Chapter 24

128 21 1
                                    

***

***

***


Di antara akal dan perasaan?



***

***

***



Hari ini benar-benar penuh kejutan.

Dari pengumuman keberadaan Kim Namjoon oleh kepala sekolah sendiri, sampai dengan menara utama yang menembakkan cahayanya di siang hari untuk kali keduanya selama tahun pelajaran ini. Calon Pilar Pan telah ditentukan oleh Penjaga Menara. Seorang murid tahun ke-lima dan pernah menjadi murid asrama Sementara, terlebih lagi dia bukan berasal dari keluarga penyihir Pan asli. Bisa dibilang hal itu sebuah kecacatan bagi para penyihir.

Ini kasus yang jarang ada. Hanya ada empat Pilar dalam sejarah dunia Atas yang memiliki kasus yang sama seperti Kim Seokjin. Itu pun mereka tidak memiliki kedua kasus itu sekaligus.

Akhir-akhir ini pun berita-berita tak terduga bermunculan. Setelah penduduk dunia Atas sadar akan perbedaan waktu antara dunia Atas dan Bawah, lalu baru diumumkannya kasus-kasus penyihir yang belum kembali dari dunia Bawah, dan selang sehari saja para Pilar telah mengumumkan penutupan masal sumur Bawah. Seo Jinna cepat-cepat mengirim surat menanyakan keadaan orang-orang di panti. Yang untungnya sumur di panti tak mengalami kejadian yang serupa, tapi tetap akan ikut ditutup sesuai kebijakan. Dan mau tak mau, penghuni panti harus sedikit mengetatkan sabuk mereka karena penghasilan mereka akan banyak berkurang. Paman dan bibi Yoon harus memutar kembali roda kepalanya agar kebutuhan panti tetap terpenuhi, meskipun sekarang Nyonya Lee berada di Kastil.

Sudah beberapa kali Jinna berkunjung ke kantor guru pengganti Madam Moon itu. Bukan hanya untuk sekedar menyapa, gadis itu telah bercerita perihal fobia air-nya. Dan Nyonya Lee juga berusaha membantu Jinna untuk menerima ketakutannya itu, selain menghadapinya tentu saja.

Semua makhluk hidup punya ketakutan, itu hal yang wajar, seperti takut pada air. Meskipun kau penyihir yang selalu berkaitan dengan air sekalipun.

Namun kecemasan Jinna semakin bertambah saat tahu materi praktik untuk Aquatik beberapa bulan ke depan akan berhubungan dengan menyelam.

Tidak Jinna, kau masih bisa berenang. Itu bukanlah masalah besar. Gadis itu menyakinkan diri. Dia hanya takut dengan air bervolume besar seperti laut ataupun danau, di mana ia tak bisa menyentuh dan melihat dengan jelas dasarnya. Mungkin, dia hanya harus berlatih menyelam agar menjadi terbiasa. Iya, mungkin saja.

Jalan pikiran di kepala Jinna terhenti saat matanya menangkap sebuah siluet kucing di ujung lorong yang menuju selasar Kastil. Ia segera berlari mengejar tanpa pikir panjang saat siluet hewan berbulu itu menghilang di belokan. Ingatannya terbayang kembali dengan kucing hitam yang loncat dari jendela kamarnya beberapa bulan yang lalu.

Sekarang, ia masih bisa melihat jelas detail dari siluet itu. Kedua mata hewan bulat yang tak berwarna senada menatapnya dengan sangat polos. Bola mata hijau dan biru menyala hidup sangat kontras dengan siluet tubuh hitamnya yang seakan menyatu dengan gelapnya malam. Lampu di sepanjang lorong ini tak dapat menerangi seluruh areanya, menjadi lebih temaram.

Saat ia sampai di selasar Kastil, lagi-lagi Jinna tak mendapatkan sosok berbulu itu. Entah karena dia kurang cepat dan kucing itu sudah berbelok arah, atau karena itu memanglah ilusi semata. Dengusan keras ia keluarkan.
Itu mungkin cuma hewan peliharaan murid saja, simpul Jinna.

The Seven Pillars (ON HOLD)Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz