𝟏𝟑. 𝐒𝐨𝐠𝐨𝐤𝐚𝐧

1.3K 165 1
                                    

Mika's PoV

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Mika's PoV

Gue menghela napas pasrah. Udah lah, Mika... menyerah aja. Serahkan keberuntunganmu pada Tuhan dan terima takdirmu.

Ini sudah hari ketiga dimana kali ini Dhimas nyogok permintaan maaf dari gue dengan mie ayam kantin, menu makan siang favorit gue di sekolah.

"Mik, ini buat lo... maafin gue malem itu, ya?" melasnya.

"Udah, lo gak usah minta maaf lagi. Lo gak salah kok, gue juga udah lupa yang waktu itu. Lo nyantai aja," ujar gue meyakinkan Dhimas. Habis, dia ngeyel gue gak ikhlas maafinnya, padahal gue ya emang gak ada dendam.

"Gue tau lo bohong, lo masih nggak rela, kan? Lo nggak maafin gue, kan? Ucapan sama pikiran cewek itu selalu bertolak belakang, kalau gak papa itu pasti ada apa-apa, gue yakin itu."

... wah, bener banget nih. Tau darimana dia teori itu? Tapi memang bener, gue nggak ada dendam secuilpun.

"Udahlah, Mik... ambil aja itu mie ayamnya. Daripada lo ambil tapi gak niat, sampe taun depan juga Dhimas bakal ngasih lo sesuatu sampe lo bener-bener dimaafin," celetuk Eka, gemas.

Gue nggak ada pilihan lagi, daripada ngerepotin Dhimas terus-menerus, gue akhirnya ambil bungkusan mie ayamnya. "Hah... yaudah, gue maafin lo, Dhim. Gue udah bilang, kan, kalo gue itu nggak masalah sama yang waktu itu. Lo jangan beliin gue makan lagi, oke? Gue nggak mau ngerepotin lo lagi," hela gue.

Dhimas tersenyum tipis. "Iya, gue tau. Gue udah ngerelain masalah itu kemarin. Gue cuma nunggu kapan lo ngomong kalo gue dimaafin, dan dengan itu mi ayam yang lo terima kali ini nggak termasuk sogokan maaf gue, tapi sebagai hutang bantuan."

JEDERR...

Gue menatap tajam, apa barusan dia bilang?! "M-maksud lo...?"

"Lo hutang ke gue, tapi bayarannya bukan uang atau mi ayam. Kalau gue ada dalam kesulitan suatu waktu dan butuh bantuan, hutang mie ini bakal gue tagih. Bye!" setelah lambai tangan, Dhimas keluar dari kelas sambil bawa tas.

"Dhim, lo mau kemana lagi?!" teriak ketua kelas.

"Bolos!" balas Dhimas berteriak. Gue masih mencerna apa yang terjadi.

"Mik..." panggil Eka.

"Apa?"

"Sadar nggak sih, hutang budi itu termasuk salah satu cara biar Dhimas bisa terus deket sama lo? Pendekatan gitu," ujarnya.

"... ngawur banget mulut lo, Ka. Gak mungkin Dhimas ada rasa sama gue."

"Halah, bilangnya gak percaya, dalem hati jedag-jedug kesenengan... udahlah, nggak usah dipikir lagi, kalo lo suka ya digas aja, kalo nggak yaudah. Kalo lo gak mau mienya, sini gue makan, gue laper."

Plak.

Gue menampol tangan Eka yang mau nyolong bungkusan mie. "Enak aja lo, beli sendiri lah... ini kan buat gue." Gue balik ngelamun, bingung hidup gue mau digimanain.

***

Dhimas' PoV

Gue masuk ke dalem gudang. "Mas Jaka!" panggil gue ke Mas Jaka yang sibuk nyatet.

Mas Jaka noleh,"Eh, kebetulan kamu disini, Dhim!" gue menghampiri Mas Jaka. "Ada apa, Mas? Anter-anter lagi?"

"Iya, stoknya udah disiapin di gudang sebelah, kamu tinggal angkut-angkut aja trus dianter ke alamat ini sama Hilman, ya?" Mas Jaka ngasih satu nota yang berisi harga dan jumlah barang dan alamat yang dituju.

"Oke, Mas."

"Siplah kalo gitu... aku pergi ngecek yang lain, ya? Hati-hati nyetirnya sama Hilman." Mas Jaka nepuk pundak gue sekali sebelum pergi keluar gudang.

"Iya, Mas." gue nggak akan jadi benalu.

" gue nggak akan jadi benalu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
MikailaWhere stories live. Discover now