page 08

540 59 0
                                    

"Jaemin.. sedang apa?"
Dia menoleh, menatap Siwon yang berdiri di ambang pintu sebelum masuk ke kamarnya. "Hanya.. diam"

"Papa... Bukannya dia masa lalu mama, kenapa harus diungkit lagi?"

"Choi Jaemin, papa pernah bilang apa tentang dia? Dia sudah seharusnya mendapat itu dari dulu. Dia selalu merebut apapun yang seharusnya menjadi milik papa, begitupun anaknya. Jeno juga merebut apa yang seharusnya jadi milik kamu"

"Jangan bilang kamu mulai kasihan pada mereka?"
Jaemin menggeleng, tatapan angkuhnya masih terlihat di mata Siwon. "Bagus, tidak seharusnya kamu mengasihani mereka. Kamu yang berkuasa, Jaemin. Kamu yang harus memimpin semuanya nanti"

Jaemin kembali ditinggal, dengan bukunya. Hidupnya tak jauh berbeda, dipaksa untuk sempurna oleh keadaan. Pandangan orang-orang terhadap Choi Siwon memaksanya juga untuk sempurna. Jaemin yang harus bisa berdiri tanpa kekurangan sedikitpun, pertahanannya harus kokoh. Tidak boleh ada retakan sedikitpun dalam pertahanan nya. Orang-orang yang memandang Siwon sebagai pria yang memiliki segalanya membuat Jaemin juga harus bisa menyeimbangi posisi orangtuanya.
Ego nya lebih besar, dia juga ingin menjadi seperti ayahnya. Dia ingin dunia berada di genggamannya, maka dari itu tidak ada yang bisa meremehkannya sedikitpun.
Termasuk Jeno.

Anak itu masih saja sombong padahal jelas-jelas tau posisinya ada dibawahnya, dia yang selalu meremehkan Jaemin karena tidak bisa menjadi sepertinya. Dia yang selalu meremehkan Jaemin disaat mendapatkan peringkat satu yang jelas-jelas membuat Siwon merubah pandangannya.

"Papa mau kamu sempurna, tidak boleh keturunan Choi Siwon memiliki kekurangan sekecil apapun"

Jaemin menyandarkan kepalanya di meja, matanya perlahan tertutup. Jaemin akui menjadi anak dari orang terkenal memang menyenangkan, tapi resikonya itu. Selalu dituntut agar bisa apa saja.
"Jaemin.."
Yoona diam melihat anaknya tidak mengangkat kepalanya. Dia memilih masuk dan mengambil selimut, menyelimuti tubuh anak semata wayangnya ini.

"Kamu butuh istirahat, kamu juga masih manusia Jaemin. Tidur yang nyenyak sayang"

Dikecupnya kepala Jaemin sebelum keluar dari kamar. Dia memilih menemui Siwon yang tengah ada di ruang kerjanya sekarang. "Siwon.. bukankah kamu-"

"Terlalu keras pada Jaemin. Aku tau kamu akan bilang begitu, tidak Yoona. Ini untuk nya, dia harus bisa mempersiapkan diri untuk kedepannya dari sekarang"

"Tapi kamu terlalu keras padanya, dia juga harusnya butuh waktu untuk istirahat sejenak bersama keluarga. Kamu selalu pulang malam dan menyuruh Jaemin tidak berhenti belajar sebelum kamu pulang. Itu kelewatan Siwon"

"Dan kamu ingin Jaemin dipandang buruk? Jaemin masih harus banyak belajar. Dia masih butuh mempersiapkan semuanya. Yoona, dunia diluar itu tidak seperti disini. Kamu bisa memantaunya disini tapi tidak dengan dunia luar. Aku ingin Jaemin baik-baik saja nanti, aku tidak mau membuatnya melakukan kesalahan"

"Lalu mempengaruhi mu? Tidak. Jaemin tidak pernah mempengaruhi ketenaran mu itu, Siwon"

"Aku tidak pernah peduli dengan hal seperti itu. Sekali Jaemin melakukan kesalahan, dunia bisa menghakiminya kapan pun. Aku tidak pernah mau Jaemin dihakimi begitu saja karena satu kesalahan. Ini demi masa depannya Yoona. Akan ku pastikan Jaemin baik-baik saja, aku berjanji padamu"
Yoona masih menatap Siwon cukup lama. Siwon yang melihatnya pun akhirnya berdiri, menarik tangan Yoona agar bisa memeluknya. Telapak tangannya pun mengusap surai lembut Yoona.
"Semua akan baik-baik saja Yoona, aku berjanji. Aku akan melindungi mu, melindungi Jaemin dan keluarga ini. Tidak akan ada yang masuk ke keluarga ini, hanya kita bertiga. Tidak boleh ada campur tangan orang lain"

Yoona menyandarkan kepalanya pada dada suaminya. Ucapan Siwon selalu membuatnya bisa tenang dari segala kekhawatirannya selama ini.
"Ayo tidur, aku akan menemanimu dulu. Masih ada yang harus ku kerjakan sebentar"

***

"Mama mau kemana?"

"Ada pertemuan hari ini. Papamu menyuruh mama ikut, kamu mau ikut?"

"Untuk apa.. tidak ada gunanya. Bilang jika ada yang macam-macam, akan ku buat dia berlutut dihadapan mama"Tiffany hanya menyunggingkan senyumnya, mengusap kepala Jeno yang tengah asik bermain game di ponselnya. Itu karena Donghae pergi lebih dulu jadi Tiffany mengizinkannya untuk bermain game.
"Mama akan memberi kabar jika sudah bubar, kamu harus segera belajar jika tidak ingin membuat ayahmu marah.

Disisi lain para orangtua sudah berkumpul termasuk Siwon dan Yoona. Sejak tadi juga Donghae memperhatikan Yoona yang terlihat asik mengobrol dengan Siwon.
Ah, rasanya ingin sekali dia kembali membawa wanitanya ke pelukan lagi, kembali padanya. "Kalian benar-benar tampak serasi, pantas banyak yang iri dengan hubungan kalian"

Hyung Sik memuji, tentu saja dibalas dengan tatapan tak suka oleh Donghae. "Kalian sudah sangat terkenal, pasangan serasi yang berpengaruh di Korea. Wah... Aku bangga bisa mengenal kalian"

Yoona tertawa kecil, Siwon menarik tangan Yoona untuk memegang lengannya sembari mengusap tangan lembut Yoona. Siwon tau jika Donghae sedang menahan amarahnya sekarang, dia tau itu. "Kurasa aku dan Yoona akan jadi pasangan yang paling diinginkan orang-orang"

"Wahh.. itu benar. Ku dengar kalian ada pemotretan ya? Model gaun pernikahan.."ucap Hyung Sik sedikit menggoda. Siwon hanya bisa terkekeh,
"Ya.. dia meminta agar aku dan Yoona menjadi modelnya. Apa kita secocok itu ya?"

"Secocok? Kau masih bilang secocok? Hei Choi Siwon, jangan buat aku melemparkan gelas ini padamu. Kalian terlalu serasi sebagai pasangan, aku penasaran bagaimana hasil pemotretan nya nanti. Yoona pasti akan sangat cantik mengenakan gaun pengantin, hitung-hitung mengenang saat kalian menikah dulu"

"Ah iya.. tentang orang baru yang akan tinggal disini. Apa dia benar-benar akan kesini?"

"Aku belum tau. Dia belum memberi ku kabar lagi setelah menandatangani surat dan memberi uang muka, dia juga tidak bilang apa-apa kapan akan kesini"Siwon menjawab pertanyaan Henry. Menatap pria yang jelas bawahannya itu dalam urusan bisnis.

"Oh! Kenapa baru datang.. kita sudah mengobrol banyak disini"ucap Yoona ramah sambil tersenyum pada Tiffany yang baru datang dengan balutan wrap dress selutut berwarna ungu. "Gaun mu bagus sekali.. kamu semakin cantik"

"Terimakasih, kamu juga terlihat sangat cantik hari ini"Siwon tersenyum mendengar pujian Tiffany yang dilontarkan pada Yoona. Wanita disebelahnya ini memakai pakaian yang senada dengan kemejanya,  A-line dress berwarna putih dan dirinya yang memakai kemeja putih juga. Menegaskan bahwa keduanya itu adalah pasangan.

Siwon tersenyum memperhatikan Donghae yang sejak tadi hanya diam, tidak mengeluarkan sepatah katapun.
"Kenapa diam saja? Atau... Mungkin kau ingat masa lalu mu?"

"Masa lalu? Aku tidak yakin kau bermaksud mengatakan masa lalu yang mana"

"Masa lalu mu.. sebagai perebut, Lee Donghae. Masih ingat kan dengan itu?"

{}

Power of AttorneyWhere stories live. Discover now