Page 17

308 22 1
                                    

"Paman... Tolong aku..."

Siwon mengerutkan dahi, suara Jeno terdengar sangat panik. Samar-samar terdengar pertengkaran Tiffany dan Donghae. Setelahnya dia mendengar Jeno menangis, memukul-mukul dadanya kencang sekali. "Tunggu, tunggu disana Jeno. Paman kesana"

Melihat Siwon yang buru-buru cukup menarik perhatian Jaemin dan Yoona. Keduanya berdiri saat Siwon menyambar mantelnya dan buru-buru keluar kamar.
"Ada apa?"

"Jaemin ikut papa. Papa rasa Jeno sedang dalam masalah"

***

"Kau! Kau yang menyebabkan semuanya. Jeno hanyalah anak yang tidak tau apa-apa. Kenapa kau bisa mengatakan hal seperti itu hah? Kau gila. Kau yang memaksa Jeno kenapa seakan-akan kau yang tersakiti"

Tangan Donghae sudah terangkat, hampir memukul Tiffany jika saja Jaemin tidak mendorong Donghae. Dia berdiri melindungi Tiffany yang sudah berada dibelakangnya. "Minggir kau anak sialan"

"Aku tau kenapa Jeno sangat berambisi untuk mengalahkanku sekarang. Semuanya karena mu kan? Kau yang memaksanya ini itu sampai dia seperti sekarang, apalagi yang akan kau lakukan huh? Menyuruh Jeno membunuhku detik ini juga?"

"Minggir kau sialan! Kau hanya anak yang selalu berlindung dibalik punggung ayahnya. Kau tidak bisa apa-apa tanpa Siwon. Kau.. hanya anak yang sama tidak bergunanya dengan Jeno jika tanpa Siwon. Kau harus tau ayahmu tidak akan hidup jika aku tidak pernah membantunya. Ayahmu tidak berguna sama seperti dirimu, dia hanya datang sebagai parasit dan menghisap semua nutrisi dari inangnya. Mengambil semua milikku bahkan wanita yang dulu sangat ku cintai"

Jaemin diam. Dia diam mendengarkan setiap kata yang keluar dari mulut Donghae. Bahkan dia diam saat Donghae memukulnya keras sampai menabrak meja. Tak hanya sekali, berkali-kali Donghae memukul Jaemin. Meluapkan emosinya terhadap Siwon.
"Kau. Kau hanya sampah jika tak ada Siwon, kau sama seperti dia. Kau hanya berlindung dibalik punggung yang berkuasa, kau hanya menikmati semua hasil tanpa tau usaha dibaliknya. Sialan! Dirimu sama tak bergunanya dengan Jeno. Kalian lebih baik mati"

Entah, Jaemin tidak ingat apa-apa setelah berakhir dengan kegelapan. Dia hanya mendengar Donghae yang berteriak meminta dilepaskan dan seseorang yang memeluk tubuhnya. Dia hanya ingat bau parfum yang diciumnya.
Itu ibunya, Im Yoona.

***

Keduanya sama-sama dilarikan ke rumah sakit. Siwon sudah menyalahkan dirinya karena tidak secepat itu kembali kesana dan harus melihat Jaemin sudah tak sadarkan diri. Kakinya lemas melihat banyaknya luka diwajah anaknya. Siwon bersumpah tidak akan pernah memaafkan Donghae sejak detik ini.
Dia tidak tau penyebab Donghae semarah itu. Semua yang dikatakan Donghae seolah menjelaskan seberapa sakitnya dia di masa lalu. Nyatanya Siwon yang harus merasakan pahitnya masa lalu. Disuruh-suruh, dipandang rendah sampai harus berlutut untuk memohon maaf pada atasannya. Semua itu karena Donghae. Donghae terus merendahkannya sejak masa SMA. Menganggapnya sebelah mata, membuat Siwon terlihat jelek dimata para pekerja sampai atasannya. Siwon yang kala itu tidak memiliki koneksi sama sekali hanya bisa tunduk sebelum bertemu dengan Yoona.

Dia bangkit dengan dukungan wanita itu, membuktikan ucapan Donghae tentangnya salah. Memutarbalikkan keadaan hingga semuanya menjadi sangat percaya kepadanya. Donghae lah yang seakan enggan lepas dari kehidupannya. Selalu datang untuk merusak setiap kebahagian Siwon sampai nekat merebut calon istrinya, Yoona.
"Maafkan aku..."

Yoona menggeleng, memeluk suaminya. "Kamu sudah menjadi suamiku yang terbaik Siwon. Menjadi ayah paling hebat untuk Jaemin. Kenapa harus meminta maaf?"

"Aku... Aku yang secara tidak langsung menyebabkan ini semua"

"Tidak Siwon. Kamu tidak menyebabkan ini semua. Kamu berusaha melindungi semuanya. Berusaha menjagaku dan Jaemin, kamu ayah yang terbaik Siwon"

"Masuk sana. Jaemin pasti mencarimu. Ayahnya kan selalu menjadi yang nomor satu"

Siwon berdiri setelah Yoona menyuruhnya untuk masuk ke dalam ruangan dimana tempat Jaemin berada. Anaknya terbaring dengan beberapa luka yang sudah ditutup setelah diobati. Jaemin tersenyum kecil melihat datangnya sang papa.
"Hei jagoan.. apa tidurmu nyenyak?"

"Orang mana yang bisa tidur nyenyak saat dipukuli seperti itu"

Siwon terkekeh. Duduk disebelah Jaemin lalu memandang anaknya. "Maaf ya"

"Maaf papa jadi melibatkanmu disini"

Jaemin menggeleng. Wajahnya menunjukkan penolakan. "Aku harus membantu papa. Bagaimana kalau papa yang dipukuli sampai seperti aku? Aku akan lebih merasa bersalah karena membuat mama menangis. Papa tega melihat mama menangis?"

"Tentu saja tidak, kau ini bagaimana sih" Siwon menyentil lengan Jaemin pelan. Tersenyum melihat anaknya. "Sepertinya Jeno tidak akan memaafkan ayahnya"

"Kenapa?"

"Donghae menyebutnya bodoh. Dia menyebut Jeno tidak berguna sampai berkata Jeno adalah anak haram. Papa tidak tau kebenarannya tapi pasti menyakitkan mendengar itu. Tiffany bilang akhir-akhir ini Donghae sangat menekannya sampai stres seperti itu"
Siwon menatap Jaemin cukup lama. Tangannya mengusap kepala Jaemin pelan.
"Maaf kalau papa memaksamu untuk belajar. Papa.... benar-benar menyesali semua itu Jaemin. Mulai sekarang tidak ada lagi perintah untuk belajar, tidak ada lagi les privat tanpa persetujuanmu dan kamu bebas melakukan sesukamu. Tidak apa nilainya tidak sempurna, tidak semua hal sempurna itu baik"

"Terimakasih... Tumben sekali papa bilang seperti ini. Tapi satu hal yang tidak perlu papa khawatirkan, ya aku sering tidak kuat belajar sih tapi mungkin untuk satu atau dua les privat aku masih sanggup. Tapi jangan salahkan aku jika tiba-tiba guru menelpon karena aku bolos"

Mereka berdua tertawa penuh kehangatan. Sangat nyaman melihat dan mendengarnya, semua orang akan larut dalam suasana itu.
Termasuk Jeno yang berada di bangsal sebelah, terhalang oleh tirai berwarna biru. Dia mendengar semuanya, sampai Siwon yang menyebut Jaemin sebagai anak kesayangannya sungguh menyayat hati Jeno.
"Jeno, sudah bangun?"

***

Jaemin diam melihat seseorang yang berdiri tak jauh darinya. Hari ini dia baru bisa pulang dari rumah sakit. Cukup dengan dua harinya, dia juga muak lama-lama melihat ruangan serba putih.
Tangannya tetap berada didalam saku celana jeans nya, menatap pria yang masih setia berdiri ditempatnya. Kakinya bergerak, melangkah tegas dengan tatapan khas nya. Bahkan ia tidak membungkukkan tubuhnya atau bahkan sekedar tersenyum pada pria itu. Langkahnya membawanya melewatinya begitu saja, tak menoleh sedikitpun. Dibelakang Jaemin ternyata Yoona mengikuti. Sama seperti Jaemin, wanita cantik itu tidak menoleh sama sekali pada pria itu seakan-akan pria yang berdiri disana hanyalah patung semata.

"Persetan"

Donghae tak memperdulikannya dan kembali berjalan sebelum harus kembali berpapasan. Siwon yang baru muncul dari balik pintu otomatis itu dengan Jeno disebelahnya yang terlihat tertawa.
Keduanya seketika diam, memandang Donghae yang hanya berjarak beberapa langkah saja.
Jeno mengambil alih tas kecil dari tangan Siwon, "aku duluan ya paman"

Jeno juga mengikuti cara Jaemin dan Yoona, melewati Donghae begitu saja. Namun ternyata tak semulus itu, tangannya ditarik oleh Donghae agar berdiri didepannya. "Kau sudah pulang anjing kecil?"

"Ibumu merindukan mu dirumah"

"Kau sudah pernah mendengar sumpahku kan saat itu?"

Donghae menatap Jeno yang dibantu keluar oleh Yoona. Dia berteriak keras memanggil agar anaknya tidak kemana-mana.
Jeno berhenti dan menyempatkan diri untuk berbalik, menatap Donghae dengan bekas air mata di pipinya, dengan tangan yang bergetar hebat, dengan kaki yang sudah mulai lemas menopang berat tubuhnya.
"Aku bersumpah tidak akan pernah kembali kesini, sampai kapanpun"

Donghae terkekeh, masih menatap Jeno yang melayangkan tatapan angkuh padanya.
"Lalu kau ingin apa? Kau ingin aku meminta maaf padamu begitu?"

"Sujud di kaki ku, baru aku akan kembali kesana"

To be continued..

Power of AttorneyWhere stories live. Discover now