𝟑𝟎. 𝐊𝐨𝐧𝐬𝐞𝐩

598 98 3
                                    

3rd PoV

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

3rd PoV

Hari berganti hari, duit yang awalnya menyesakkan dompet kini telah terkuras habis. Aroma hutang tercium di akhir bulan.

Nggak terasa, bulan Desember sudah di depan mata. Mika dan pengikut-nya semakin akrab satu sama lain.

Setiap minggu mereka pasti main ke rumah salah satu diantaranya secara bergiliran buat mengupgrade kapasitas otak mereka.

Mika yang awalnya nolep dan temannya cuma ada satu, yaitu Eka, kini bertambah jadi total enam orang. Atau lima, karena Rafan masih sejutek dulu.

Minggu depan sudah masuk awal Desember, satu minggu penuh frustraai.

Penilaian Akhir Semester Ganjil.

Minggu ini adalah minggu terakhir bulan November, minggu terakhir Mika kumpul-kumpul sama anak-anak yang udah insaf dari kebodohan.

"Eh, gaes. Ini malem terakhir kita belajar bareng. Minggu depan kita ujian habis gitu sibuk sama dunia masing-masing. Sebagai kenangan, gimana kalo kita travelling habis ujian?" usul Vero sambil bagikan jajan dari dapurnya Afzal.

Si Afzalnya bodo amat sama kelakuan Vero yang seenak jidat ngambil sekotak brownies dari kulkasnya. Mana susu kalengnya di minum habis sama Vero.

Kata Afzal sih,"... untung sayang."

"Emang mau kemana?" tanya Dhimas nyomot brownies. Kegiatan belajar udah kelar sekitar belasan menit yang lalu.

"Lo maunya kemana?" tanya Vero balik.

"Gue sih ngikut Mika," jawab Dhimas nyomot brownies keduanya.

"Ke pantai, gimana?" usul Diandra. Sudah dua bulan semenjak Mika kenal Diandra, sekarang dia udah mulai buka suara. Nggak sejutek dan sependiam dulu. Yaa, meski kalo chat keyboardnya masih minim huruf.

"Ngecamp? Kenapa gak ngecamp di bukit?" tanya Afzal.

"Bukit pemandangannya gitu doang, gak seru," ujar Vero.

"Pantai pemandangannya juga gitu doang. Pasir sama air asin, apanya yang seru?"

"Kita bisa bikin istana pasir! Di bukit gak bisa, kan?"

"Dih, bocil mainnya istana pasir," ledek Afzal.

Vero mau ngamuk, tapi gak jadi karena senyuman Afzal terlalu menyilaukan hati. Senyum ngeledek aja ganteng, gimana kalo senyum tulus? pikir Vero mulai membucin.

"Kalo di pantai, kita bisa main voli... atau main air, kalo ombaknya nggak bahaya. Kita bisa bikin api unggun malemnya," jelas Vero.

"Gimana? Gue juga ada villa di pinggir pantai," tambahnya.

"Daripada bahas hal kek gitu, mending bahas jajan. Tuh jajannya habis sama si cunguk." Rafan melirik Dhimas yang mau gigit brownies terakhir dari piring.

MikailaWhere stories live. Discover now