𝟏𝟖. 𝐌𝐞𝐦𝐚𝐥𝐮𝐤𝐚𝐧

933 135 5
                                    

3rd PoV

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

3rd PoV

“BWAHAHAHAHA!!!” Mika gak bisa nahan tawa begitu liat posisi jatuhnya Andra nungging trus guling-guling kesana-sini.

“AWOKAWOK gak jantan lo, gitu aja lemes!” ledek Rafan yang mulutnya biasa gak terkondisi.

“Anjing, lo coba sendiri sana! Diem aja kalo lo gak tau gimana rasanya, bacot!” omel Andra.

“WKWKWK, menyedihkan...” Dhimas ikut ngeledek dengan wajah songong.

“Bantuin gue balik ke kasur, kek?! Ketawa mulu, gue santet tau rasa!”

Akhirnya Andra dikembalikan lagi ke kasurnya sama Dhimas, karena Rafan nggak sudi ngangkat dia.

Awas aja lo, Mika... gue gak bakal lepasin lo dengan segitu mudahnya! batin Andra yang balik rebahan di ranjang UKS. “Lo boleh seneng dan bebas tanpa gangguan hari ini, tapi gue gak akan biarin lo kabur besok-besok, Mikaila Davino.”

Glek.

Mika diam merinding mendengar ucapan Andra yang begitu tenang. Dengar-dengar dari gosip temen sekelasnya, Andra itu kalo ngebully gak tanggung-tanggung. Ada yang sampai pindah sekolah karena gak kuat jadi babu tiga bulannya, ada juga yang berubah jadi introvert gara-gara kelakuannya.

Mika gak mau bernasib sama kayak orang-orang itu. Apalagi, korbannya gak pandang bulu. Mau cewek atau cowok, Andra babat habis semuanya.

Grep.

Dhimas yang ngeliat Mika murung langsung menghampiri dan menangkup kedua pipinya. “Udah, gak perlu dipikirin. Andra cuma ngebacot, dia gak bakalan nyentuh lo. Lo tenang aja, ada gue.”

Deg-deg...

Jantung Mika langsung berdebar akan ucapan dan kedekatan wajah mereka berdua.

“G-gue gak mau ngerepotin lo lagi...” Mika menoleh kesamping. Telinganya terasa panas. Bahkan semakin panas setelah mendengar ucapan Dhimas selanjutnya.

“Jangan anggap gue cuma sebagai teman sekelas atau teman belajar biasa. Lo punya hutang mi ayam sama gue, jadi kita terikat sebuah hubungan khusus. Jangan ragu buat minta tolong sama gue, oke?”

Mika yang diem bikin Dhimas gemas. Doi makin mendekatkan wajahnya, dengan bibir yang hampir nempel ke telinga.

Mika, jawab... oke?” bisiknya. Mika nggak tahan, dia udah tahan napas dari tadi. Mika cuma bisa gigit bibir sambil mengangguk cepat. Dhimas melihatnya jadi gemas sendiri.

Fyuuh.

Dengan iseng, Dhimas niup pelan telinga Mika. Alhasil, telinga itu jadi tambah merah. Dhimas makin gemes, pingin ngarungin Mika.

Terlepas dari kenolepannya, dia baru tahu kalo Mika juga bisa ngegas, barbar, dan malu-malu kucing. Dia kira Mika orang yang pendiem, monoton dan suka tidur di kelas, ternyata beda jauh.

“Ehem! Mau mesum tau tempat, lah... jangan di sini.” Rafan berdehem nggak terima jadi figuran.

Dhimas melirik Rafan yang menatap sinis. “Apa? Iri? Mau gue sebul juga telinganya? Sini, sayangku Rafan~”

“Bangsat!” Rafan ngerasa geli sekaligus jijik. Cringe banget, tau gak? Apalagi Andra yang diem-diem nguping. Tambah ngeri-ngeri gimana, gitu.

“Pfft...” Mika menahan tawa, mengundang kedua cowok yang satunya mendekat satunya menjauh itu jadi noleh.

Dhimas ikut senyum liat Mika yang tersenyum, sementara Rafan makin jengkel. “Gak usah ketawa, lo, muka dua!”

“Rafan sayang jangan agresif, dong~ sini ayang peluk...” goda Dhimas dengan tangan terbuka lebar.

“Cringe, kampret!”

Mika tertawa kecil ngeliat Dhimas yang berusaha memeluk Rafan. Dia nggak paham sama permasalahan diantara Rafan dan Dhimas. Waktu di depan minimarket waktu itu mereka bertengkar hebat, tapi sekarang mereka seakan udah lupa kejadian itu.

Yah... bukan masalah gue juga, gak perlu ribet ikut campur. Semoga Dhimas baik-baik aja. Rafan kalo ngamuk nyeremin, sih...

 Rafan kalo ngamuk nyeremin, sih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
MikailaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang