Chapter 3

550 65 50
                                    

***

***

***


Apriori dari hatiku yang terdalam

***

***

***


"Sekarang, saya serahkan kalian ke para Gulls. Terima kasih, sampai jumpa di kelas."

Madam Moon memberi anggukan pelan satu kali sebelum pergi meninggalkan mereka.

...

Ke-empat Gulls mengambil alih memimpin jalan para murid baru menuju menara asrama Ylem.

Melewati koridor kastil yang panjang dan belokan sebelum masuk ke dalam aula besar kastil di mana delapan meja panjang berjajar. Murid-murid angkatan atas duduk di sana berkelompok dengan teman mereka, beberapa ada yang sedang makan siang, beberapa ada yang memandangi mereka.

Perjalanan ke menara asrama cukup jauh dan melewati macam-macam belokan, sebelum sampai di hadapan dinding yang penuh dengan lukisan-lukisan besar setinggi orang dewasa. Mereka berhenti di depan lukisan lautan biru berombak dan berlangit putih pastel dengan gaya lukisan spiral ala pelukis sangat ternama dari dunia Bawah, Jinna lupa namanya yang pasti pelukis itu sudah sangat lama meninggal.

Salah satu Gulls menggerakkan tangannya mengikuti gulungan ombak itu dan dengan ajaib lukisan ombak itu menggulung sempurna sebelum jatuh dan pecah ke laut. Lukisan itu hidup dalam sesaat sebelum sebuah pintu diperlihatkan dari balik lukisannya.

"Itu adalah kunci untuk masuk ke dalam asrama Ylem, jadi hanya penyihir dengan elemen air saja yang bisa menggerakkan ombak itu baru bisa terbuka pintunya." Penjelasan dari Gulls yang membuka pintu rahasia tadi sebelum menyuruh mereka masuk.

"Ayo cepat."

"Apa lukisan-lukisan yang di sebelahnya tadi pintu untuk menuju asrama lain juga?"

Salah satu murid baru bertanya.

"Iya, tiap pintu asrama punya cara sendiri yang cuma mereka yang bisa membukanya."

"Lalu gimana dengan asrama Owl dan kelas Sementara?" Tanya lagi seorang gadis yang mulai terkenal karena sering bertanya terus sejak tadi.

Jinna hanya diam mengikuti arus dan mendengarkan, bentukan ruang dalam kastil terlihat begitu menarik baginya.

"Entah, hanya murid asrama itu sendiri yang bisa melihat apa yang berubah dari lukisan, murid asrma lain akan melihat lukisan ini masih mati." Jawab salah satu Gulls perempuan.

Setelah masuk, ruangan luas dengan sofa-sofa empuk berwarna biru gelap tertata mengelompok bersama permadani tebal yang hangat. Sebuah perapian terletak di depan satu kluster tempat duduk yang lebih luas dan nyaman, seolah yang menjadi sofa utama ruang tersebut.

"Ini adalah ruang santai asrama, siapa saja bisa menggunakannya. Kalian bisa belajar, mengerjakan tugas atau hanya bersantai di sini. Ini ruang untuk berbagi." Jelas Gulls perempuan tadi.

Bagian atas di ruangan itu terbuka sampai ke ujung menara sana yang tinggi, dikelilingi oleh pintu-pintu yang Jinna tebak mungkin itu kamar murid, melihat sebegitu banyaknya. Dua tangga terlihat melingkar berlawanan di dalam menara.

Anehnya, dua tangga itu hanya sampai di lantai kedua menara yang masing-masing ada satu pintu yang bertuliskan nol nol. Tidak ada tangga menuju kamar atasnya lagi. Setiap pintu di kamar atas akan langsung keluar ke balkon tanpa tangga ke bawah.

The Seven Pillars (ON HOLD)Where stories live. Discover now