Page 25

131 18 2
                                    

! Mengandung kata-kata kasar dan kekerasan. Tidak untuk ditiru !

"Jaemin..."
Kepalanya terangkat perlahan. Tenaganya benar-benar melemah sekarang. Angin yang semakin kencang juga membuat Jaemin meringis karena luka-luka disekujur tubuhnya.

Jeno didepannya. Dia terlihat menatapi Jaemin. Tangannya perlahan mengusap pelan bahu Jaemin. Menyeka darah kering disana. Jeno membuka tutup botol dan memasukkan sedotan. Dia membantu Jaemin untuk minum beberapa teguk.
"Maaf... Maaf... Aku-"

"Hentikan. Aku benci melihatmu yang seperti ini."

Jeno masih menatap Jaemin. Rasa bersalahnya tinggi melihat seberapa parah tubuh Jaemin. Dia mengambil sapu tangan kecil dari dalam saku almamater nya. Mengusap darah yang terlihat masih keluar secara lembut.
"Kau sering mengalami nya kan?"

Jeno menggeleng pelan. Dia menundukkan kepalanya mengindari tatapan Jaemin sembari terus membersihkan sedikit darah. "Kau tau? Aku tidak bisa menjadi atlet renang jika begini"

"Aku sejak tadi berpikir harus jadi apa dengan tubuh seperti ini."

Jeno meringis kala melihat luka bakar di punggung Jaemin. Dia juga memiliki luka bakar di punggungnya. Tapi melihat luka Jaemin membuat Jeno menangis dalam diam. "Jeno..."

"Maaf ya? Aku malah tidak mengerti keadaan mu."

Jaemin masih membiarkan Jeno mengelap sisa darah yang masih basah. Tangannya sudah sakit karena posisinya yang menggantung seperti ini. Dia hanya bisa diam sejak tadi, tidak berteriak atau bicara apapun.
"Wah... Kalian ini ternyata saudara yang saling mendukung ya?"

Jeno bisa melihat tubuh Jaemin bergetar. Dia melihat dari belakang Jaemin, ayahnya berjalan dengan santai sambil menyalakan sebatang rokok.
Tanpa pikir panjang Jeno mengambil langkah lebar lalu berlutut dihadapan Donghae. "Papa... Aku mohon... Lepaskan dia... Aku mohon.."

Donghae tersenyum. Tangannya yang kosong mengusap kepala anaknya itu lalu melihat Jaemin. "Jeno, kamu tau tidak? Papa mulai menyukai Jaemin. Jaemin lebih melawan dibandingkan kamu. Papa menyukainya, dia bersikap seperti pria tangguh padahal sudah hampir sekarat."

"Papa.. Jaemin sejak awal tidak ada hubungannya. Kenapa Papa harus seperti ini.."

"Kau ini, masih saja tidak mengerti. Papa tidak membenci dia Jeno. Papa hanya membenci ayahnya, tapi mereka itu sama-sama tidak gentar. Tapi Papa tau kelemahan dia apa. Jaemin itu kelemahan terbesar Siwon, dia akan melakukan apa saja agar anaknya tidak disakiti. Makanya Papa mulai menyukai Jaemin, dia itu pantang menyerah."

Jeno meraih tangan Donghae. Dia mengangkat kepalanya menatap wajah ayahnya. Dia biarkan Jaemin yang sejak tadi berteriak menyuruhnya untuk berdiri.
"Lepas Jeno. Papa ingin latihan seperti yang kita lakukan."

Jeno menggeleng. Tangannya semakin erat menggenggam tangan Donghae. "Pukul aku. Pukul aku dengan itu Papa. Jangan Jaemin... Pukul aku saja."

Donghae menunduk. Dia tersenyum sambil menatap kedua mata anaknya yang terlihat sangat memohon.
"Bukan kah harusnya kamu senang ada yang menggantikan mu sejak hari ini? Harusnya kamu berbahagia Jeno, bukan melindunginya."

"Papa... Aku mohon padamu.. Jangan.."

Donghae menarik tangannya paksa. Dia mengapit wajah Jeno dan membuatnya semakin menengadah. "Aku suka melihatmu memohon. Memohon lah sekali lagi."

Jaemin semakin menjerit saat Jeno masih saja tidak berdiri. Dia bisa melihat Jeno mulai membungkuk, mulai mendekatkan wajahnya pada sepatu sang ayah.
"Nak.. Kamu mau tau satu hal? Baik kamu atau Jaemin, Papa tidak pernah menganggap kalian anak Papa."

"Kalian itu.. investasi Papa. Belajar yang rajin ya? Papa membesarkan mu bukan dengan uang yang sedikit."

Jaemin menatapnya tidak percaya. Dia tidak pernah membayangkan melihat jika saingannya akan bersujud pada iblis itu. Tapi sayang, Donghae benar. Dia tidak mendengarkan permohonan Jeno yang sampai bersujud di kakinya. Dia tetap mendekat pada Jaemin, mengayunkan gesper kulit berwarna coklat keemasan. Jeno menggeleng pelan, tangannya terkepal diatas kakinya. Dia tidak berani melihat kebelakang. Jeno mencoba untuk tetap diposisi itu sementara telinganya bisa mendengar Jaemin kembali berteriak kesakitan.

"Jeno. Kau tidak mau mencobanya?"

Jeno mengangkat kepalanya. Nafasnya menjadi tidak beraturan. Dia berdiri dan berlari menerjang Ayahnya. Tangannya sudah menarik mantel sang Ayah hingga kini saling bertatapan. "Investasi hah? Oke. Aku tidak akan hormat padamu lagi. Kau butuh uang mu lagi kan? Akan ku kembalikan, penuh. Laki-laki biadab seperti mu memang lebih kejam dari iblis. Paman Siwon benar, Ayah lebih pantas mati daripada hidup dengan segala yang Ayah punya."

Donghae berhasil membanting Jeno. Menginjak-injak anaknya dengan keras sambil memakinya dengan banyak kata-kata kasar. "HENTIKAN!"

Jaemin menatap Donghae sayu. Nafasnya tertahan karena rasa sakit kembali menyerangnya. "Telpon Papa.."

Donghae tersenyum puas. Dia dengan santai menuruti kemauan Jaemin. Dia biarkan Siwon menjawab panggilan videonya agar melihat sendiri keadaan Jaemin.
"Pa.."

"Jaemin.. Papa mohon tunggu sebentar lagi ya? Papa datang. Papa datang kesana."

"Pa... Maaf..."

"Kenapa? Jangan minta maaf. Kamu gak salah apapun."

"Maafkan aku... Tapi aku mohon jangan datang kesini! Manusia biadab ini punya rencana gila yang-"
Satu tamparan keras kembali Jaemin rasakan. Siwon terlihat berteriak marah saat melihat Donghae melakukan itu pada Jaemin.

"Papa... Jangan datang. Manusia seperti dia bisa aku kalahkan dengan mudah. Lindungi mama, Donghae gila ini tidak pernah terima bahwa kita hidup sebagai keluarga harmonis. Karena dia tau dia tidak akan bisa seperti itu dan hanya bisa membusuk didalam penjara."
Beberapa kali tamparan keras Jaemin dapatkan. Finalnya Donghae memukul Jaemin dengan ponselnya sampai mulutnya kembali mengeluarkan darah.

"Choi Siwon. Datang lebih cepat. Aku tidak yakin anakmu akan bertahan lebih lama lagi. Dia akan dirawat lama sekali sepertinya."

Jaemin menatap Donghae jijik. Ingin rasanya dia mencekik leher angkuh itu sampai Donghae kehabisan nafas.
"Ah.. Aku dengar kau ingin jadi atlet renang kan?"

Donghae mengeluarkan sebuah botol kecil berisikan beberapa pil berwarna putih. Dia paksa mulut Jaemin agar terbuka dan memasukkan semua isi botol itu ke dalam tenggorokan Jaemin. Jeno menatap Donghae tidak percaya sementara Donghae menatap Jeno dengan senyum manis.
"Kenapa? Kau ingin juga?*

"Papa... Kau-"

"Benar Jeno. Opioid ini masih Papa simpan. Papa dengar orang yang mengkonsumsi narkoba tidak bisa masuk atlet. Bahkan tidak bisa masuk perusahaan dengan mudah."

"Kau gila."

"Jeno, kamu harusnya senang. Kamu bisa jadi juara dan tidak harus khawatir pada dia. Sudah ya? Papa ingin bersantai dulu. Kalau kau mau menjaganya silahkan. Lagipula dia tidak akan bangun. Papa sengaja beri dia dosis tinggi."

[]

Dah ye, kasian Jaeminnya:)

/opioid/ adalah golongan obat yang berasal dari, atau meniru, bahan alami yang ditemukan dalam tanaman opium poppy. Opioid bekerja di otak untuk menghasilkan berbagai efek, termasuk pereda nyeri. Obat ini termasuk dalam golongan narkotika sehingga dapat menyebabkan ketergantungan.

Power of AttorneyWhere stories live. Discover now