𝟐𝟏. 𝐌𝐞𝐰𝐚𝐡

794 118 2
                                    

3rd PoV

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

3rd PoV

Definisi mewah yang sebenarnya adalah seorang Vero. Rumah dengan halaman depannya mungkin 8 kali lebih luar dari rumah Mika, gerbang yang otomatis kebuka tutup, kolam air mancur, arsitektur rumah yang terlalu... sempurna. Jangan lupakan beberapa pelayan yang setia berdiri di depan pintu rumah dengan seragam ala-ala maid di isekai.

“Tsk, tsk. Gak mungkin...” gumam Dhimas menggelengkan kepala begitu turun dari mobil yang kini terparkir di bawah teras.

“Kenapa, Dhim?” tanya Mika bingung.

“Gak mungkin rumah gue semewah ini, kan?” goda Vero.

“Bukan, gue bingung... gimana caranya lo bayar listrik, anjir... itu semua pasti jutaan, kan?” tanya Dhimas, membuat Vero tertawa.

“Milyaran,” jawab Rafan membenarkan.

“Tau darimana lo...?”

“Tiga tingkat, air mancur, halaman depan, semua pasti butuh listrik apalagi ada lampunya.”

Merekapun diantar masuk ke dalam rumah dan Dhimas semakin dibuat kaget. “Gilaa...” gumamnya. Dia melirik Mika yang dari tadi diam menatap punggung Vero di depannya.

Dhimas menyenggol Mika. “Lo nggak kaget?” Mika menoleh,“Ng... nggak? Ngapain kaget...? Kan sudah ketauan dari awal, aura Kak Vero itu aura orang kaya...” jawab Mika dengan pelan.

Dhimas menghela napas pendek,“Berarti cuma gue dong, yang keliatan kayak orang tolol mangap-mangap kaget dari tadi...?”

“Baru nyadar?” tanya Rafan dengan santainya. “Diem lo, monyet. Jangan cari gara-gara,” ketus Dhimas. “Gue monyet aja ganteng, kalo lo apa, dong? Babon?”

Mika jalan dengan mulut terkunci rapat. Jalan diantara Dhimas dan Rafan bener-bener kayak lagi jalan diantara tukang cendol dan tukang dawet, nggak ada yang mau ngalah.

“Kalian cowok-cowok masuk dulu, gue mau bawa Mika sebentar.” Mereka sampai di depan sebuah pintu yang besar. Rafan tanpa babibu masuk duluan, disusul Dhimas yang ragu.

Vero menarik lengan Mika, mengajaknya jalan ke kamarnya yang nggak jauh dari tempat tadi.

“M-mau kemana, Kak...?” tanya Mika gugup, dia nggak berani macem-macem di rumah orang.

“Ke kamar gue, ganti baju. Itu baju lo rembes hampir ngecap, emang lo mau diliatin sama dua babu itu?” Vero nanya balik. Jelas Mika langsung geleng kepala nggak mau.

***

“K-kak... ini... beneran mau dipinjemin buat gue...?” tanya Mika grogi. Mereka berdua ada di walk-in closetnya Vero.

Di setiap rak, diatasnya ada nama masing-masing brand. Dan yang sedang dipegang Mika sekarang adalah Louis Vuitton. Tangannya bergetar, serasa bawa beban hidup.

Kacau nih, kacau! Kaus sama celana jogging kayak gini aja udah berapa harganya...?! Mika bergulat dengan benaknya, kalo kecoret pulpen sedikit aja wadidaw ini, ginjal gue melayang... apalagi kalo ketumpahan teh?! Mau ganti rugi pake apa?

“Pake aja, Mika... gue gak pernah pake baju sama celana itu, kok. Modelnya gak cocok sama selera gue, dan itu juga kado dari ‘temen’, jadi lo pake aja gak masalah.”

Jawaban Vero membuat Mika menegak ludah. Sekali lagi dia ngelirik Vero yang sibuk nyari baju ganti. Sialan... mana baju baru, lagi. Baju yang gak pernah dipakai, kalau gitu lebih mahal dong ganti ruginya...?! Apalagi Kak Vero tampangnya kayak punya kelainan bipolar...? Apa ini salah satu bentuk diam-diam benci dengan bikin gue merasa lebih rendah...?

Mika menghela napas pelan. Ah, tau lah, searching dulu harganya nanti. Lagian, Louis Vuttion itu merk apa, sih...? Kalo sampe dia punya, berarti mahal banget, kan?

Mika dan Vero ganti baju di tempat terpisah. Mika di dalam walk-in closet dan Vero di luar, di kamarnya. Berhubung Vero belum manggil Mika buat keluar, Mika langsung searching nama brand itu di internet. Begitu masuk webnya, matanya nggak bisa berhenti menatap cemas.

INI BAJU APA HIASAN BADAN?! Mika teriak dalam hati begitu liat baju-bajunya yang terlalu fashionable. Di tengah pencariannya, dia gak sengaja nemu baju yang mirip dengan yang dia pakai sekarang.

“Ini harganya... s-sembilan... ratus l-lima puluh dollar...?!” Mika kaget setengah berbisik. “Yang celana ini... H-HAH?!” Mika yang liat price tagnya langsung mengkonversi kedalam rupiah.

JEDWAAR...!!!

“T-T-TOTALNYA T-TIGA PULUH J-J-JUTA...?!!” Mika syok, jantungnya seakan berhenti berdetak. Ya Tuhan, kenapa hamba diberi cobaan seperti ini?

“Mika? Ayo, gue udah selesai nih!” Vero membuka pintu walk-in closetnya hanya untuk mendapati Mika yang menatapnya dengan tatapan hampa.

Curr...

Sebuah butiran bening keluar dari salah  satu sudut matanya. “M-mika...? Lo nggak papa...?” tanya Vero khawatir. Mika langsung tersenyum miris dengan bibir sedikit terbuka dan air mata yang masih mengalir.

“Ha-ha... nggak papa, Kak...” otak Mika kayaknya udah konslet.

” otak Mika kayaknya udah konslet

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
MikailaWhere stories live. Discover now