu tau Donghae mengambil perusahaannya begitu saja. Donghae selalu mengambil miliknya, bahkan sang calon istri hari itu. Bahkan mengirimkan undangan pernikahan padanya, dia masih menyimpan dengan baik.
"Kau mengambil semuanya, Donghae. Maka aku juga akan melakukan hal yang sama"

"Mengambil yang harusnya jadi milikmu"

***

"Sudah siap berangkat? Apa tidak terlalu pagi?"
Jaemin menggeleng, mengecup singkat pipi Yoona. "Aku pergi ya?"

"Hati-hati oke? Cepat pulang"
Jaemin menatap Jeno yang berada di dalam lift. tersenyum kecil sambil masuk ke dalam lift dan berdiri di samping Jeno.
"Bagaimana pagi mu? Menyenangkan? Kalau aku sepertinya menyenangkan. Senang bisa diperhatikan oleh ibuku setiap pagi"

"Kau juga mendapatkan nya kan?"
Jeno mengalihkan pandangannya, hatinya ingin mengatakan jika dirinya iri. Tiffany selalu sudah pergi setiap pagi dan Donghae selalu enggan untuk memperhatikannya sebelum pergi sekolah. "Bukan maksud ku cari masalah tapi.. sepertinya kau menginginkan ibuku"

Jaemin mengubah posisinya menghadap Jeno, tatapan mengintimidasi miliknya terlihat. "Sebelum terjadi, aku ingin bicara sedikit. Yang menjadi milikku jangan pernah sampai kau sentuh, aku tidak suka milikku disentuh, ya Lee Jeno?"
Bersamaan dengan itu pintu lift terbuka, Jaemin yang lebih dulu keluar meninggalkan Jeno. Tangannya mengepal, dia paham betul maksud dari perkataan rival nya tadi.

"Kau duluan yang mengambil milikku"

***

"Tunggu sebentar.."
Jaemin membuka kaca mobilnya, menyembulkan kepalanya keluar dan menatap seseorang didepannya.
"Butuh tumpangan?"

"Tidak"

"Kau yakin? Sepertinya jika kau tetap disini akan terlambat. Anak dari pengusaha terkenal tidak boleh merusak nama baik kan? Ayolah.. selagi aku tidak berubah pikiran."
Jaemin membukakan pintu mobil sebelum menggeser tubuhnya, memberikan ruang untuk Jeno.
Mau tidak mau Jeno harus ikut dengan mobil Jaemin. Dia duduk tanpa bersuara di sebelah Jaemin sekarang sementara mobilnya mulai melaju.
"Ayahmu.. tidak pernah memeriksakan keadaan mobilnya ya sampai mogok begitu?"

"Diamlah"

"Kau juga jangan membuat ku marah dengan tingkah laku mu itu, aku bisa menurunkan mu kapan saja sebelum sampai sekolah"
Jaemin tersenyum simpul, menyandarkan punggungnya pada kursi mobil. Ponselnya berdering begitu ada panggilan masuk, Jeno tau itu ponsel keluaran terbaru. Bisa ia lihat siapa yang menelpon Jaemin karena sepertinya dia memang sengaja memperlihatkan layar ponselnya pada Jeno.

"Halo? Papa sudah berangkat bekerja?"

"Sudah, ini papa sedang di kantor. Kamu belum sampai ke sekolah?"

"Belum.. aku sengaja minta supir untuk santai saja"

"Papa harus pergi, ada rapat sebentar lagi. Belajar yang rajin ya sayang"

Power of AttorneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang