𝟏𝟒. 𝐁𝐮𝐚𝐲𝐚

1.1K 167 9
                                    

3rd PoV

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

3rd PoV

Beberapa hari terlewati. Mika sama Eka lagi jalan ke ruang guru bawa LKS anak sekelas, gara-gara Mika yang dihukum ketauan tidur dan Eka ikut kena semprot karena sebangku. Setelah selesai ngumpulin LKS, mereka belok haluan.

Pergantian jam pelajaran biasanya jadi waktu yang tepat gak tepat buat bolos ke kantin atau sekedar ngapel ke kelas doi. Jadi, rencananya mereka berdua juga bakal mampir dulu ke kantin.

“Eh iya, Mik, tutor selanjutnya udah dipastikan kapan harinya? Kata lo seminggu sekali, kan? Ini udah masuk minggu kedua, loh?” tanya Eka di jalan menuju kantin.

"Hmm... iya juga, ya? Nanti gue tanyain mereka, deh,” jawab Mika.

Eka menatap temannya itu dengan serius. “Nanti pulangnya langsung telpon gue, oke? Gue gak mau lo pulang bareng Rafan lagi,” ujarnya.

“Lah lo sendiri ditelpon nggak ada jawaban, ya gimana gue bisa pulang?” dumel Mika.

Eka menggaruk rambutnya. “Iya juga, sih... gue kemarin habis maraton drama, jadi hapenya gue matikan. Sorry, ya, hehe...”

Mikaa~” panggil seseorang dengan nada genit.

Deg!

Jantung Mika berdegup kencang, dia hapal suara ini, suara Andra!

Dua kali lo nyuekin gue. Makin berani, ya~?

Eka melirik ke belakang lalu dengan cepat menyikut Mika. “Aduh, kebelet, nih! Eh, Mik, gue ke toilet duluan! Daah...!” tanpa menunggu jawaban, Eka kabur meninggalkan Mika.

“... buadjingan,” gumam Mika mengutuk Eka. Anak itu beraninya cuma sama ciwi. Kalau musuhnya cowok, jangankan ngehajar, liat batang hidungnya aja ciut!

Tap.

“Mikaa~” panggil Andra yang mencengkeram pundak Mika dengan erat. Bulu kuduk doi merinding begitu mendengar suara Andra yang kayak banci di Jalan Mawar, geli banget dengernya.

“A-andra...” Mika tersenyum pasrah.

“Lo mau kemana, hm~?” suara Andra terdengar mengancam, bikin Mika makin was-was. Prinsip Mika adalah, menyerang kalau diserang dan diam kalau nggak diserang duluan.

“Ng-nggak kemana-mana kok, Ndra... g-gue gak berniat cari masalah sama lo, jadi t-tolong lepasin gue...” Mika memohon selagi meremas kain roknya.

Andra menatap Mika lamat-lamat, menilai dari ujung sepatu sampai pucuk kepala, kemudian tersenyum mencurigakan. “Lepasin? Hmm... gimana, yaa~? Lo terlalu manis buat gue lepasin,” ujarnya.

... itu dia muji apa begimana? Mika bingung sekaligus takut, kalau dia bakal jadi target Andra.

“T-tolong, gue janji nggak bakal muncul di depan lo lagi, deh... tolong lepasin gue...” pinta Mika.

Grep!

Tiba-tiba, tangan Andra yang mencengkeram pundak Mika berpindah melingkar ke pinggang dengan erat, membuat Mika mau nggak mau merapat ke tubuh Andra yang penuh dengan bau parfum yang manis dan lembut menggoda.

Sembari menggiring Mika berjalan ke sudut lorong yang jarang dilewati, Andra kembali membuat percakapan. “Gue baru sadar kalo lo cantik dan entah kenapa gue nggak pernah sadar. Andai lo sering bergaul dan keluar kelas, mungkin lo bakal populer dan banyak yang naksir. Lo itu bagai permata yang ribuan tahun sembunhi dibalik bongkahan tambang terdalam.”

Mika membelalakkan matanya kaget, nggak mungkin Andra jujur. Pasti ada sesuatu dibalik mulut manisnya itu!

“Mikaila Davino, gue gak bohong. Andai lo juga sering senyum, gue yakin siapapun bakal terpana," lanjutnya memuji.

Benar aja, Andra langsung mengurung Mika di pojokan lorong. “Karena gak sengaja nambang sebuah permata mahal, gue nggak bakal ngelepasin lo begitu mudahnya.”

Deg-deg!

Mika makin gelisah begitu tangan Andra yang satu nyentuh lehernya.

“Jadi pacar gue, lo bakal dapet apapun yang lo mau. Lo butuh duit? Gak perlu kertas, gue kasih lo kartu ATM. Lo mau famous? Jadi pacar gue, lo bakal tenar dalam sekejap. Butuh yang lain? Gue siap dua puluh empat jam setiap hari.”

Jantung Mika udah ngerasa sesak, nggak nyaman. Dia mencoba buat menetralisir keadaan, mencoba tenang.

Senyuman kecil Mika membuat seringaian Andra melebar. “Gimana?”

Mika menjawab dengan kalem,“Gue mau jadi pacar lo...” bibirnya mendekati telinga Andra.

“... DALAM MIMPI!!”

DUGH!!

Dalam sekali tendang pakai lutut tepat di tengah-tengah selangkangan, Mika memberikan damage +999 pada bagian vital Andra.

Brugh.

Lawanpun tumbang, tergeletak di lantai sambil mengerang kesakitan.

“Pacar? Bahkan di dalem mimpipun gue nggak sudi punya pacar kayak lo! Mending gue jadi laler daripada ditempeli sama buaya kayak lo, dih! Gembel,” ejek Mika berjalan meninggalkan Andra.

“Awas aja lo, Mikaila Davino!!” terdengar rutukan Andra dari belakang. Mika berbalik sambil meledek Andra,“Bodo amat, wlee!” gestur tangan di telinga layaknya bocah tak dilupakan oleh Mika.

Selepas kepergian Mika, Rafan yang balik dari toilet nggak sengaja ngeliat Andra tergeletak di lantai selagi nelpon orang.

“Udah beres? Nanti malem kayak biasanya, oke? Jangan lupa, kualitas barang juga penting.”

“... gembel.” tapi dia lewat gitu aja, gak peduli. “Bukan lo, gue tadi nemu gembel.”

”

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
MikailaWhere stories live. Discover now