𝟑𝟓. 𝐓𝐞𝐫𝐮𝐧𝐠𝐤𝐚𝐩

386 70 0
                                    

3rd PoV

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.

3rd PoV

Mika dan Dhimas masih ada di rumah Andra, keluar masuk dari kamar satu ke kamar lain buat nyari ponsel mereka.

Akhirnya ketemu di dapur. Ada di dalam lemari di sebelah kulkas, bareng sama jajan-jajan yang mereka beli.

“Dasar mereka itu, udah nyulik orang, masih sempet-sempetnya nyuri jajan. Untung belum pada dimakan, kalo udah... sia-sia gue sama yang lain patungan,” dumel Mika masukin mi instan dan jajan lainnya yang tertata rapi di dalam lemari ke dalam keresek satu persatu.

Sementara itu, Dhimas lagi telepon polisi di ruang tamu. Andra dan beberapa anak yang lain udah diikat pake tali rafia di dalam kamar yang sama dengan Dhimas waktu disekap tadi.

Selagi Mika kemas-kemas jajan, dia gak sengaja ngelihat beberapa bungkus plastik yang nyelempit di sela-sela makanan kaleng punya Andra.

Doi ngambil satu dan dilihat dari dekat.

“DHIMAS...!” teriaknya, bikin Dhimas langsung lari ke dapur.

“Apa?! Kenapa?!”

“Lihat ini. Menurut lo, ini bukan garem juga bukan gula bubuk, kan...?” tanya Mika dengan ragu.

Dhimas mengernyit. “Lo ngambil dari mana?”

“Di sela-sela kaleng itu,” jawab Mika menunjuk kalengan ikan di dalam lemari.

“Mik, lo taruh benda itu sekarang juga.”

Mika langsung naruh plastik isi bubuk putih ke atas meja makan. Tanpa bertanya macam-macam juga Mika langsung tahu dari ekspresi Dhimas yang panik.

Sebuah narkoba.

***

Beberapa belas menit, dua buah mobil polisi datang di depan rumah kontrakan yang adalah basecamp Andra.

Dhimas menjelaskan secara singkat kronologi kejadian penyekapan dan memberitahu polisi mengenai keberadaan bubuk putih dalam plastik yang disimpan di dalam lemari.

Barang bukti disimpan, komplotan Andra dibawa ke kantor polisi bersamaan dengan Dhimas dan Mika sebagai saksi.

Dhimas dan Mika duduk di kursi belakang mobil polisi dalam perjalanan ke kantor polisi.

Mika menatap luar jendela, melihat lampu-lampu kuning di jalan raya mulai redup karena usianya yang sudah tua.

Di tengah malam yang dingin itu, Dhimas melihat wajah sendu Mika. Doi berpikir, mungkin Mika lagi cemas karena semua hal yang terjadi begitu saja.

... nggak tau aja dia kalo sebenernya Mika lagi mikir tentang mi instan yang biasanya disiapkan sama Om Azra setiap dia pulang tutor.

Grep.

Mika tersentak karena tangannya tiba-tiba digenggam erat sama Dhimas.

Hangat, pikir Mika selagi menatap jemarinya yang bertautan dengan milik doi.

“Jangan khawatir, Mik. Kita nggak salah kok,” ucap Dhimas pelan.

Mika mengangguk mengiyakan, memang kita nggak ada salah, jadi kenapa Dhimas ngomong seakan kita ngelakuin sesuatu yang buruk?

“Itu cuma bentuk perlindungan diri. Lo nggak bakal diapa-apain polisi.” jemari Dhimas ngelus-elus punggung tangan Mika.

Makin kesini, Mika makin bingung. “Bentar, Dhim. Kita lagi bahas apa, ya?”

Dhimas mematung sejenak. “... lo lagi cemas karena habis ngebantai Andra sama komplotannya sampai berdarah, kan?”

“Hah...? Berdarah?” Mika mengernyit bingung.

“Hah...?” Dhimas juga ikut bingung. “Sebentar, waktu itu... bukannya sebelum lo masuk ke ruangan gue, lo habis mukulin temennya Andra sampai mereka pingsan, babak belur, dan berdarah...?”

“... nggak sampe berdarah, tuh?”

“Lah, terus bercak merah yang di tongkat baseball...?”

Mika menghela napas panjang. Dia pikir apaan, ternyata oh ternyata.

“Jadi ceritanya itu, gue nggak sengaja mukul botol kacanya saus tomat yang ada di salah satu kamar yang kebetulan ditempati sama mereka yang lagi main kartu.”

“Kenapa ada saus tomat di dalem kamar?”

“Mana gue tahu? Mungkin yang kalah mukanya dicolek saus tomat, kali...?”

Dhimas langsung menyandar di jok mobil dan menghela napas lega.

Sekarang, masalah Dhimas tinggal satu.

Gimana caranya dia menghadap ke Ibunya yang bakal ngomel-ngomel karena dapet panggilan dari kantor polisi.

Gimana caranya dia menghadap ke Ibunya yang bakal ngomel-ngomel karena dapet panggilan dari kantor polisi

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.
MikailaOù les histoires vivent. Découvrez maintenant