Chapter 11

185 25 32
                                    


***


***


***

Tatapan mata sangat berwarna-warni.

***

***

***

Kastil merias dirinya.

Hidangan berbahan labu, apel, almond, celery, dan aneka berry tersaji memenuhi meja panjang. Potongan daging panggang menjadi menu utama di malam yang sibuk ini bersama bir gingseng yang menemaninya sampai kemeriahan berakhir.

Api unggun dihidupkan di tengah aula besar yang diperluas lagi ukurannya. Atap Kastil disihir transparan memperlihatkan langit malam yang gelap tanpa bulan dan bintang, sepi, berbanding terbalik dengan kerlap-kerlip di bumi yang sedang bersuka cita merayakan hari yang sakral bagi mereka, penyihir dunia Atas.

Malam ini adalah malam tahun baru bagi penyihir. Malam untuk menghormati lagi yang telah tiada, malam untuk merayakan semua hasil panen, kerja keras, dan hidup mereka, dan malam untuk mendapatkan energi baru lagi dari sang bulan. Malam yang katanya batas antara semua dimensi menipis. Malam untuk berterima kasih kepada semesta.

Malam Sahwin, biasanya jika bertepatan dengan bulan purnama, maka ritual sakral akan diadakan di Sanctuary, sebuah tempat di mana hanya para tetua dan pemimpin dunia Atas saja yang tahu letaknya untuk menjaga kemurnian tempat itu. Sementara para penyihir merayakan di distrik mereka masing-masing dengan menggelar acara bersama, dipenuhi dengan tarian, makanan, musik, dan tawa dari sejak matahari pagi muncul sampai dini hari bahkan. Dan puncaknya saat mereka memenuhi langit malam dengan lentera.

Ketika ritual yang sakral itu selesai, bulan akan bersinar lebih terang dan para penyihir yang menunggu akan berbondong-bondong keluar dari rumah mereka, berdiri di bawah sinar rembulan untuk menerima energinya, mengisi lagi sihir mereka.

Malam Sahwin yang agung para penghuni dunia Atas menyebutnya. Dan saat ini karena tak ada bulan yang terlihat, maka para penyihir hanya akan merayakannya dengan suka-cita tanpa ritual tersebut.

Seo Jinna belum pernah selama hampir enam belas tahun hidupnya merayakan malam Sahwin yang bertepatan dengan bulan purnama. Tiap tahun ia merayakan malam yang istimewa ini dengan warga desa di distrik-nya dan tentu saja dengan para anggota panti. Dia dan Bibi Yoon dari bangun pagi akan bekerja ekstra membersihkan rumah dibantu oleh anak-anak panti lainnya, sementara Paman Yoon dan Nyonya Lee memanen dan membereskan ladang dan kebun. Para penyihir sangat antusias menyambut hari besar. Anak-anak diizinkan untuk tidak tidur lebih awal. Ketika tengah malam tiba Seo Jinna akan menerbangkan lampion-lampion yang dibuat oleh Paman Yoon di hari sebelumnya bersama-sama.

Dan perayaan di Kastil saat ini tidak lebih meriah dibanding di distrik dan kota lain. Hanya saja harus berada dalam ruangan. Aturan baru itu masih belum dicabut, mendengar kabar berita-berita tentang penyerangan masih terjadi, dan akhirnya mereka harus merayakan di dalam aula yang disihir seolah mereka berada di dalam reruntuhan kastil dengan atap yang hampir terbuka atau transparan lebih tepatnya, tapi tentu hanya di langit-langit aula besar saja.

Dekorasi pohon apel kering diletakkan di sudut-sudut ruang dengan beberapa buah apel merah yang masih menggantung bersama kunang-kunang magis berterbangan atau hanya diam di ranting pohon.

The Seven Pillars (ON HOLD)Where stories live. Discover now