𝟐𝟑. 𝐊𝐞𝐠𝐞𝐩

756 104 0
                                    

3rd PoV

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

3rd PoV

Mika dan yang lain pada akhirnya nginep di rumah Vero. Dhimas dan Rafan tidur di kamar seberang kamar Vero, sementara Diandra dan Mika sendiri tidur bareng Vero.

Mika sedang dilanda gugup. Di depannya, ada Vero yang tengah mengangkat sebuah piyama pink motif beruang. Memang, menurut Mika piyamanya tertutup, lengan panjang, imut lagi. Tapi, masalahnya...

Bangsul, kenapa cuma gue yang harus pake piyama beginian, sih?! batin Mika gak tenang, pasalnya Diandra selaku tamu perempuan juga malah enak pakai celana pendek sama kaus oblong.

Dia kira gue anak kecil, hah...? Yaudahlah, mau gimana lagi. Mika cuma bisa pasrah menerima piyama yang diberikan Vero.

Malam itu, hujan menjadi semakin lebat. Berita pada TV menyatakan bahwa ada banyak pohon yang tumbang di jalanan.

Mika mendapatkan pesan dari Om Azra kalo bakal pulang minggu depan.

***

WIIUUW!! WIIUUW!! WIIUUW!!

Mika dan Vero dengan jantung yang hampir copot, langsung bangun begitu dengar sirine ambulans di pagi buta.

Gedubrak!

“Ah, bangsat...!” umpat Vero yang jatuh nyungsep ke karpet di sebelah kasur. Mika buru-buru matikan alarm hapenya. Ah, dia lupa buat matikan alarm satu hari karena lagi nginep.

Vero berdiri melakukan peregangan tangan keatas. “Hoaa--Diandwa mwana?” tanyanya.

“Nggak tau, Kak. Lagi mandi, paling?”

Vero mengangguk setengah sadar. Kalo boleh jujur, Mika sangat tercengang melihat wajah Vero yang baru bangun. Bisa-bisanya rambutnya nggak kusut, wajahnya masih kinclong, dan aesthetic.

Beda sama dia yang piyama udah sekusut rambutnya dan wajah yang kumel gak karuan.

Ceklek.

Diandra masuk ke kamar dengan handuk. Bajunya masih tetap kayak tadi malem.

“Lo udah mandi?” tanya Vero.

“Hm, mumpung airnya panas.” Diandra langsung duduk lagi di atas kasur, main hape.

“Mik, lo mandi duluan sana.”

“Kak Vero nggak mandi?”

“Hari Sabtu kayak gini enak buat hari tanpa air. Gue ntaran aja mandinya,” jawab Vero dengan cengiran pepsodent.

“Oke...” Mika langsung jalan ke kamar mandi yang udah diarahkan sama Diandra. Lorong kiri, belok kanan, lurus, belok kiri, seberang pintu cokelat.

Ternyata di dalem kamar mandi, udah lengkap ada handuk kecil, handuk jubah, handuk besar, sampe handuk khusus buat wajah. Sampo sama sabun juga variasi merknya. Bahkan, beberapa ada yang Mika gak kenal itu merk apa pake bahasa asing.

Mika ngelamun natap betapa mewah kamar mandi yang sedang dia tempati. Ada aroma lilin warna-warni, ada bathup, shower kotak yang ketempel di plafon, wah... ukuran kamar mandinya aja paling setengah kamar Mika. Apalagi kamar tidur yang tadi, sedapurnya bisa-bisa.

Mika melepas celana piyamanya dan digantung di tempat gantungan baju sebelah pintu. Walau pakai piyama, Mika masih pakai rangkepan celana boxer sama kaos oblong tipis tanpa lengan warna hitam.

Ceklek.

Doi baru aja selesai buka kancing dan baju piyamanya udah dilepas sampai siku, sepinggang... lah ada tamu nggak diundang.

Rafan sama Mika sama-sama cengo. Mika yang ngelamun sama Rafan yang setengah sadar, namanya juga sama-sama baru bangun ya, kan?

Beberapa detik terlewati. Mika menatap kosong Rafan yang mulai melihat dari bawah keatas, seakan lagi nge-scan sesuatu.

“Rafan...?” tanya Mika.

“... Mika?” tanya Rafan balik.

Degh!

Seakan sarafnya sudah tersambung koneksi wifi, Mika otomatis langsung teriak.

“WAAAAHH!!! SETAN CABUL LO, BANGSAT!!” teriak Mika sambil melepas baju piyamanya, lalu dilempar kasar menutupi wajah Rafan.

BRAK! Klek.

Tau lah, pastinya Mika langsung banting tutup pintu di depan muka Rafan dan tidak lupa mengunci pintu.

Mika terduduk lemas menyandarkan diri pada pintu. Jantungnya berdetak kencang. Pikirannya lari kemana-mana.

Sudah berapa banyak yang dilihat sama Rafan? Kenapa bisa seteledor ini? Mika lupa kebiasaannya yang gak ngunci pintu kamar mandi, karena kamar mandi di rumahnya walau ada dua, tapi satunya ada di dalam kamarnya sendiri, jadi Mika nggak pernah kunci pintu.

... kampret! Harga diri gue dipertaruhkan ini, bro...

 kampret! Harga diri gue dipertaruhkan ini, bro

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
MikailaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang